bagaimana kemampuan berbahasa itu diperoleh oleh manusia. Maka secara teoretis tujuan utama psikolinguistik adalah mencari satu teori bahasa yang secara linguistik
dapat diterima dan secara psikologi dapat menerangkan hakikat bahasa dan pemerolehannya.
Dengan kata lain psikolinguistik mencoba menerangkan hakikat struktur bahasa, dan bagaimana struktur itu diperoleh, digunakan pada waktu bertutur dan
memahami kalimat-kalimat dalam pertuturan itu. Dalam prakteknya psikolinguistik mencoba menerapkan pengetahuan linguistik dan psikologi pada masalah-masalah
seperti pengajaran dan pembelajaran bahasa, pengajaran membaca permulaan, membaca lanjut, kedwibahasaan dan kemultibahasaan, penyakit bertutur, seperti
afasia, gagap dan sebagainya. Penelitian tentang pemerolehan bahasa anak merupakan kajian menarik bagi
para psikolog dan linguis. Menurut pandangan psikologi behavioris Lennberg 1967 dan Krashen 1975 dalam Cahyono 1995:268-269 anak belajar bicara dengan cara
meniru pola bunyi yang didengar dari lingkungannya melalui rangsangan dan tanggapan serta penguatan dan ganjaran. Dengan cara-cara itu anak akan mencapai
tahap kemampuan mengahasilkan bahasa seperti model- model bahasa orang dewasa yang didengar
Psikologi behaviorisme menjelaskan perilaku dengan cara mengamati aneka responsi yang berlangsung apabila stimulus tertentu muncul. Stimulus yang berbeda
akan menghasilkan respons yang berbeda pula. Dalam pandangan behaveorisme sistem respons diperoleh manusia sistem pembiasaan conditioning atau
pengulangan bentuk-bentuk bahasa sehingga anak tidak lagi membuat kesalahan dalam perlakuan bahasa pertamanya
Menurut Tarigan 1984:261, asumsi behaviorisme adalah bahwa pengetahuan linguistik yanag terdiri atas rangkaian asosiasi yang berupa persyaratan instrumental
adalah perilaku berbahasa seorang individu ditentukan oleh urutan ganjaran-ganjaran yang berbeda dalam lingkungannya. Ganjaran dan hadiah akan memberi semangat
kepada anak untuk berbahasa yang banyak sehingga perbendaharaan kosa katanya menjadi luas dan berkembang.
2.3 Tinjauan Pustaka
Penelitian tentang pemerolehan bahasa sudah pernah diteliti sebelumnya, seperti Kiparsky,1968 dalam Tarigan ,1987 mengatakan bahwa pemerolehan bahasa
adalah suatu proses yang digunakan anak-anak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis dengan ucapan orang tua sampai anak dapat memilih kaidah tata bahasa
yang paling baik dan yang paling sederhana dari bahasa yang bersangkutan. Dardjowidjojo 2000 dalam bukunya Psikolinguistik tentang penelitian
longitudinalnya yang menggunakan waktu lima tahun terhadapa cucunya Echa mengungkapkan bahwa pemerolehan bahasa itu sendiri atas pemerolehan fonologi,
morfologi, sintaksis, semantik dan pragmatik. Pemerolehan bahasa juga tidak dapat terjadi karena hanya ada bekal kodrati innate properties belaka. Pemerolehan
bahasa juga tidak mungkin karena adanya faktor lingkungan saja, keduanya diperlukan sebagai proses penguasaan bahasa.
Menurut Tarigan1987, dalam bukunya Psikolinguistik mengatakan bahwa pemerolehan bahasa itu adalah suatu proses yang digunakan anak-anak untuk
serangkaian hipotesis dengan ucapan orang tua sampai anak dapat memilih kaidah tata bahasa yang paling baik dan yanag paling sederhana dari bahasa yang
bersangkutan. Tarigan juga membahas tentang tahap-tahap pemerolehan prasekolah, ujaran kombinasi, masa sekolah.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Kaseng 1984 dalam bukunya yang berjudul Pemerolehan Struktur Bahasa Anak-Anak Prasekolah membahas
pemerolehan tata bentuk dan tata kalimat anak-anak prasekolah dalam bahasa Bugis. Tata bentuk terdiri dari monomorfem dan polimorfem.
Selain itu Gustianingsih 2002 dalam tesisnya yang berjudul Pemerolehan Kalimat Majemuk Bahasa Indonesia Anak Usia Taman Kanak-Kanak mengatakan
kemampuan anak akan kalimat majemuk merupakan parameter untuk mengukur keberhasilan dan sekaligus dasar pengajaran di sekolah dasar.
Susanti 2005 dalam skripsinya yang berjudul Pemerolehan Bahasa Jawa Anak Usia 3-4 Tahun, membahas tahap-tahap pemerolehan bahasa yang terdiri atas
tahap perkembangan tata bahasa dan tahap tata bahasa menjelang dewasa. Susanti juga membahas kalimat sederhana yang dihasilkan oleh anak usia 3-5 tahun dalam
bahasa Jawa, yaitu kalimat S-P,S-P-K,K-S-P. Fauzi 2000 dalam skripsinya yang berjudul Pemerolehan Bahasa Anak-
Anak Usia 0-5 Tahun: Analisis Psikolinguistik, membahas tentang tahap-tahap pemerolehan bahasa yang terdiri atas tahap perkembangan prasekolah dan tahap
perkembangan kombinator. Tahap perkembangan prasekolah meliputi tahap meraba,