Pemerolehan Kata sapaan Bahasa Batak Toba dalam Lingkungan

pemahaman dan proses penerbitan atau proses menghasilkan kalimat-kalimat, salah satu diantaranya adalah tentang pemerolehan kata sapaan. Bagaimana anak-anak usia tiga tahun pada Pendidikan Anak Usia Dini di desa Sibuntuon Partur menerbitkan dan menghasilkan kata sapaan dalam ujaran kalimatnya Berikut ini adalah contoh percakapan pemerolehan kata sapaan di lingkungan pendidikan. 17. Guru : boasa dang manurat ho Ramot “mengapa tidak mencatat ramot” ‘Ramot, mengapa tidak mencatat’ Ramot : dang adong pitolot Guru, dang dilean Uma hepeng manuhor “tidak ada pensil ibu, tidak dikasih mama uang membeli” ‘Mama belum memberikan uang untuk membeli pensil Ibu’ Guru : marsogot suru di tuhor Uma . “besok suruh debelikan mama” ‘Besok suruh Mama membelikannya’ Dari percakapan 17 di atas dapat dijelaskan bahwa kata sapaan yang diperoleh anak usia tiga tahun merupakan kata sapaan bahasa batak Toba dalam lingkungan pendidikan sekolah. Kata sapaan yang diperoleh Ramot adalah “Uma” dan “Guru”, akan tetapi kata sapaan “guru” tidak terdapat dalam kata sapaan bahasa batak Toba. Kata sapaan guru merupakan kata sapaan yang di peroleh dari bahasa Indonesia. Dalam hal ini setiap staf pengajar dalam pendidikan tersebut Ramot menyapanya dengan kata sapaan “Guru” baik itu guru yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Dalam hal ini Ramot memperoleh kata sapaan dalam bahasa Batak Toba yaitu “Uma”, sedangkan kata sapaan “ Guru” yang diperoleh Ramot adalah kata sapaan dalam bahasa Indonesia yang penggunaannya sebenarnya kurag tepat. 18. Ibu : aha digobbar ho Ria ? “menggambar apa kau ?” ‘ Apa yang Ria gambar?’ Ratna : manggombar bittang do au Ibu “menggambar bintang aku Ibu” ‘saya sedang menggambar bintang Ibu’ 19. Ibu : boasa tarlambat ho Jakob ? “kenapa terlambat Jakkob” ‘Mengapa kamu terlambat Jakkob?’ Jakkob : tarlambat au dungo Ibu “terlambat aku bangun Ibu” “Saya terlambat bangun Ibu’ 20. Ria : Ibu parmisi jo au naeng pause “ibu pemisi dulu aku mau kebelakang” ‘Saya permisi Ibu, saya mau kekamar mandi’ Ibu : molo dung sae pause sappat pakke aek . “kalau sudah siap dari kamar mandi siram pakai air” ‘Setiap dari kamar mandi harus di siram dengan air’ 21. Ratna : tudia do alapon kapur i Ibu? “darimana di ambil kapur Ibu” ‘darimana diambil kapurnya Ibu’ Ibu : jalo sian Ibu sinaga “minta dari ibu sinaga” ‘Kapurnya minta dari Ibu Sinaga’ 22. Ibu : boasa marsala on bohimi Radot? “mengapa pucat mukamu radot” ‘Mengapa pucat mukamu Radot’ Radot : ngalian au Ibu? “kedinginan aku ibu” ‘Saya kedinginan Ibu’ 23. Jenti : dang huboan bukku gobbar hu Ibu. “tidak kubawa buku gambar ibu” ‘Saya tidak bawa buku gambar Ibu’ Ibu : sogot unang lupa mambuan bukku gobbar mu. “besok jangan lupa membawa buku gambarmu” ‘Jangan lupa membawa buku gambar besok’ Jenti : olo Ibu “ ia ibu” ‘Ia Ibu’ 24. Ibu : boasa dang ro ho nantuari Lamminar? “mengapa tidak datang kamu semalam lamminar?” ‘Mengapa semalam kamu tidak hadir Laminar’ Laminar: marsahit au Ibu “sakit saya ibu” ‘Saya sedang sakit Ibu’ Dari percakapan 18-24 di atas dapat dijelaskan bahwa kata sapaan yang diperoleh anak usia tiga tahun dari lingkungan pendidikan ini adalah “Ibu”. Interaksi dan komunikasi yang dilakukan anak tersebut menunjukkan anak kepada Ibu guru menunjukkan adanya adanya hubungan mampu memperoleh kata sapaan. Kata sapaan yang diperoleh anak tersebut adalah kata sapaan “Ibu”. Kata sapaan tersebut tidak termasuk ke dalam kata sapaan bahasa Batak Toba, akan tetapi kata sapaan tersebut sudah termasuk kedalam kata sapaan bahasa Indonesia. Dalam bahasa Batak Toba ada kata sapaan, Bapa, Uma, Omppung, Namboru, Amang Boru dan lain sebagainya, tetapi dalam bidang pendidiikan, terutama ketika berada di kelas semua murid menyapa seorang guru dengan Bapak atau Ibu guru meskipun guru tersebut masih memiliki hubungan kekerabatan dengan murid. Kata sapaan pada lingkungan pendidikan dalam bahasa Batak Toba berarti tidak ada, yang ada hanyalah sapaan Ibu guru dan Bapak guru seperti dalam bahasa Indonesia.

