62
zona transisi. Perubahan yang cukup besar pada zona penyangga dan zona transisi karena zona ini berdasarkan tujuan pengelolaannya dapat dimungkinkan
keberadaan permukiman dan kegiatan perekonomian masyarakat, dan pada zona transisi merupakan daerah promosi pembangunan berkelanjutan. Hal tersebut
tidak dapat dihindari karena kepemilikan lahan yang terdapat di zona penyangga dan zona transisi merupakan hak milik yang peruntukan lahannya dapat
disesuaikan dengan kebutuhan individu masing-masing. Perubahan yang terjadi pada zona penyangga dan transisi saat ini masih mendukung keberadaan dari zona
inti. Hasil analisis perubahan penggunaanpenutupan lahan memperlihatkan bahwa pada zona penyangga dan transisi perubahan penggunaanpenutupan lahan
lebuh tinggi dari zona inti dan perubahan yang ada masih dapat mendukung keberadaan zona inti.
5.2.1 Persepsi Masyarakat tentang Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan PenggunaanPenutupan Lahan
Analisis analytical hierarchy program merupakan salah satu analisis yang digunakan untuk menyusun suatu prioritas dari berbagai pilihan kriteria yang ada.
Beberapa faktor penyebab perubahan penggunaanpenutupan lahan di Cagar Biosfer Cibodas terdiri dari beberapa kriteria yaitu kriteria fisik kemiringan
lereng, jenis tanah, dan ketinggian, kriteria sosial jumlah penduduk dan kriteria ekonomi yaitu sumber pendapatan masyarakat.
Tabel 16. Bobot Faktor Penyebab Perubahan PenggunaanPenutupan Lahan berdasarkan Persepsi Masyarakat.
No. Zona Cagar Biosfer Cibodas
Bobot 1.
Kemiringan Lereng 0,19
2. Ketinggian
0,18 3.
Jenis Tanah 0,15
4. Jumlah Penduduk
0,28 5.
Sumber Pendapatan 0,20
Sumber : Hasil Analisis
Tabel 16 menunjukkan faktor penyebab utama terjadinya perubahan penggunaanpenutupan lahan adalah disebabkan oleh jumlah penduduk. Hal ini
63
sejalan dengan terjadinya peningkatan jumlah penduduk di Cagar Biosfer Cibodas sesuai dengan data BPS memperlihatkan adanya peningkatan dengan rata-rata laju
pertumbuhan penduduktahun sebesar 1,77. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Gunadi 2011 yang menyatakan bahwa faktor penyebab perubahan
penggunaanpenutupan lahan di Kabupaten Ciamis sebagian besar di pengaruhi oleh laju pertumbuhan penduduk dimana meningkatnya jumlah penduduk disertai
peningkatan fasilitas sosial akan meningkatkan peluang perubahan penggunaanpenutupan lahan dari suatu penggunaanpenutupan lahan ke
penggunaanpenutupan lahan lainnya. Penyebab perubahan penggunaanpenutupan lahan selanjutnya yaitu sumber
pendapatan masyarakat. Hal ini sesuai dengan adanya perubahan sumber pendapatan masyarakat berdasarkan data potensi desa yang menunjukan
pengurangan sumber pendapatan dari lahan pertanian berkurang dari 128 desa tahun 1999 menjadi 117 desa pada tahun 2011.
Ketinggian tempat merupakan penyebab perubahan penggunaanpenutupan lahan ketiga. Hal ini selaras dengan perubahan penggunaanpenutupan lahan yang
banyak terjadi pada wilayah dengan ketinggian 500 – 1000 mdpl disusul dengan pada ketinggian 500 mdpl. Penyebab keempat menurut masyarakat adalah
kemiringan lereng. Hal tersebut sesuai dengan perubahan penggunaanpenutupan lahan yang banyak terjadi pada wilayah dengan lereng 8 . Jenis tanah
merupakan faktor terakhir penyebab perubahan penggunaanpenutupan lahan, hal ini disebabkan jenis tanah yang mendominasi pada Cagar Biosfer Cibodas adalah
jenis tanah Inceptisol sedangkan jenis tanah Ultisol memiliki luasan relatif sedikit.
5.2.2
Persepsi Masyarakat Tentang Perubahan PenggunaanPenutupan Lahan Yang Dapat Ditoleransi.
Persepsi masyarakat mengenai perubahan penggunaanpenutupan lahan yang dapat ditoleransi adalah merupakan pendapat masyarakat dalam menyikapi
perubahan penggunaanpenutupan lahan yang dapat ditoleransi pada wilayah cagar biosfer Cibodas terkait dengan keberlanjutan taman nasional gunung gede
pangrango. Responden penentuan perubahan penggunaanpenutupan lahan yang dapat ditoleransi merupakan pihak-pihak yang berkepentingan akan keberadaan
Cagar Biosfer Cibodas terkait keberlanjutan Taman Nasional Gunung Gede
64
Pangrango. Hasil analisis persepsi masyarakat tentang perubahan penggunaan penutupan lahan yang dapat ditoleransi dengan pendekatan AHP menghasilkan
nilai consistency ratio sebesar 0. Hal ini, menurut Saaty 1993 apabila nilai consistency ratio dibawah 0,1, menunjukan hasil analisa AHP dapat
dimanfaatkan. Tabel 17. Bobot Perubahan PenggunaanPenutupan Lahan Yang Dapat
Ditoleransi.
