Microwave Pengukusan PENGOLAHAN BAHAN PANGAN

pemasakan cepat dengan menggunakan minyak panas untuk memasak bahan pangan Cameron, 1988.

1. Microwave

Microwave dapat dimanfaatkan dalam pengolahan bahan pangan. Teknologi microwave banyak diaplikasikan dalam pemasakan, pemanasan, pasteurisasi dan sterilisasi serta proses pengolahan bahan lainnya secara tepat George et al., 1993. Keuntungan dari pengeringan menggunakan microwave ini adalah konversi energi microwave ke energi panasnya lebih efisien dan penetrasi gelombang elektromagnetnya ke dalam makanan lebih mudah. Kemudahan penetrasi energi ini berhubungan dengan mekanisme konduksi pada bejana, udara panas dan sistem infra merah. Selain itu keuntungan proses microwave yang lain adalah waktu proses yang pendek singkat, tidak ada kemungkinan tumbuh bakteri dan lebih fleksibel dalam produksinya. Pada pengeringan menggunakan microwave dimungkinkan untuk memasukkan produk beserta kemasannya ke dalam ruang pengering. Energi microwave diaplikasikan sebagai perkembangan dari teknik pengering lain yang sudah umum yaitu vacuum-drying dan freeza-drying. Aplikasi energi microwave ini dapat mengurangi biaya operasi, waktu proses dan kerusakan produk untuk membantu meningkatkan kualitas produk George et al., 1993. Microwave oven beroperasi dengan pelepasan gelombang mikro oleh tabung elektron sehingga molekul-molekul air dalam makanan akan teragitasi, yang kemudian menimbulkan getaran, dan akhirnya akan memproduksi panas. Dalam oven ini, gelombang mikro akan masuk melalui bagian atas ruang oven yang dilengkapi dengan kipas pemusing yang bertugas untuk menyebarkan panas yang dihasilkan tadi ke seluruh bagian oven, dapat dilihat pada Gambar 2. Kombinasi panas berintensitas tinggi dengan pusingan tadi menyebabkan cepatnya proses pemasakan. Uniknya panas yang dihasilkan ini tak dapat menembus wadah container logam, tetapi dapat dengan mudah menembus wadah non logam. Itu sebabnya makanan yang akan diolah dengan microwave oven dimasukkan dalam wadah khusus, biasanya terbuat dari plastik. Gambar 2. Microwave

2. Pengukusan

Pengukusan adalah proses pemanasan yang sering diterapkan pada jaringan sebelum pembekuan, pengeringan atau pengalengan untuk menginaktifkan enzim yang akan menyebabkan terjadinya perubahan warna, citarasa atau nilai gizi yang tidak dikehendaki selama penyimpanan Harris dan Karmas, 1989. Menurut Laconi 1995 didalam Soeparno 1994 pengukusan bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam bahan baku, sehingga tekstur bahan menjadi kompak. Pengukusan sering diartikan pula sebagai pemasakan yang dilakukan melalui media uap panas dengan suhu pemanasan sekitar 100 o C dengan lama yang bervariasi sesuai dengan sifat bahan. Kisaran waktu pada umumnya adalah 1-11 menit. Pengukusan atau perebusan membantu menghilangkan bau amis ikan menjadi seafood dengan aroma segar, menginaktifkan enzim dekomposisi dan lainnya, mengubah tekstur melalui denaturasi protein dan dengan demikian memberikan karakteristik rasa pada produk Okuzumi dan Fujii, 2000. Pengukusan pada suhu 85 o C selama 3 menit akan menyebabkan perubahan kandungan nutrisi pada cumi- cumi meskipun hanya sedikit, hal ini dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perubahan nilai gizi cumi-cumi sebelum dan setelah pengukusan per 100 gram bahan Kadar Air Protein Kasar Lemak KH Abu Sodium mg pH Bahan Mentah Cumi-cumi Kukus 76,7 74,2 19,5 22,5 0,8 1,5 1,4 0,7 1,6 1,1 121 125 6,6 7,0 Sumber : Okuzumi dan Fujii 2000

3. Pemanggangan