beraktifitas di dalamnya? Apakah kondisi tersebut mempengaruhi perilaku pejalan kaki dalam menggunakan jalur pedestrian untuk sirkulasi?
Kawasan ini berpotensi untuk terus berkembang, tetapi perkembangan tersebut dapat berdampak negatif terhadap berjalannya fungsi jalur pedestrian sebagai wadah
aktivitas pejalan kaki dapat berjalan dengan baik. Hal ini penting untuk menjaga agar jalur pedestrian dapat memberikan pelayanan yang baik terhadap kegiatan sehari-hari
masyarakat Kota Medan. Beranjak dari berbagai pertanyaan tersebut maka penting dilakukan penelitian tentang fungsi jalur pedestrian pada kawasan Jalan Gatot Subroto
Medan ditinjau dari aspek kenyamanan penggunanya. Dapat dilihat secara fisik bahwa sepanjang Jalan Gatot Subroto banyak kendaraan roda empat dan roda dua yang seenaknya
parkir di daerah jalur pejalan kaki, bahkan sama sekali tidak menyisakan ruang perlintasan bagi pejalan kaki.
Perencanaan jalur pedestrian harus mencakup berbagai aspek dan menjawab tantangan di atas. Untuk itu diperlukan penelitian yang mengkaji rasa nyaman bagi
pengguna jalur pejalan kaki di Jalan Gatot Subroto Medan khususnya dalam aspek kenyamanan berdasarkan persepsi masyarakat yang menggunakan fasilitas tersebut.
1.2 Perumusan Masalah
Dari paparan mengenai latar belakang masalah di atas, jalur Jalan Gatot Subroto memiliki posisi ekonomis yang cukup tinggi dan signifikan di Kota Medan akan tetapi
terdapat banyak hal yang mengganggu kwalitasnya. Fenomena yang terjadi saat ini adalah pertumbuhan jalur Jalan Gatot Subroto Medan yang tidak teratur dan kepadatan perabot
Universitas Sumatera Utara
kota pada jalur pedestrian yang cukup tinggi. Hal tersebut terlihat dari kondisi arus lalu lintas yang cukup padat di sepanjang jalur Jalan Gatot Subroto Medan berakibat pada
kemacetan jalan dan sirkulasi lalu lintas yang kurang baik. Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Apakah ruang pejalan kaki di Jalan Gatot Subroto sudah memenuhi kebutuhan
dasar penggunanya? 2.
Bagaimanakah persepsi pejalan kaki terhadap jalur pedestrian di Jalan Gatot Subroto ditinjau dari jarak tempuh?
3. Bagaimanakah fasilitas pada jalur pejalan kaki di Jalan Gatot Subroto dapat
memenuhi aspek kecepatan dalam berjalan kaki? 4.
Apakah fasilitas yang ada di jalur pejalan kaki memenuhi aspek keamanan dan kenyamanan bagi penggunanya?
5. Bagaimanakah persepsi pejalan kaki mengenai faktor-faktor pendukung yang
harus dipenuhi untuk jalur pedestrian di Jalan Gatot Subroto Medan?
1.3 Landasan Teori
Dalam perancangan fasilitas pejalan kaki, perlu diketahui bahwa kebutuhan pejalan kaki yang harus dipenuhi cukup bervariasi sehingga perancangan yang dilakukan juga
harus fleksibel untuk mengakomodir perbedaan kebutuhan pengguna jalur pejalan kaki tersebut. Standar perencanaan fasilitas pejalan kaki terkadang harus dapat diaplikasikan
untuk memenuhi kebutuhan rata-rata dari populasi pengguna fasilitas tersebut, contohnya kecepatan berjalan kaki adalah 4,8 kmjam sampai 6,4 kmjam, namun untuk anak-anak dan
Universitas Sumatera Utara
orang-orang yang lebih tua memiliki kelemahan tertentu, dimana mereka berjalan dengan kecepatan di bawah 3,2 kmjam.
Harris dan Dines 1988 mengartikan bila kelengkapan dan perlengkapan jalan street furniture secara kolektif sebagai elemen-elemen yang ditempatkan dalam sebuah
streetscape untuk kenyamanan, kesenangan informasi, kontrol sirkulasi dan perlindungan bagi penggunan jalan. Elemen-elemen ini harus merefleksikan karakter lingkungan
setempat dan menyatu dengan karakter kawasan tempatnya berada. Pada umumnya pejalan kaki berjalan dari tempat parkir atau pemberhentian umum
yang tidak terlalu jauh. Tujuan orang berjalan kaki biasanya dikaitkan dengan asal dan tujuan perjalanan. Sejumlah perjalanan ditarik oleh aktifitas berdasarkan tipe dan skala
kegiatan yang di kawasan tersebut. Pertokoan yang ada pada suatu kawasan biasanya akan menarik lebih banyak pejalan kaki untuk berada di sana.
Menurut Rubenstein 1992, pola penataan sirkulasi dapat mempengaruhi atau mengkondisikan pejalan kaki untuk melakukan pergerakan atau aktifitas di suatu tempat.
Peletakan parkir dan pemberhentian angkutan umum akan berpengaruh pada fasilitas parkir yang tersedia sehingga dapat menjadi salah satu generator aktivitas pada kawasan tersebut.
Hamid Shirvani 1985 menjelaskan bahwa kegiatan berbelanja, makan, menonton, bersantai, pergi, kembali dari bekerja merupakan ciri utama dari suatu kota yang makmur,
sedangkan adanya aktifitas pendukung akan menempatkan poros-poros aktifitas utama dan kemudian menghubungkannya satu sama lain dengan sebuah jalur pejalan kaki yang aman
dan dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan para pejalan kaki.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Tujuan Penelitian