Penggunaan Penutupan Lahan
Menjadi Hutan
Permukim an
Tegalan dan Kebun
Campuran Rumput
Semak Belukar
Sawah Hutan
0,402 0,109
0,249 0,089
0,151 Tegalan dan
Kebun Campuran 0,090
0,206 0,441
0,112 0,151
RumputSemak Belukar
0,188 0,120
0,168 0,375
0,149 Sawah
0,127 0,143
0,177 0,125
0,428
Sumber : Hasil Analisis
Tabel 17 menunjukan bahwa perubahan penggunaan penutupan lahan yang
masih dapat ditoleransi menurut masyarakat yaitu perubahan hutan menjadi tegalan dan kebun campuran, sawah, permukiman dan rumput dengan nilai
masing-masing 0,249, 0,151, 0,109, dan 0,089. Pada zona inti, perubahan penggunaan lahan hutan tidak dapat ditoleransi untuk berubah. Hal ini disebabkan
hutan merupakan penggunaanpenutupan lahan yang harus tetap dipertahankan keberadaannya pada zona inti karena zona inti merupakan Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango dengan penggunaanpenutupan lahan adalah hutan. Pada zona penyangga dan transisi, berdasarkan fungsinya masih dapat
ditoleransi terjadi perubahan penggunaanpenutupan lahan. Sesuai dengan hasil persepsi masyarakat, hutan paling dapat ditoleransi menjadi tegalan dan kebun
campuran. Hal ini berbeda dengan perubahan yang terjadi pada zona penyangga dan transisi yaitu perubahan penggunaanpenutupan lahan hutan menjadi
permukiman dan disusul menjadi tegalan dan kebun campuran pada zona penyangga.
65
Perubahan dari penggunaanpenutupan lahan tegalan dan kebun campuran yang dapat ditoleran yaitu menjadi permukiman, sawah, rumputsemak belukar,
dan hutan dengan nilai masing-masing 0,206, 0,151, 0,112 dan 0,090. Perubahan dari tegalan dan kebun campuran menjadi permukiman merupakan perubahan
yang dari nilai ekonomis rendah menjadi nilai ekonomis tinggi. Hal ini merupakan dampak adanya kebutuhan yang meningkat akan tempat tinggal yang disebabkan
meningkatnya jumlah penduduk. Perubahan yang dapat ditoleransi dari rumputsemak belukar menjadi hutan,
tegalan dan kebun campuran, sawah dan permukiman dengan nilai berturut-turut 0,188, 0,168, 0,149 dan 0,120. Perubahan rumput menjadi hutan dikarenakan,
hutan memiliki fungsi ekologis yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaanpenutupan lahan lainnya.
Toleransi perubahan penggunaanpenutupan lahan sawah sesuai hasil analisis yaitu menjadi tegalan dan kebun campuran, permukiman, hutan dan
semak belukar dengan nilai masing-masing 0,177, 0,143, 0,127, dan 0,125. Persepsi masyarakat mengenai perubahan penggunaanpenutupan lahan sawah
menjadi tegalan dan kebun campuran memperlihatkan penggunaanpenutupan lahan sawah tetap dipertahankan dibandingkan dengan penggunaanpenutupan
lahan tegalan dan kebun campuran. Persepsi masyarakat terkait perubahan penggunaanpenutupan lahan yang
dapat ditoleransi sejalan dengan perubahan penggunaanpenutupan lahan pada Cagar Biosfer Cibodas tahun 1999 ke tahun 2011. Menurut persepsi masyarakat
perubahan penggunaan penutupan lahan hutan yang paling dapat ditoleransi yaitu perubahan ke tegalan dan kebun campuran selanjutnya perubahan ke permukiman.
Hal ini sesuai dengan perubahan penggunaanpenutupan lahan yang terjadi di cagar biosfer Cibodas dimana hutan berubah ke tegalan dan kebun campuran
seluas 114,3 ha dan ke permukiman 98,4 ha. Perubahan penggunaanpenutupan lahan dari tegalan dan kebun campuran sangat ditoleransi menurut masyarakat
berubah menjadi permukiman dan sawah. Toleransi perubahan tersebut juga terjadi pada perubahan penggunaanpenutupan lahan tahun 1999 ke 2011 dengan
perubahan tegalan dan kebun campuran yang berubah menjadi permukiman seluas 2.703,4 ha dan menjadi sawah 2.148,6 ha.
66
Dalam penentuan bobot perubahan penggunaanpenutupan lahan, permukiman merupakan penggunaanpenutupan lahan yang tidak mengalami
perubahan. Hal diasumsikan permukiman keberadaannya tetap dan tidak berubah.
5.3 Prediksi PenggunaanPenutupan Lahan Cagar Biosfer Cibodas