b.1.3. Tergantung Iklim : 5–10
b.1.4. Untuk ram : 1,5–8
b.2. Transversal b.2.1. Minimum tergantung material : 1
b.2.2. Ideal rata-rata : 3
b.2.3. Maksimum untuk drainase : 3
c. Perhitungan dimensi untuk lebar pedestrian Lebar efektif minimum ruang pejalan kaki berdasarkan kebutuhan orang adalah
60cm ditambah 15cm untuk bergoyang tanpa membawa barang, sehingga kebutuhan total minimal untuk 2 orang pejalan kaki atau 2 orang pejalan kaki
berpapasan tanpa terjadi berpapasan menjadi 150cm. Dalam keadaan ideal untuk mendapatkan lebar minimum Jalur Pejalan Kaki W dipakai rumus sebagai
berikut: Lebar jalan W =
P 35
+ 1,5 Keterangan:
W = lebar Jalur Pejalan Kaki. P = volume pejalan kaki orangmenitmeter
2.4 Jalur Pejalan Kaki Pedestrian Path
Jalur pejalan kaki atau pedestrian path adalah tempat atau jalur khusus bagi orang yang berjalan kaki. Jalur pedestrian pada saat sekarang dapat berupa trotoar, pavment,
sidewalk, pathway, plaza dan mall. Jalan dipergunakan juga dalam kata kerja berjalan,
Universitas Sumatera Utara
selain itu diartikan sebagai road, yaitu suatu media di atas bumi yang memudahkan manusia dalam tujuan berjalan.
Menurut Utterman 1984 dalam sebuah perancangan jalur pejalan kaki yang baik harus memenuhi beberapa kriteria berikut ini:
a. Keamanan, pejalan kaki harus aman dari kecelakaan yang disebabkan
kendaraan bermotor, selain itu masalah kriminalitas juga merupakan hal yang harus dipertimbangkan;
b. Kemudahan, jalur pedestrian yang baik merupakan jalur terpendek dan mudah
dicapai serta bebas dari hambatan; c.
Kenyamanan, pejalan kaki harus dapat merasa nyaman di area pejalan kaki; d.
Daya tarik, daya tarik dapat berasal dari jalur pejalan kaki, elemen pendukung pejalan kaki, dan lampu penerangan.
Pada umumnya kegiatan pejalan kaki cenderung terkonsentrasi pada area yang berdekatan dengan sudut jalan, dimana pada tempat tersebut jarak pandang yang baik
sangat diperlukan oleh pengguna jalan. Dalam Pertland Pedestrian Design Guide 1998 disebutkan terdapat 5 lima atribut jaringan sudut jalan yang baik bagi pejalan kaki yaitu:
a. Ruang yang bebas, sudut jalan harus bersih dari penghalang dan mempunyai
cukup ruang untuk mengakomodasi kebutuhan pejalan kaki yang hendak menyeberang, serta memiliki kemiringan kerb yang baik, untuk tempat
pemberhentian kendaraan penumpang umum dan juga tersedia ruang untuk berinteraksi dengan sesama pejalan kaki lainnya.
Universitas Sumatera Utara
b. Jarak pandang yang baik pada area sudut jalan untuk mempermudah
pengendara kendaraan bermotor melihat pejalan kaki yang hendak menyeberang.
c. Keberadaan signage pada area sudut jalan harus mudah dibaca dan jelas
memberi sehingga dapat memberikan informasi bagi pejalan kaki tentang tindakan apa yang harus dilakukan.
d. Ramp, tombol penyeberangan, rambu lalu lintas, marka jalan, tekstur dan
sebagainya harus memenuhi standar aksesibilitas. e.
Pemisahan area pejalan kaki dengan kendaraan bermotor, perancangan area sudut jalan harus efektif sehingga pengemudi kendaraan bermotor tidak dapat
menggunakan area pejalan kaki. 2.4.1 Jarak tempuh pejalan kaki
Jarak tempuh yang termasuk dalam kategori nyaman antara lain dipengaruhi oleh kondisi geografi, iklim, dan tata guna lahan Washington State Departemen of
Transportatioan, 1997. Ketentuan jarak tempuh yang termasuk ke dalam kategori nyaman yaitu:
a. Perletakan fasilitas, taman-taman umum, dan area yang menjadi tujuan pejalan
kaki maksimal berjarak 400 meter dari tempat asal pejalan kaki. b.
Perancangan tapak ditentukan maksimal berjarak 90 meter dari tempat parkir dan pintu masuk ke bangunan. Tempat penyeberangan jalan lebih efektif bila
diletakkan tiap jarak 120 sampai 180 meter di area pejalan kaki.
Universitas Sumatera Utara
c. Jarak tempuh pejalan kaki ke TPKPU sekitar 300 meter dan ke tempat parkir
kurang lebih 535 meter. Bila jarak tempuh dari titik asal ke tujuan perjalanan terlalu jauh maka seseorang
memutuskan untuk tidak berjalan kaki dan lebih memilih moda transportasi lainnya menuju ke tempat tujuannya.
2.4.2 Faktor-faktor pendukung jalur pejalan kaki Pendukung kegiatan merupakan kegiatan-kegiatan penunjang yang menghubungkan
dua atau lebih pusat kegiatan yang berada pada suatu kawasan Shirvani, 1985. Keberadaan pendukung kegiatan akan menambah pengalaman pengguna jalur pejalan kaki
melalui keragaman dan intensitas kegiatan yang ada disekitarnya. Beberapa faktor pendukung jalur pejalan kaki yang harus dipenuhi untuk melayani
kebutuan pejalan kaki adalah: a.
Tempat Pemberhentian Kendaraan Penampang Umum TPKPU merupakan faktor pendukung untuk melayani pejalan kaki yang menggunakan angkutan
umum untuk sampai ke tempat tujuannya. TPKPU harus dirancang sebagai satu kesatuan dengan jalur pejalan kaki;
b. Fasiltas perparkiran merupakan faktor pendukung yang diharapkan dapat
mempersingkat jarak tempuh pejalan kaki ke tempat tujuannya; c.
Keterjangkauan pelayanan umum kawasan khusus diperuntukkan pejalan kaki hendaknya dapat dijangkau oleh pelayanan umum seperti truk pengangkut
sampah, ambulan, pemadam kebakaran, dan sebagainya;
Universitas Sumatera Utara
d. Sirkulasi pejalan kaki hendaknya lancar dan aman dari bahaya kecelakaan lalu
lintas misalnya dengan pengguna penyekat ruang dan waktu. Penyekat ruangan adalah pemisahan jalur pejalan kaki dengan kendaraan misalnya dengan
jembatan penyeberangan atau terowongan penyeberangan, sedangkan pemisahan waktu adalah pemberlakuan waktu-waktu tertentu bagi pejalan kaki
dan kendaraan untuk bergerak misalnya dengan lampu lalu lintas; e.
Bangunan-bangunan di sepanjang jalur pejalan kaki keberadaan fasilitas pejalan kaki diharapkan memperkuat atau memperjelas karakter bangunan-bangunan
tersebut; f.
Perabot jalan seperti tempat duduk, lampu, telepon umum, bak bunga, tong sampah, rambu lalu lintas, halte, dan sebagainya yang tertata dengan baik
merupakan faktor pendukung bagi perjalanan disepanjang jalur pejalan kaki. g.
Pemeliharaan fasilitas pejalan kaki memerlukan pemeliharaan secara kontinue agar dapat berfungsi dengan baik misalnya penggantian material yang rusak,
pembersihan sepanjang trotoar, dan sebagainya. Pendukung kegiatan menyangkut seluruh penggunaan dan kegiatan yang menunjang
keberadaan ruang kota. Ruang kota yang dimaksud yaitu ruang atau bangunan yang diperuntukan kepentingan umum. Kegiatan dan ruang kota tersebut saling mengisi dan
melengkapi satu sama lain. Bentuk tempat dan karakteristik suatu kawasan akan menentukan fungsi dan penggunaan yang spesifikasi pada kawasan tersebut.
