Pembahasan Penerapan metode pembelajaran pendidikan agama islam pada program akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan
67
kemampuan akademik dan prestasi, kandidat terbaik mengikuti program akselerasi adalah siswa yang skor IQ nya paling tidak 145 dan prestasi
belajarnya 1,5 atau 2 tahun di atas kelasnya yang terakhir. Informasi dari sekolah sebelumnya juga dipakai sebagai dasar rekomendasi.Siswa yang tidak
punya catatan absen, koordinasi motoriknya bagus, memiliki pengalaman kepemimpinan, memiliki motivasi belajar tinggi, menyukai dan mencari
tantangan akademik merupakan kandidat yang sesuai untuk ikut program akselerasi.Selain 5 kemampuan itu,hubungan interpersonal, perkembangan
emosi, citra diri, kedisiplinan, komitmen orangtua untuk berkolaborasi dengan sekolah, juga menjadi kriteria untuk mengikuti program akselerasi.
Adapun kelebihan bagi siswa yang mengikuti program akselerasi adalah: a.
Lebih memberikan tantangan daripada program regular b.
Memberi kesempatan untuk belajar lebih mendekati kesesuaian dengan kemampuan, sehingga mendorong motivasi belajar
c. Terstimulasi oleh lingkungan sosial karena berada dalam satu kelas dengan
siswa lain yang kemampuan intelektualnya sebanding, sehingga lebih memberikan tantangan dan tidak memungkinkan bermalas-malasan dalam
belajar d.
Dapat lulus lebih cepat sehingga memungkinkan meraih gelar sarjana pada usia yang relatif muda tidak banyak membebani biaya orangtua dan
pemerintah. Kekurangan bagi siswa yang mengikuti program akselerasi, yaitu:
a. Dengan loncat kelas akan mengurangi kesempatan siswa untuk
bersosialisasi dengan teman sebayanya b.
Menimbulkan problem sosial dan emosional c.
Beban tugas belajar yang banyak bisa menjadi tekanan bagi kesehatan mental
d. Kesempatan untuk latihan kepemimpinan berkurang karena masalah fisik
dan kematangan sosialnya belum sematang siswa lainnya yang lebih tua e.
Melakukan akselerasi dalam perkembangan intelektual, tapi tidak dalam aspek-aspek lainnya
68
f. Belajar tidak sekedar menguasai ilmu pengetahuan, tapi berfikir, mencari
dan menggali pengetahuan, mengerti, menilai, dan membandingkan.
Dalam pelaksanaannya siswa dan guru program akselerasi sudah menggunakan sarana dan prasarana yang telah disediakan sekolah dengan
semaksimal mungkin.Diantaranya penggunaan komputer, penyediaan buku- buku, fasilitas internet dan lain sebagainya.
Berdasarkan pengamatan penulis, tidak semua dimensi kurikulum terdiferensiasi kelas akselerasi, yaitu dimensi yang membedakandengan
kurikulum kelas reguler, dapat terlaksana dalampenyelenggaraan pembelajaran, terutama
yang menyangkutpendalaman
serta pengalaman
belajar variatif.Pemberian kedalamanmateri dengan menggunakan kemampuan berfikir
abstrak tingkattinggi tidak terealisir; karena materi dan metode pembelajaran yangditerima siswa kelas akselerasi tidak berbeda dengan yang diterimaoleh
siswa kelas reguler.Perluasan pengetahuan dengan memberikanmata pelajaran di luar kurikulum reguler juga tidak terlaksana. Carapembelajaran dan praktek
di laboratorium yang diberikan kepadasiswa kelas akselerasi dan siswa kelas reguler juga relatif sama.Pemberian pengalaman belajar dengan melibatkan
siswa dalamkehidupan masyarakat, di instansi, kunjungan ke museum, ataupembelajaran oleh tokoh masyarakat, maupun pengalaman belajarmelalui
kegiatan eksplorasi, hampir tidak pernah dilakukan.Berdasarkan kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran di kelasakselerasi tidak memenuhi
salah satu asumsi penyelenggaraanprogram akselerasi tentang belajar kontekstual.Seperti pada umumnya pembelajaran konvensional di kelasreguler,
yang kurang memperhatikan perkembangan ranah afektifsiswa, di kelas akselerasi juga terjadi demikian. Namun untuk kelasakselerasi kelemahan ini
perlu mendapat perhatian yang lebih serius,karena satu dari lima standar kompetensi yang akan dicapai programakselerasi berhubungan dengan ranah
afektif, seperti pemahaman dirisendiri, pemahaman terhadap orang lain, pengendalian diri,kemandirian, penyesuaian diri, harkat diri dan berbudi
pekerti. Beberapa
mata pelajaran
yang diasumsikan
dapat
69
menumbuhkembangkanranah afektif, seperti pelajaran agama, karena metode pembelajaran yang dipakai guru masihkonvensional berbentuk ceramah,
maka hasilnyapun hanyamenyentuh ranah kognitif, diterima siswa hanya sebagai pengetahuan,dan belum tentu berpengaruh terhadap ranah afektif
siswa. Media belajar yang efektif untuk mengembangkan ranah afektifadalah
kegiatan ekstrakurikuler.Dalam praktek, kegiatan ekstra kurikuler siswa kelasakselerasi
tidak banyak
bedanya dengan
siswa kelas
reguler.Bahkan,beberapa siswa
kelas akselerasi
menjadi berkurang
frekuensinyadalam mengikuti kegiatan ekstra kurikuler karena menghadapi tugas-tugasbelajarnya yang padat.Kalaupun ada, kegiatan ekstra kurikuleruntuk
pengembangan ranah afektif dan psikomotorik siswa kelasakselerasi yang dirancang sekolah, tidak diprogram secara reguler,sehingga hasilnya tidak
sesuai dengan yang diharapkan.Kendala utama yang paling nyata bagi sekolah dan guru untukmengembangkan ranah afektif siswa, adalah padatnya
kurikulum,sistem ujian nasional, dan ketidaksiapan guru menggunakan pendekatan pembelajaran yang variatif.Kurikulum yang padat, membuat
gurusebagai ujung tombak pembelajaran, tidak dapat leluasamengembangkan metode pembelajarannya karena lebih berkonsentrasimenyelesaikan materi
yang terdapat dalam kurikulum. Kelemahan lain penyelenggaraan kelas akselerasi adalah tidakdipenuhinya
persyaratan IQ minimal siswa kelas akselerasi. Beberapa siswa kelas akselerasi
tidak memenuhi IQ minimal yang dipersyaratkan.Konsekuensinya, mereka
harus belajar lebihkeras, menggunakan sebagian besar waktunya untuk belajar agar
tidaktertinggal dari
teman-temannya sekelas.Akibatnya
mereka tidakpunya banyak waktu untuk bersosialisasi dengan teman sebayanya.Mereka
inilah yang potensial mengalami permasalahan akademik,yang bisa berakibat pada gangguan perkembangan personal dan sosial.Oleh sebab itu sekolah harus
memberikan prioritas pertama kepadakelompok siswa ini dalam memantau kinerja akademik dan perilakumereka sebagai tindakan preventif.
70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN