Stimulus Negatif atau Motivasi Negatif

‘Ria, ambil dulu cangkul itu’ Ria : hu buat panggu nami on namboru “ saya ambil cangkul kami ini bibi” ‘ Saya mengambil cangkul ini Bibi’ Uma : nantulang mu doi ria, loak maho “nantulang nya itu ria, bodoh kau” ‘Dia adalah Nantulang, kamu bodoh Ria’ Dari data39 di atas dapat dijelaskan stimulus negatif atau motivasi negatif yang dilalkukan oleh orang tua Ria, menunjukkan kemampuan anak dalam bertutur sapa menjadi terhambat atau terhenti. Kosa kata yang diperoleh Ria akan semakin sedikit karena Ria takut mendengar suara yang tinggi dan akan menerima hardikan dan celaan dari orangtuanya. Sapaan “Namboru” diucapakan Ria menjadi “Nantulang”. Dalam teori behaviorisme Lenneberg 1967 dan Krashen 1975 dalam Cahyono 1995: 268-269 sesuai dengan pendapat Tarigan 1984:261 aspek psikologis yang diberikan kepada anak berupa hardikan seperti kata “bodoh” akan menghambat perkembangan kosa kata anak tersebut. 40. Bapa : sian dia doho nakaning lamminar ? “ dari mana kamu tadi lamminar” ‘Lamminar, kamu darimana tadi” Laminar : sian jabu ni tulang jimmi do au marmeam “dari rumah paman jimmi aku bermain” ‘Saya bermain di rumah Paman Jimmi’ Bapa : dang tulang, oto nai ho. Jabu ni oppung doli doi “bukan paman, bodoh kau. rumah kakek itu” ‘ Itu bukan rumah Paman, tetapi rumah Kakek, kamu bodoh’ Dari data 40 di atas dapat di jelaskan kata sapaan yang diperoleh Lamminar adalah kata sapaan dalam lingkungan keluarga. Motivasi negatif yang diberikan Bapak kepada Lamminar, mengakibatkan kosa kata anak tersebut menjadi berkurang dan tidak berkembang. Hal ini terjadi akibat kurangnya kesabaran orangtua didalam memberikan arahan, Lamminar yang kurang tepat menggunakan kata sapaan mengakibatkan stimulusnya berkurang dan merasa berkecil hati, karena orangtuanya dalam hal ini Bapa memberikan respon negatif yang mebuat mental Lamminar jadi berkurang dalam pemerolehan kosa kata khususnya pemerolehan kata sapaan. 41. Bapa : ise manuhor abit mi ramot? “ siapa membeli baju itu ramot ?” ‘Siapa yang membeli baju itu Ramot?” Ramot : uma do manuhor abit i “mama tadi membelikan baju itu” ‘ Mama yang membelikan baju itu’ Bapa : dang uma, au do manuhor i “bukan mama, aku membeli itu” ‘Bapak membeli itu, bukan Mama” Dari data 41 di atas kata sapaan yang diperoleh Ramot adalah kata sapan dalam lingkungan keluarga. Motivasi negatif yang diberikan Bapak kepada Ramot membuat timbulnya stimulus negatif terhadap anak tersebut, adanya hardikan seperti ‘bukan mama’ membuat stimulus Ramot menurun. Kemampuan pemerolehan bahasa khususnya pemerolehan kata sapaan kosa katanya menjadi miskin dan tidak berkembang dan kaku, hal ini disebabkan oleh adanya hardikan dan hentakan yang diberikan Bapa kepada Ramot ketika anak tersebut sedang melakukan komunikasi dengan orangtuanya, rasa keingintahuannya pun berkurang dan tidak berkembang. Dari stimulus negative yang diberikan orang tua pada anak menyebabkan Ramot memperoleh kata sapaan yang sangat sedikit hanya “Uma”, “Bapa” dan “Ompung doli” itupun karena mereka tinggal dalam satu rumah.

4.2.1.2 Stimulus Positif atau Motivasi Positif

Stimulus positif atau motivasi positif akan menghasilkan respon positif, sebab apabila seseorang memberikan stimulus positif berupa kata- kata yang positif aspek psikologis yang diberikan kepada anak berupa pujian dan hadiah yang berharga akan menghasilkan respon positif. Hal ini dilakukan agar anak dapat menambah dan menegembangkan kosa katanya tanpa ragu-ragu dan menyenangkan. Hasil kreatifitas anak dalam menimbulkan, mengembangkan kosa kata dalam berbahasa kepada orang lain. Hal ini sksn menghasilkan umpan balik berupa kata-kata seperti “bagus”, “pintar kamu”, “teruskan kata-kata itu”, “ ya saya sangat senang mendengar kata-kata kamu itu”, bahkan orang dewasa dapat memberikan hadiah seperti ciuman, permen atau barang-barang lain yang dapat memberikan motivasi positif terhadap perkembangan bahasa anak. Contoh : 42. Radot : nakaning dilean oppung boru au hepeng. “tadi di berikan nenek saya uang” ‘Nenek memberikan saya uang’ Uma : malo do ho ramot, pittor ditadda hodo ompung boru i “pintar kamu ramot, masih kenal kamu nenek itu.” ‘Kamu pintar Ramot, kamu masih mengenali nenekmu’ Dari data 42 di atas kata sapaan yang diperoleh anak tersebut adalah kata sapaan dalam lingkungan keluarga. Percakapan di atas menghasilkan stimulus positif dan motifasi positif. Radot yang tinggal berjauhan dengan “Ompung” mampu mengingat kata sapaan “Ompung boru”. Hal ini lah yang ditimbulkan oleh adanya stimulus positif dimana “Mama” memberikan hadiah berupa kata “pintar” yang memotivasi anak untuk mengingat kosata tersebut. Dengan demikian pemerolehan bahasa atau dalam hal ini pemerolehan kata sapaan akan dapat diperoleh Radot dan kosa kata Radot akan lebih luas dan tidak kaku dalam bertutur sapa. 43. Tulang : ise ma au ratna ? “ siapa kah aku ratna” ‘ Siapakah saya Ratna?’ Ratna : tulang rinto “paman rinto” ‘Paman Rinto”. Tulang : pisstar doho ratna “ pintar kamu ratna” ‘Kamu pintar Ratna’ Dari data 43 di atas dapat dijelaskan bahwa kata sapaan yang diperoleh Ratna adalah kata sapaan dalam lingkungan keluarga. Dalam hal ini stimulus positif yang diberikan Paman membuat kosa kata Ratna semakin berkembang dan tidak