Bentuk pendukung kegiatan bagi jalur pejalan kaki antara lain dapat berupa layanan penjualan makan dan minum, layanan penjualan barang, fasilitas hiburan, dan fasilitas
Universitas Sumatera Utara
umum yang dapat digunakan untuk menikmati lingkungan yang menarik di sekitarnya. Keragaman bentuk pendukung kegiatan tersebut dapat memberikan citra visual yang
spesifikasi dan menjadi ciri khas bagi kehidupan di suatu kawasan perkotaan. 2.4.3 Aksesbilitas
Faktor-faktor yang mempengaruhi aksesbilitas jalur pejalan kaki adalah: a.
WaktuTime, tergantung dari tujuan perjalanan yang akan dilakukan seperti rekreasi atau berbelanja pengguna jalur pejalan kaki akan mampu berjalan lebih
lama. Sedangkan untuk aktifitas tertentu seperti bekerja yang membutuhkan ketepatan waktu maka pejalan kaki akan berjalan lebih singkat.
b. KenikmatanConvenience, perencanaan jalur pejalan kaki yang sesuai dengan
kebutuhan seluruh lapisan penggunanya, baik dari kebutuhan ruang seperti trotoar maupun tempat perlindungan dari cuaca. Perencanaan jalur pejalan kaki
yang nyaman akan mendorong penggunanya untuk berjalan menuju tempat tujuannya.
c. Kemudahan berkendara, kemapanan ekonomi suatu negara akan berimplikasi
pada ketersedian kendaraan bagi masyarakat sehingga mempengaruhi perencanaan suatu sistem jalan lalu lintas yang baik pula pada kawasan tersebut
dan bagi negara yang memiliki moda transportasi umum yang baik maka akan mendorong masyarakatnya untuk berjalan lebih aktif di jalur pejalan kaki.
d. Pola penggunaan lahan, pemanfaatan lahan untuk aktifitas tunggal akan
mempersulit pejalan kaki untuk melakukan aktifitas yang berbeda dengan
Universitas Sumatera Utara
berjalan kaki khususnya bagi yang memiliki keterbatasan waktu. Selain itu pola guna lahan tunggal akan memberikan rasa bosan dan rasa tidak nyaman bagi
pejalan kaki. Menurut Utterman 1984 kenyamanan pejalan kaki dipengaruhi oleh jarak tempuh
dengan waktu berlangsungnya aktifitas yang dilakukan. Jarak tempuh juga terkait dengan kenikmatan berjalan antara lain dengan penyediaan area berjalan kaki yang berkualitas.
Cuaca juga akan mempengaruhi jarak tempuh pengguna jalur pejalan kaki, dimana cuaca yang buruk akan dapat memperpendek jarak tempuh pejalan kaki karena orang enggan
berjalan pada ruang terbuka baik itu terkait waktu siang atau malam hari. Kecepatan berjalan kaki dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
a. Karakteristik pejalan kaki, misalnya usia, jenis kelamin, kondisi fisik badan.
b. Karakteristik perjalanan, misalnya tujuan perjalanan, rute yang telah dikenal,
jarak tempuh. c.
Karakteristik rute, lebar trotoar, kemiringan permukaan trotoar, perlindungan daya tarik, kepadatan pejalan kaki, antrian penyeberangan.
d. Karakteristik lingkungan, misalnya kondisi cuaca.
Secara umum manusia berjalan kaki dengan kecepatan antara 2,9 kmjam hingga 6,5 kmjam. Dalam kondisi tubuh sehat, seorang lelaki dewasa dapat berjalan kaki dengan
kecepatan sekitar 4,3 kmjam, dan orang lanjut usia dan penyandang cacat berjalan lebih lambat dengan kecepatan sekitar 3,2 kmjam hingga 3,6 kmjam. Dinas Bina Marga,
Kementrian PU.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Fasilitas Pada Jalur Pejalan Kaki