BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada analisis penelitian ini pengguna jalur pejalan kaki di Jalan Gatot Subroto Medan yang menjadi responden. Jumlah kuisioner yang disebarkan sebanyak 100 buah
eksemplar kepada para responden yang dipilih secara acak, peta titik-titik tempat pengambilan sampel yang telah ditentukan lima zona. Faktor aktivitas responden sangat
berpengaruh dalam memilih jawaban sesuai dengan hasil data yang ada. Generator- generator disekitar Jalan Gatot Subroto Medan juga membuat aktivitas responden memiliki
kaitan dengan materi kuisioner yang ditanyakan. Hal tersebut berpengaruh terhadap persepsi responden dalam menjawab materi-materi kuisioner yang disebarkan. Faktor-
faktor tersebut memiliki keterkaitan langsung yang erat dengan kehadiran jalur pejalan kaki di jalur Jalan Gatot Subroto Medan. Bila ditinjau dari fungsi jalur pejalan kaki sebagai
sarana mobilisasi di kawasan tersebut dengan tujuan untuk mencapai titik-titik atau ruang- ruang yang ada di kawasan Jalan Gatot Subroto Medan.
5.1 Persepsi Pejalan Kaki di Jalan Gatot Subroto Berdasarkan Aspek Kebutuhan
Dasar Pengguna
Keadaan jalur pejalan kaki di Jalan Gatot Subroto naik turun dan terputus-putus. Kondisi itu menimbulkan persepsi penggunanya merasa tidak nyaman dan terganggu ketika
berjalan kaki sebesar 86. Hal ini disebabkan karena kenyamaan, pejalan kaki tidak
Universitas Sumatera Utara
dapat merasa nyaman di area pejalan kaki akibat banyaknya parkir kendaraan roda empat dan bersinggungan langsung dengan pedagang kaki lima PKL, selain itu juga jalur pejalan
kaki harus terputus oleh adanya perpotongan ruas jalan persimpangan sehingga faktor kemudahan dan keamanan menjadi berkurang, sehingga kodisi ini tidak sesuai dengan
Utterman 1994, perancangan jalur pejalan kaki yang baik yang berhubungan dengan tingkat kenyamanan comfort level dan kapasitas sistem ruang pejalan kaki, pejalan kaki
yang merasa tidak terganggu dan nyaman dengan kondisi fisik jalur pejalan kaki yang ada sebesar 14, hal ini karena resposponden tidak melakukan perjalanan yang harus
menyebarang dan melakukan perjalanan dalam jarak yang pendek Gambar 5.1.
[VALUE] [VALUE]
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Jumlah Responden
A B
Keterangan A. Ya
B. Tidak
Gambar 5.1 Persepsi pengguna jalan terhadap kondisi permukaan jalur pejalan kaki yang naik turun dan terputus-putus mengganggu rasa nyaman ketika menggunakannya
Sumber: Data Kuesioner Peneliti
Universitas Sumatera Utara
Keadaan jalur pejalan kaki di Jalan Gatot Subroto terganggu akibat keberadaan perabot kota, perpotongan dengan ruas jalan yang lain persimpangan dan kenderaan
bermotor seperti terlihat pada Gambar 5.2 dan 5.3.
Gambar 5.2 Kondisi permukaan jalur pejalan kaki yang terputus akibat perpotongan dengan ruas jalan yang lain persimpangan
Sumber: Dokumen Peneliti Oktober 2013
Gambar 5.3 Jalur pejalan kaki yang dipenuhi kenderaan bermotor roda dua dan roda empat
Sumber: Dokumen Peneliti Oktober 2013
Universitas Sumatera Utara
Kebutuhan ruang berjalan kaki pada ruas Jalan Gatot Subroto dapat dikategorikan sebagai kategori tempat umum sehingga jarak ruang yang diperlukan adalah 1,8m Harris
dan Dines, 1988, Jarak Ruang yang Dibutuhkan Antar Pejalan Kaki di Depannya Sesuai Lokasi, pada ruas Jalan Gatot Subroto pada sisi kiri selebar 2,1 m dan dan kanan 1,8 m
sehingga untuk jarak ruang yang dibutuhkan sudah sesuai dengan kriteria fisik dalam merencanakan sirkulasi pedestrian.
