3. Kelompok pejalan pemakai kendaraan umum dan kendaraan pribadi adalah
mereka yang menggunakan moda berjalan sebagai moda antara dari: a.
Tempat parkir kendaraan pribadi ke tempat perhentian kendaraan umum. b.
Di dalam terminal atau stasiun. c.
Dari tempat perhentian kendaraan umum ke tempat tujuan akhir pepergian. 4.
Kelompok pejalan pemakai kendaraan pribadi penuh adalah mereka yang menggunakan atau memiliki kendaran pribadi dan hanya menggunakan moda
angkutan berjalan sebagai moda antara dari tempat parkir kendaraan pribadinya ke tempat akhir pepergian yang hanya dapat ditempuh dengan berjalan.
2.3 Kebutuhan Pejalan Kaki
Perencanaan dan perancangan fasilitas pejalan kaki sebaiknya dapat memenuhi kebutuhan penggunanya dari semua kelompok usia dengan karakteristik yang berbeda-
beda. Dalam mendefinisikan kebutuhan pengguna jalur pejalan kaki, perancang harus mempertimbangkan makna sosial yang mendasari perilaku dan persepsi pengguna jalur
pejalan kaki atau kelompok penggunanya dan bukan semata-mata hanya berdasarkan apa yang dikatakan oleh pengguna jalur pejalan kaki mengenai apa yang mereka butuhkan.
2.3.1 Kebutuhan ruang berjalan kaki Kebutuhan ruang berjalan kaki menurut Rapoport 1977 dibagi menjadi dua
macam yaitu ruang gerak dan ruang istirahat. Ruang gerak bersifat dinamis, kegiatannya antara lain berjalan dan bergerak walaupun dengan sangat lambat atau perlahan-lahan.
Besaran dimensi ruang gerak tergantung juga pada jarak berpapasan baik itu dari arah yang
Universitas Sumatera Utara
sama maupun berbeda, dimensi minimun yang dibutuhkan sewaktu pengguna jalur berpapasan adalah 1,5m x 1,5m Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Jarak Aman Pejalan Kaki Ketika Berpapasan Sumber: Washington State Department Of Transportation 1997
Menurut Haries dan Dines 1988 kriteria fisik dalam merencanakan sirkulasi pedestrian, diantaranya yaitu:
1. Kriteria dimensional ruang pedestrian, seperti yang terlihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Jarak Ruang Yang Dibutuhkan Antar Pejalan Kaki di Depannya Sesuai Lokasi Harris dan Dines,1988
Sumber: Washington State Department Of Transportation 1997
Universitas Sumatera Utara
2. Kriteria Pergerakan Faktor kecepatan pergerakan akan mengalami penurunan bila jumlah pejalan
kaki meningkat, ada persimpangan dan naik atau turun tangga. 3. Kriteria Visual
Persyaratan visual pemandangan disesuaikan dengan sudut pandang mata atau tinggi sudut pandang pejalan kaki yang nyaman untuk melihat pandangan normal
setinggi mata. Karateristik lingkungan yang ramah bagi pejalan kaki dapat diatur dengan membuat
batasan atau perancangan fasilitas pejalan kaki yang terintegrasi dengan moda transportasi lainnya serta dapat menyesuaikan dengan kebutuhan saat ini dan masa akan datang. Tata
guna lahan berupa pengaturan sirkulasi dan akses jalur pejalan kaki yang diarahkan ke pusat kota, tempat-tempat perbelanjaan, perkantoran, sekolah-sekolah, taman, dan kawasan
lainnya dapat dilakukandengan menggunakan pengaturan pola guna lahan berbentuk grid atau blok-blok pendek pada kawasan perkotaan, hal ini dimaksudkan untuk memperpendek
jarak tempuh perjalanan. Kontinuitas jaringan jalan perkotaan, jalur pejalan kaki, dan fasilitas pejalan kaki
dapat meningkatkan pergerakan pejalan kaki dengan menggunakan teknik yang bisa memperlambat laju kendaraan misalnya dengan merancang bundaran, kerb dan sebagainya.
