Latar Belakang Latar Belakang dan Masalah
Semua anak yang normal atau yang mengalami pertumbuhan wajar akan memperoleh satu bahasa dalam proses perkembangannya yaitu bahasa pertama atau
bahasa ibu dalam tahun-tahun pertama kehidupanya. Pemerolehan bahasa pertama terjadi pada seorang anak yang semula tanpa bahasa kini memperoleh suatu bahasa.
Hal ini sangat erat hubungannya dengan perkembangan kognitif dan perkembangan sosial anak.
Menurut Piaget, seperti dikutip Ginn, mengklasifikasikan perkembangan bahasa ke dalam tujuh tahap yaitu tahap meraba pralinguistik I, tahap meraban
kedua pralinguistik II, tahap linguistik I kalimat satu kata holoprastik, tahap lingusitik II kalimat dua kata, tahap linguistik III pengembangan tata bahasa, tahap
lingusistik IV tata bahasa pradewasa dan tahap linguistik V kompetensi penuh. Pada tahap pralinguistik I anak belum dapat menghasilkan bunyi secara
normal, pada tahap pralinguistik yang II anak sudah dapat mengoceh atau membabel dengan pola suku kata yang diulang-ulang. Bahkan menjelang usia 1 tahun anak
sudah mengeluarkan pola intonasi dan bunyi - bunyi tiruan. Pada tahap linguistik I anak sudah mulai menggunakan serangkaian bunyi
ujaran yang menghasilkan bunyi ujaran tunggal yang bermakna. Pada tahap linguistik II kosa kata anak mulai berkembang dengan pesat, ujaran yang diucapakan terdiri atas
dua kata dan mengandung satu konsep kalimat yang lengkap. Pada tahap lingusitik III anak mampu menggunakan lebih dari dua kata, kalimat yang diungkapkan biasanya
menyatakan makna khusus yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Pada tahap linguistik IV anak sudah mampu menyusun kalimat yang sudah cukup lengkap
meskipun masih ada kekurangan pada penggunaan infleksi dan kata fungsi. Pada tahap lingusitik V anak sudah memiliki kompetensi penuh dalam berbahasa.
Dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari masyarakat Batak Toba menggunakan logat Batak Toba Koetjaraningrat,1980:95. Bahasa Batak Toba cukup
dikenal dengan ciri-ciri intonasi bahasa Batak yang tegas dan keras, sehingga memiliki keunikan tersendiri diantara bahasa-bahasa daerah lainnya di Indonesia .
Humbang Hasundutan adalah salah satu daerah Batak Toba yang baru dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara, pada tanggal 28 juli 2003 sesuai dengan
UU no.9 tahun 2003, yang terletak di wilayah Propinsi Sumatera Utara, dengan luas wilayah :2.335,33 km
2
terdiri dari 10 kecamatan,1 kelurahan dan 117 desa. Jumlah penduduknya adalah 155.222 jiwa Biro Pusat Statistik Kabupaten Humbang
Hasundutan. Kabupaten Humbang Hasundutan merupakan daerah dataran tinggi yang
mempunyai ketinggian bervariasi antara 330-2075 meter di atas permukaan laut, dengan perincian :
1. Datar
= 260,95 Km
2
0 sd 2 2.
Landa = 459,60 Km
2
2 sd 15 3.
Miring = 993,68 Km
2
15 sd 40 4.