Kondisi itu menimbulkan persepsi penggunanya merasa perlu diberi ram pada jalur masuk kenderaan 21. Berdasarkan teori Utterman, 1984, tingkat kenyamanan comfort
level dan kapasitas sistem ruang pejalan kaki yang dipengaruhi oleh latar belakang kondisi dan persepsi pejalan kaki. Ada juga dari beberapa pejalan kaki yang merasa perlu diberi
pembatas berupa railing 54. Dan juga menimbulkan persepsi penggunanya untuk melengkapi jalur pejalan kaki dengan papan informasi yang bermanfaat bagi penggunanya
25 Gambar 5.5. Gambar 5.4 Jalur pejalan kaki yang naik turun akibat
berpotongan dengan persimpangan Sumber: Dokumen Peneliti Oktober 2013
Universitas Sumatera Utara
Keadaan jalur pejalan kaki di Jalan Gatot Subroto cukup ramai. Hal tersebut dibuktikan oleh persepsi penggunanya yang selalu berjalan beriringan memanfaatkan lebar
jalur pejalan kaki yang ada 18. Ada juga dari beberapa pejalan kaki berjalan sendiri- sendiri karena sempitnya jalur pejalan kaki 26. Pejalan kaki harus menyesuaikan posisi
berjalan sesuai tingkat keramaian 56 Gambar 5.6. Keterangan
A. Pada jalur masuk kendaraan diberi ram agar kontiniutas perjalanan penggunanya tidak terganggu oleh jalan masuk kendaraan.
B. Memberi pembatas berupa railing di sepanjang jalur pejalan kaki. C. Melengkapi jalur pejalan kaki dengan papan informasi yang bermanfaat bagi
penggunanya. Gambar 5.5 Persepsi pejalan kaki ditinjau dari aspek yang harus dipenuhi suatu
jalur pejalan kaki agar terhindar dari kendaraan bermotor Sumber: Dokumen Peneliti Oktober 2013
Keterangan A. Berjalan beriringan memanfaatkan lebar jalur pejalan kaki.
B. Berjalan sendiri-sendiri karena jalur pejalan kaki sempit. C. Berjalan menyesuaikan keramaian di jalur pejalan kaki.
Gambar 5.6 Persepsi pejalan kaki pada saat berjalan bersama keluargateman ketika berada di jalur pejalan kaki di jl. Gatot Subroto Medan
Sumber: Dokumen Peneliti Oktober 2013
Universitas Sumatera Utara
Kondisi jalur pejalan kaki di Jalan Gatot Subroto Medan yang telah banyak diisi oleh perabot jalan sehingga menyempitkan ruas jalur pejalan kaki seperti pada Gambar 5.7.