Selain itu perletakan tempat pemberhentian kendaraan penumpang umum TPKPU yang mudah dicapai serta dilengkapi dengan perabotan jalan seperti bangku istirahat, lampu
Universitas Sumatera Utara
penerangan, tong sampah akan mampu menciptakan lingkungan yang menarik dan bermanfaat bagi pejalan kaki.
Setiap jalur pejalan kaki sebaiknya mempunyai arah tujuan yang jelas dan menyediakan rute-rute yang dapat dipilih sesuai kebutuhan penggunanya dan menyediakan
jalan pintas bila keadaan memungkinkan. Pertimbangan dalam perencanaan kebutuhan pejalan kaki di kawasan pusat kota adalah sebagai berikut New Jersey Department of
TransportationNJDOT Pedestrian Compatible, 1999: a.
Pertimbangan asal, tujuan dan jalur pejalan kaki untuk menentukan letak akses pejalan kaki dan dibagian mana akses yang harus ditutup dan menyediakan jalur
alternatif. b.
Pejalan kaki pada umumnya memilih rute terpendek. Oleh sebab itu ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu:
- Membuat rintangan atau hambatan dibagian yang tidak diperuntukkan bagi
pejalan kaki misalnya dengan menggunakan barikade, penghalang, papan informasi, dan lain-lain.
- Menyediakan rute yang mudah diakses, dapat dipakai, aman, dengan
memasang papan informasi atau rambu-rambu. c.
Mendata guna lahan yang dapat membangkitkan perjalanan pejalan kaki misalnya guna lahan pendidikan, perkantoran, pusat perbelanjaan, dan
sebagainya untuk menentukan apakah penambahan fasilitas pendukung diperlukan atau tidak.
Universitas Sumatera Utara
d. Mempertimbangkan kebutuhan pejalan kaki pada waktu malam hari, khususnya
penerangan dan pandangan yang jelas. e.
Menghindari pemblokiran jalur pejalan kaki oleh konstruksi bangunan atau peralatan lainnya.
f. Petimbangkan teknik konstruksi panggung apabila tidak ada jalur alternatif bagi
pejalan kaki. 2.3.2 Pedestrianisasi jalur pejalan kaki
Menurut Murtomo dan Aniaty 1991, jalur pejalan kaki atau pedestrian di kawasan perkotaan dapat berfungsi sebagai elemen yang mempengaruhi perkembangan kehidupan
suatu kota, antara lain adalah: a. Pedestrianisasi dapat menumbuhkan aktivitas yang sehat sehingga mengurangi
kerawanan kriminalitas. b. Pedestrianisasi dapat merangsang berbagai kegiatan ekonomis sehingga akan
berkembang kawasan bisnis yang menarik. c. Pedestrianisasi sangat menguntungkan sebagai ajang kegiatan promosi, pameran,
periklanan, kampanye dan lain sebagainya. d. Pedestrianisasi dapat menarik bagi kegiatan sosial, perkembangan jiwa dan
spiritual. e. Pedestrianisasi mampu menghadirkan suasana dan lingkungan yang spesifik,
unik dan dinamis di lingkungan pusat kota.
Universitas Sumatera Utara
f. Pedestrianisasi berdampak pula terhadap upaya penurunan tingkat pencemaran udara dan suara karena berkurangnya kendaraan bermotor yang lewat.