Terjal = 621,10 Km
2
40 sd 44 Bahasa Batak Toba merupakan bahasa yang paling dominan digunakan
masyarakat yang tinggal di daerah Humbang Hasundutan. Salah satu kecamatan di kabupaten ini adalah kecamatan Lintong Nihuta. Kecamatan Lintong Nihuta memiliki
12 desa Biro Pusat statistik Kabupaten Humbang Hasundutan. Salah satu desa yang
berada di kecamatan Lintong Nihuta adalah desa Sibuntuon Partur, desa Sibuntuon Partur ini merupakan desa yang memilki program Pendidikan Anak Usia Dini
PAUD. Desa Sibuntuon Partur dipilih sebagai lokasi penelitian karena daerah
tersebut merupakan masyarakat tutur, yaitu masyarakat yang menghormati interaksi antara penutur dengan mitra tutur yang dilandasi atas norma-norma adat istiadat
masyarakatnya, termasuk di dalamnya berinteraksi dengan menggunakan kata sapaan. Bahasa Batak Toba merupakan bahasa yang digunakan masyarakat Sibuntuon Partur
dalam melangsungkan komunikasi sesama anggota masyarakat. Desa Sibuntuon Partur merupakan desa yang penduduknya mayoritas suku Batak Toba.
Dalam berkomunikasi, kata sapaan sering digunakan oleh masyarakat desa Sibuntuon Partur begitu juga dengan anak-anak usia tiga tahun. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia KBBI kata sapaan adalah kata ganti yang berfungsi sebagai teguran dalam suatu percakapan.
Bahasa Indonesia mengenal kata sapaan yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari di antaranya kata kakek, nenek, bapak ayah, ibu, paman,
bibi, abang, kakak, adik, ananda, mas, dan mbak. Sama halnya dengan bahasa Batak Toba, Serepina 2010:3 masyarakat Batak Toba memiliki kata sapaan antara lain:
1. Bapa adalah sapaan untuk orang tua laki-laki.
2. Uma adalah sapaan untuk orang tua perempuan.
3. Ompung adalah sapaan untuk orang tua dari bapa atau ibu.
4. Tulang adalah sapaan untuk saudara laki-laki dari ibu .
5. Nantulang adalah sapaan untuk isteri tulang.
6. Amang boru adalah sapaan untuk suami saudara perempuan dari
ayahbapak. 7.
Namboru adalah sapaan untuk saudara perempuan dari ayahbapak atau isteri dari amang boru.
8. Eda adalah sapaan untuk isteri saudaranya laki-laki dan saudara
perempuan suaminya, saudara sepupu perempuan,
sapaaan kekerabatan antara sesama perempuan yang beripar.
9. Lae adalah sapaan untuk saudra laki-laki dari isteri, suami saudara
perempuan, anak laki-laki dari tulang, anak laki-laki amang boru. 10.
Ho adalah sapaan kepada orang yang lebih muda dan sebaya. 11.
Ampara adalah sapaan kepda orang sebaya dan teman semarga. 12.
Akkang adalah sapaan kepada saudara laki-laki atau yang lebih tua. Kata sapaan di atas dapat saja sudah diperoleh atau belum pada Pendidikan
Anak Usia Dini PAUD khususnya anak yang berumur tiga tahun yang menggunakan bahasa pertama bahasa Batak Toba. Oleh karena itu penulis ingin
melihat perkembangan bahasa khususnya kata sapaan dalam bahasa Batak Toba. Contohnya:
Anak -1 Nunga mulak Uma sian pesta.
Lingkungan Keluarga
“sudah pulang mama dari pesta” ‘Mama sudah pulang dari pesta’
Anak -2 Manurat dohami dibaen guru.
Lingkungan Pendidikan
“menulis kami disuruh guru” ‘ Kami disuruh guru menulis’
Anak-3 Dilean Namboru au hepeng di pesta.
Lingkungan Adat
“dikasih bibi aku uang di pesta” ‘Bibi memberikan uang pada saya di pesta’
Ketiga anak ini dapat menggunakan sapaan baik dalam lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan, lingkungan adat atau pesta. Akan tetapi ada anak yang
berusia 3 tahun di luar situasi ini menggunakan kata sapaan ‘Ho’ baik dalam lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan, lingkungan upacara adat pesta. Itulah
yang menjadi ketertarikan peneliti untuk meneliti pemerolehan kata sapaan bahasa Batak Toba pada Pendidikan Anak Usia Dini PAUD di desa Sibuntuon Partur.