Kondisi jalur pejalan kaki di Jalan Gatot Subroto yang padat menimbulkan persepsi penggunanya untuk memalingkan badan menghindari tabrakan antar sesama pengguna jalur
pejalan kaki 68. Ada juga dari beberapa pejalan kaki turun ke jalan untuk menghindari tabrakan antar sesama pengguna jalur pejalan kaki 16. Pejalan kaki mengkondisikan
dengan sendirinya lebar jalur pejalan kaki yang ada 16 Gambar 5.8. Kondisi Volume pejalan kaki teramai yaitu pada zona 2 sebanyak 218 orang2 jam atau 2 orang per menit
sehingga membutuhkan lebar pedestrian sebesar 1,8 m, sesuai dengan persamaan Lebar Pedestrian, dari segi perencanaan sudah sesuai dengan teori, akan tetapi pejalan kaki harus
menyesuaikan dan merasa sempitnya jalur pejalan kaki dan menghindar tabrakan dengan pejalan kaki lainnya, akibat jalur pedestrian juga diperuntukkan untuk parkir dan di
fungsikan juga sebagai tempat rambu-rambu jalan. Gambar 5.7 Jalur pejalan kaki yang ditempatkan pot bunga dan
rambu-rambu sehingga menyempitkan ruas pejalan kaki Sumber: Dokumen Peneliti Oktober 2013
Universitas Sumatera Utara
Sebagian besar pejalan kaki masih menganggap bahwa jalur pejalan kaki di Jalan Gatot Subroto adalah pilihan yang paling baik untuk berjalan. Hal tersebut dibuktikan oleh
persepsi pengguna jalan untuk berjalan pada jalur pejalan kakitrotoar jalan adalah 80. Hanya sebagian kecil pejalan kaki yang merasa setback bangunan atau pinggir bangunan
17. Serta pinggir ruas Jalan Gatot Subroto Medan sebagai tempat berjalan yang aman 3 Gambar 5.9. Kondisi ini disebabkan sebahagian besar pejalan kaki hanya melakukan
jarak tempuh yang pendek dan jarak tapak ditidak lebih dari 90 meter dari tempat parkir dan pintu masuk bangunan. Tempat penyeberangan orang telah ditempatkan pada lokasi-
lokasi objek perdagangan dengan jarak antar tempat penyeberangan 120 meter sampai 241 meter.
Keterangan A. Memalingkan badan untuk menghindari tabrakan antar sesama pengguna jalur
pejalan kaki. B. Turun ke badan jalan untuk menghindari tabrakan antar sesama pengguna jalur
pejalan kaki. C. Berjalan seperti biasa sampai ke tempat tujuan.
Gambar 5.8 Ketika anda berada di jalur pejalan kaki dan berpapasan dengan pengguna jalur pejalan kaki yang lain, apakah yang anda lakukan pada saat itu?
Sumber: Dokumen Peneliti Oktober 2013
Universitas Sumatera Utara
w
Jalur pejalan kaki di Jalan Gatot Subroto belum sepenuhnya memenuhi faktor-faktor pendukung jalur pejalan kaki. Hal tersebut dibuktikan oleh persepsi penggunanya untuk
berjalan berhati-hati dikarenakan jalur pejalan kaki terputus-putus akibat ada jalur masuk kenderaan 32. Ada juga dari beberapa pejalan kaki merasa perlu berhati-hati karena
permukaan jalur pejalan kaki banyak yang rusak atau berlubang 38. Hal ini juga dibuktikan oleh persepsi penggunanya untuk berjalan berhati-hati karena adanya papan
informasi dan pepohonan di tengah-tengah jalur pejalan kaki 5. Serta beberapa penggunanya perlu berhati-hati dikarenakan tidak ada batas pengaman antara pengguna
jalur pejalan kaki dengan kenderaan bermotor 25 Gambar 5.10. Secara teoritis jalur pejalan kaki harus bersifat kontinuitas, tidak terputus oleh jalur masuk kenderaan. Beberapa
faktor pendukung yang harus dipenuhi antara lain pemeliharaan fasilitas pejalan kaki misalnya penggantian material yang telah rusak, penempatan perabot jalan seperti papan
3
17 80
10 20
30 40
50 60
70 80
90
Jumlah Responden
A B
C
Keterangan A. Pada jalur pejalan kakitrotoar jalan.
B. Setback bangunanpinggir bangunan. C. Pinggir ruas jalan Gatot Subroto Medan.
Gambar 5.9 Persepsi pejalan kaki terhadap bagian mana yang dianggap paling aman ketika berjalan kaki di jalur Jalan Gatot Subroto Medan
Sumber: Dokumen Peneliti Oktober 2013
Universitas Sumatera Utara
informasi dan pepohonan harus ditata dengan baik, serta adanya batas pengaman antara pengguna jalur pejalan kaki dengan kenderaan bermotor.