4.1.3 Pemerolehan Kata Sapaan Bahasa Batak Toba dalam Lingkungan

Upacara adat Pesta. Berbicara mengenai pemerolehan bahasa, maka kita tidak dapat melepaskan diri dari perlengkapan pemerolehan atau acquisition device. Dalam hal ini adanya model pemerolehan, yang dimaksud dengan model pemerolehan adalah suatu teori siasat yang dipergunakan oleh anak-anak untuk menyusun suatu tata bahasa yang tepat bagi bahasany Chomsky; 1965:25-30. Dalam hal ini lingkungan juga sangat mempengaruhi kemampuan seorang anak dalam memperoleh bahasa. Salah satu diantaranya adalah lingkungan upacara adat pesta Lingkungan upacara adat pesta juga sangat memepengaruhi bagaimana seorang anak yang berusia tiga tahun mampu memperoleh kata sapaan. Kata sapaan yang diperoleh anak yang satu dengan anak yang lainya dapat berbeda- beda. Dalam penelitian ini ditemukan beberapa tuturan kata sapaaan dalam bahasa Batak Toba dalam lingkungan upacara adat pesta . 25. Uma : sian dia hepengmi Radot? “dari mana uangmu radot?” ‘Uangmu darimana Radot’ Radot : dilean Tulang nakaning Uma nadipesta i “diberikan tulang tadi mama di pesta” ‘Tulang tadi memberikan uang di pesta’ Uma : pamasuk tusakku mi annong mago “masukkan kekantong mu, nanti hilang” ‘Masukkan kekantong uangmu ,nanti hilang’ Dari percakapan 20 di atas dapat dijelaskan bahwa kata sapaan yang diperoleh anak usia tiga tahun tersebut merupakan kata sapaan yang diperoleh dalam lingkungan upacara adat pesta. Kata sapaan yang diperoleh adalah kata sapaan “Uma”, dan “Tulang”. Dalam lingkungan keluarga bisa saja Radot tidak mengenal kata sapaan “Tulang” akan tetapi ketika “Uma’ mengajak Radot ke uapacara adat pesta , Radot berinteraksi langsung dengan Tulang. Hal itu lah yang menyebabkan Radot mampu memperoleh kata sapaan dalam lingkungan uapacara adat pesta. 26. Jakkob : di lean Namboru au jagal nakaning. “diberikan bibi aku daging tadi” ‘ Bibi memberikan kepada saya daging’ Bapak: godang do dilean tuho? “banyak diberikan Bibi itu?” ‘Banyak diberikan Bibi tadi?’ Jakkob : godang, ale di tambai amang boru tu pangana hu. “banyak, tapi diberikan amang boru ke piringku” ‘Banyak, Amang boru menambahi daging ke piring saya’