Kenyamanan dari pejalan kaki dalam berjalan adalah tersedianya fasilitas-fasilitas yang mendukung kegiatan berjalan dan dapat dinikmati penggunanya. Kegiatan berjalan
tersebut dilakukan tanpa adanya gangguan dari aktivitas lain yang menggunakan jalur tersebut. Fungsi jalur pedestrian yang sesuai adalah jalur pejalan kaki dapat menumbuhkan
aktivitas yang sehat sehingga mengurangi kerawanan kriminalitas, menguntungkan sebagai sarana promosi dan dapat menarik bagi kegiatan sosial serta pengembangan jiwa dan
spiritual. 2.3.3 Penataan sirkulasi jalur pejalan kaki
Kelancaran sirkulasi bagi pejalan kaki dan keselamatan dari ancaman kecelakaan oleh kendaraan merupakan salah satu tujuan utama keberadaaan jalur pejalan kaki. Metode
untuk mengurangi konflik antara pejalan kaki dengan kendaraan adalah sistem penyekat waktu dan ruang diantara keduanya. Sistem penyekat waktu adalah pemisahan kedua jalur
pada jam tertentu. Sistem penyekat ruang adalah pemisahan kedua jalur tersebut. Untuk system penyekat waktu dapat mempergunakan rambu-rambu lalu lintas
sebagaialat bantu, sedangkan penyekat ruang dapat menggunakan jembatan penyeberangan di atas jalan atau di bawah permukaan tanah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait
sirkulasi pejalan kaki adalah dimensi jalan danjalur pedestrian, tempat asal sirkulasi dan ketepatan tujuan sirkulasi pejalan kaki, maksud perjalanan, waktu hari dan volume pejalan
kaki.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Rubenstein 1992, pola penataan sirkulasi dapat mempengaruhi atau mengkondisikan pejalan kaki untuk melakukan pergerakan atau aktifitas di suatu tempat.
Peletakan parkir akan berpengaruh pada fasilitas parkir, kapasitas, akses dan layout. Perjalanan pejalan kaki biasanya relatif dekat. Karena kebanyakan pejalan kaki berjalan
dari tempat parkir atau dari pemberhentian umum yang tidak terlalu jauh pula. Jika maksud perjalanan purpose trip dan tipe perjalanan pejalan kaki dipahami maka suatu fasilitas
pejalan kaki yanglebih baik dapat dikembangkan atau dibangun. Maksud pejalan kaki terkait dengan tipe pengguna lahan yang dikaitkan dengan asal dan tujuan perjalanan.
Sejumlah perjalanan ditarik oleh aktifitas berdasarkan tipe dan skala. Pertokoan eceran biasanya menarik lebih banyak pejalan kaki.
Standar ruang untuk pejalan kaki menurut Harris dan Dines 1988, dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Lebar a.1. Lebar jalur pedestrian tergantung pada tujuan dan intensitas pemakaian
a.2. Satu orang sama dengan 24 inchi 60cm, dengan lebar minimum jalan setapak adalah 4 ft 120cm.
a.3. Memperhatikan kelengkapan dan perlengkapan jalan street furniture b. Kemiringan
b.1. Longitudinal, dengan dasar pertimbangan kebiasaan atau kemudahan bergerak dan tujuan desain:
b.1.1. Ideal : 0–3
b.1.2. Maksimum : 5
Universitas Sumatera Utara
b.1.3. Tergantung Iklim : 5–10
b.1.4. Untuk ram : 1,5–8
b.2. Transversal b.2.1. Minimum tergantung material : 1
b.2.2. Ideal rata-rata : 3
b.2.3. Maksimum untuk drainase : 3
c. Perhitungan dimensi untuk lebar pedestrian Lebar efektif minimum ruang pejalan kaki berdasarkan kebutuhan orang adalah
60cm ditambah 15cm untuk bergoyang tanpa membawa barang, sehingga kebutuhan total minimal untuk 2 orang pejalan kaki atau 2 orang pejalan kaki
berpapasan tanpa terjadi berpapasan menjadi 150cm. Dalam keadaan ideal untuk mendapatkan lebar minimum Jalur Pejalan Kaki W dipakai rumus sebagai
berikut: Lebar jalan W =
P 35
+ 1,5 Keterangan:
W = lebar Jalur Pejalan Kaki. P = volume pejalan kaki orangmenitmeter
2.4 Jalur Pejalan Kaki Pedestrian Path