Keadaan jalur pejalan kaki di Jalan Gatot Subroto tidak memadai untuk memandang lingkungan di sekitarnya pada malam hari. Hal ini dibuktikan oleh persepsi penggunanya
untuk membutuhkan sarana diperbanyaknya lampu penerangan jalan 33. Ada juga dari beberapa pejalan kaki merasa perlu dilengkapinya trotoar dengan lampu-lampu penerangan
39. Dan juga menimbulkan persepsi penggunanya untuk membuat ruang-ruang statis pada jalur pejalan kaki 28 Gambar 5.11. Menurut Utterman 1984 salah satu kriteria
yang harus dipenuhi dalam sebuah perancangan jalur pejalan kaki adalah yang baik adalah daya tarik. Daya tarik dapat berasal dari lampu penerangan jalan. Penerangan jalan
25 5
38 32
5 10
15 20
25 30
35 40
Jumlah Responden
A B
C D
Keterangan A. Jalur pejalan kaki terputus-putus akibat ada jalur masuk kendaraan
B. Permukaan jalur pejalan kaki banyak yang rusak atau berlubang C. Terdapat papan informasi dan pepohonan di tengah-tengah jalur pejalan kaki
D. Tidak ada batas pengaman antara pengguna jalur pejalan kaki dengan kenderaan
bermotor Gambar 5.10 Persepsi pejalan kaki untuk berhati-hati ketika berjalan
dijalur pejalan kaki Jalan Gatot Subroto Medan Sumber: Dokumen Peneliti Oktober 2013
Universitas Sumatera Utara
bertujuan untuk mengakomodir pergerakan pejalan kaki dan kendaraan agar menjadi lebih aman Harris dan Dinnes, 1988. Pemakai jalan dapat dibantu orientasinya untuk mengenal
zona yang berbeda dari penggunaan suatu tapak melalui hirarki efek penerangan yang tepat. Hirarki tersebut dapat diatur dari perbedaan jarak, ketinggian dan warna cahaya lampu yang
dipergunakan. Penerangan harus sesuai secara fungsional dan dalam skala yang baik bagi pejalan kaki dan jalur kenderaaan.
Keadaan jalur pejalan kaki di Jalan Gatot Subroto selayaknya mengakomodir kebutuhan penyandang cacat. Hal ini dibuktikan oleh penggunanya yang merasa tidak
terakomodirnya kebutuhan penyandang cacat 97. Walaupun ada juga dari sebagian kecil pejalan kaki yang merasa sudah terakomodirnya kebutuhan penyandang cacat 3
Gambar 5.12. Pada jalur pejalan kaki di ruas Jalan Gatot Subroto belum adanya peruntukan bagi penyandang cacat.
28
39 33
5 10
15 20
25 30
35 40
45
Jumlah Responden
A B
C
Keterangan A. Memperbanyak lampu penerangan jalan
B. Melengkapi trotoar dengan lampu-lampu penerangan C. Membuat ruang-ruang statis pada jalur pejalan kaki
Gambar 5.11 Persepsi pejalan kaki terhadap kebutuhkan pada jalur pejalan kaki Jalan Gatot Subroto Medan agar bisa memandang lingkungan
disekitarnya pada malam hari Sumber: Dokumen Peneliti Oktober 2013
Universitas Sumatera Utara
Para pejalan kaki di Jalan Gatot Subroto sulit untuk mengenali atau mengetahui fungsi bangunan yang dilewati akibat banyanyak pedagang kaki lima PKL yang
memadati ruang milik jalan dan ruang pengawasan jalan RUMIJA dan RUWASJA dan banyaknya kendaraan roda dua dan empat yang parkir pada trotoar jalan yang berfungsi
sebagai jalur pedestrian. Hal ini dibuktikan oleh persepsi penggunanya yang merasa sulit untuk mengenali atau mengetahui fungsi bangunan pada ruang pejalan kaki yang buruk
53. Ada juga dari beberapa pejalan kaki yang merasa disebabkan karena banyaknya papan informasi dan perabot kota yang menghadang pemandangan 42. Dan juga
menimbulkan persepsi penggunanya sulit untuk mengenali atau mengetahui fungsi bangunan yang dilewati dikarenakan jarak antara jalur pejalan kaki ke bangunan terlalu
jauh 5 Gambar 5.13.
97 3
20 40
60 80
100 120
Jumlah Responden
A B
Keterangan A. Ya
B. Tidak
Gambar 5.12 Persepsi pejalan kaki terhadap kondisi jalur pejalan kaki di jalan Gatot Subroto Medan apakah sudah mengakomodir kebutuhan penyandang cacat?
Sumber: Dokumen Peneliti Oktober 2013
Universitas Sumatera Utara
Keadaan jalur pejalan kaki di Jalan Gatot Subroto tidak hanya digunakan sebagai tempat berjalan. Kondisi itu menimbulkan persepsi penggunanya dapat melakukan kegiatan
mengobrol dengan orang lain 25. Ada juga dari beberapa pejalan kaki yang dapat beristirahat untuk makan 8. Dan juga menimbulkan persepsi penggunanya dapat
memandang kawasan di sekitar jalur pejalan kaki 67 Gambar 5.14. Hal ini disebabkan karena karateristik lingkungan yang tidak ramah bagi pejalan kaki dan tidak dapat diatur
dengan membuat batasan atau perancangan fasilitas pejalan kaki serta tidak terintegrasi dengan moda transportasi lainnya. Haries dan Dines,1988.
5
42 53
10 20
30 40
50 60
Jumlah Responden
A B
C
Keterangan A. Konsentrasi penuh ketika berjalan karena kondisi jalur pejalan kaki yang buruk
B. Banyak papan informasi dan perabot kota yang menghalangi pemandangan C. Jarak antara jalur pejalan kaki ke bangunan terlalu jauh
Gambar 5.13 Persepsi pejalan kaki terhadap penyebab sulitnya untuk mengenali atau mengetahui fungsi bangunan yang dilewati ketika berada
dijalur pejalan kaki Jalan Gatot Subroto Medan Sumber: Dokumen Peneliti Oktober 2013
Universitas Sumatera Utara
Keadaan jalur pejalan kaki di Jalan Gatot Subroto selayaknya dapat dimanfaatkan untuk melihat-lihat bangunan yang ada di sisi jalan. Kondisi itu menimbulkan persepsi
penggunanya merasa dapat memanfaatkan untuk melihat-lihat bangunan yang ada di sisi jalan 39. Namun, sebagian besar pejalan kaki merasa tidak dapat memanfaatkan untuk
melihat-lihat bangunan yang ada di sisi jalan 61 Gambar 5.15.
67
8 25
10 20
30 40
50 60
70 80
Jumlah Responden
A B
C
61 39
10 20
30 40
50 60
70
Jumlah Responden
A B
Keterangan A. Mengobrol dengan orang lain
B. Beristirahat untuk makan C. Memandang kawasan di sekitar jalur pejalan kaki
Gambar 5.14 Persepsi pejalan kaki terhadap hal yang dapat di lakukan ketika berada dijalur pejalan kaki Jalan Gatot Subroto Medan
Sumber: Dokumen Peneliti Oktober 2013
Keterangan A. Ya
B. Tidak
Gambar 5.15 Persepsi pejalan kaki ketika berjalan di jalur pejalan kaki jalan Gatot Subroto Medan, apakah dapat dimanfaatkan untuk melihat-lihat
bangunan yang ada di sisi jalan? Sumber: Dokumen Peneliti Oktober 2013
Universitas Sumatera Utara
Hal sesuai dengan kriteria peruntukan jalur pejalan kaki yaitu; Pada hakekatnya pejalan kaki untuk mencapai tujuannya ingin menggunakan lintasan sedekat mungkin,
dengan nyaman, lancar dan aman dari gangguan, dan adanya kontinuitas Jalur Pejalan Kaki, yang menghubungkan antara tempat asal ke tempat tujuan, dan begitu juga
sebaliknya sehingga pejalan kaki tidak memanfaatkan untuk melihat bangunan di sisi jalan.
5.2 Persepsi Pejalan Kaki Di Jalan Gatot Subroto Berdasarkan Aspek Jarak