116 sebanyak 12 orang 10.53 dan gay yang berasal dari kelompok yang tidak
berperilaku religius sebanyak 13 orang 11.40. Untuk kategori kesehatan mental sangat rendah, hanya berasal dari kelompok gay yang tidak berperilaku
religius yakni sebanyak 4 orang. Dari data empirik di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa tingkat
kesehatan mental pada gay yang berada pada kategori tinggi dan sangat tinggi hanya berasal dari kelompok gay yang berperilaku religius. Sementara untuk
tingkat kesehatan mental dengan kategori sedang sampai sangat rendah sebagian besar berasal dari kelompok gay yang tidak berperilaku religius.
C. DISKUSI
Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa, berbagai penelitian telah berhasil membuktikan fenomena masalah kesehatan mental pada
kaum gay. Masalah kesehatan mental yang sering dialami oleh kaum gay seperti gangguan kecemasan anxiety disorder, merasa kesepian, merasa terisolasi,
depresi, harga diri rendah, ketidakstabilan emosional, kurang responsif secara emosional, mood disorder, hopeless, mengalami serangan panic panic attack,
mengalami generalized anxiety disorder, malu dengan diri sendiri, tidak puas dalam hidupnya, jijik dengan dirinya sendiri, mengalami gangguan kepribadian,
menyalahkan diri sendiri, merasa berdosa, dan mengalami ketegangan psikologis Boysen., Vogel., Madon., Stephanie Wester, 2003; Brown, 2005; Meyer,
2003; Higgins, 2006; Jorm, 2002; Meyer, 2003; Russer Joyner, 2001.
Universitas Sumatera Utara
117 Fenomena kesehatan mental seperti yang dijelaskan di atas dapat diatasi
dengan berperilaku religius. Lowenthal 2009, berpendapat bahwa perilaku religius adalah penyembuh healer terhadap masalah psikologis seseorang.
Perilaku religius yang dimiliki oleh kaum gay memampukan mereka dalam mengatasi masalah psikologis mereka seperti terselesaikannya konflik internal,
sedikit frustrasi, harga diri yang tinggi, kestabilan emosional. Efek perilaku religius terhadap kesehatan mental datang dari pola-pola pemikiran dan perilaku
yang jernih yang akan mengarahkan seseorang untuk memiliki orientasi dan jalan hidup yang jelas dan terarah Ellison, 2006; 2008. Perilaku religius berinteraksi
dengan fungsi psikologis dan tingkat kesehatan mental kaum gay Aggleton, Hurry, Warwick, 2000.
Pendapat lain juga mengatakan bahwa perilaku religius individu merupakan pengarah dan pembimbing individu untuk mengadopsi dan
menginternalisasikan pola-pola perilaku, pikiran, perasaan, emosi dan kontrol diri yang baik atau positif Sementara Ploutzian, 2009. Koening 2009
menambahkan bahwa perilaku religius individu berdampak terhadap bagaimana kondisi dan status emosi, kesejahteraan psikologis, kebahagiaan, kepuasan hidup,
pengharapan, optimisme dalam hidup, makna hidup, dan memiliki tujuan hidup yang terarah. Aspek-aspek inilah yang dapat meningkatkan kesehatan mental
individu dan sekaligus merupakan faktor proteksi pelindung bagi seseorang untuk mengalami gangguan mental.
Paham yang lain juga menegaskan bahwa perilaku religius adalah dasar dalam membentuk perkembangan kepribadian, mengarahkan dan membimbing
Universitas Sumatera Utara
118 seseorang untuk berusaha mencapai esensi kehidupan dan kematangan diri dan
pribadi serta mencapai aktualisasi diri self actualization Pieper Uden, 2006. Maslow dalam Notosoedirjo Latipun, 2005 mengatakan bahwa kematangan
diri dan aktualisasi diri adalah akar dari perkembangan kesehatan mental yang baik.
Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan kesehatan mental yang sangat signifikan pada
gay t = 17.1136 dengan signifikansi p = 0.000, dimana mean skor kesehatan mental pada gay yang berperilaku religius lebih tinggi 231.22 daripada mean
skor kesehatan mental pada gay yang tidak berperilaku religius 148.59. Hal ini dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini sesuai dengan teori-teori dan hasil-
hasil penelitian sebelumnya yang menjelaskan bahwa perilaku religius adalah penyembuh healer terhadap masalah psikologis individu.
Dari hasil perhitungan manual juga diketahui sumbangsih atau pengaruh perilaku religius terhadap kesehatan mental pada gay. Berdasarkan hasil
perhitungan manual didapat bahwa r = 0.9607384. Ini bermakna bahwa sekitar 96 pembulatan pengaruh perilaku religius membentuk kesehatan mental pada
gay dari kelompok yang berperilaku religius. Hal ini dapat dipandang bahwa perilaku religius pada gay di kota medan cukup besar sumbangsihnya dalam
membentuk status kesehatan mental mereka. Hasil penelitian ini juga dapat menunjukkan bahwa tidak 100 perilaku
religius berkontribusi dalam membentuk mental yang sehat. Secara teoritis dikatakan bahwa terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan mental
Universitas Sumatera Utara
119 seseorang, seperti perilaku religius, biologis, psikologis, sosial budaya, dan
lingkungan. Dengan demikian, sesuai dengan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa 4 lagi adalah faktor atau pengaruh lain yang berkontribusi terhadap status
kesehatan mental pada gay di kota medan. Dari data penelitian dipaparkan bahwa secara keseluruhan status kesehatan
mental pada gay di kota medan berada pada kategori rendah yakni sebanyak 38.60 dan untuk kategori tinggi adalah kategori urutan kedua yakni sebanyak
28.95. Seperti yang dijelaskan pada pembahasan di atas, bahwa sebagian besar gay yang mendapat kategori rendah ini berasal dari kelompok gay yang tidak
berperilaku religius sementara untuk kategori kesehatan mental tinggi hanya berasal dari kelompok gay yang berperilaku religius.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Ellison 2008, Mitchel dan Weatherly 2004, MacDonald 2008, yang mengatakan bahwa individu yang
tidak berperilaku religius akan mengalami kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalami kesehatan mental yang rendah. Hal ini terjadi karena orang yang tidak
berperilaku religius cenderung memiliki konstruksi kognitif yang negatif dan tidak dapat mengambil makna dari kehidupan dan penderitan yang mereka alami
yang berakibat pada tingkat kesehatan mental kaum gay dari kelompok yang tidak berperilaku religius lebih rendah yakni mean skor untuk kesehatan mental mereka
adalah 148.59. Sementara gay dari kelompok yang berperilaku religius memiliki tingkat
kesehatan mental yang lebih tinggi yakni dengan mean 231.22. Fenomena ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Almeida 2006 dan Fredrickson
Universitas Sumatera Utara
120 2006 yang mengatakan bahwa individu yang berperilaku religius dimana
perilaku religius yang mereka miliki mempengaruhi proses kognitif mereka, sehingga kaum gay yang berperilaku religius dapat mengatasi konflik,
psychological distress, penderitaan, dan masalah hidup mereka. Perilaku religius kaum gay menyiapkan mereka untuk lebih menerima diri sendiri, memiliki
ketahanan diri, resiliensi, merasa damai dalam hidupnya, percaya diri, memiliki tujuan hidup, memiliki self image yang positif, dan memaafkan diri sendiri ketika
mengalami kegagalan Almeida, 2006. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Argyle pada tahun
2000 terhadap 1760 subjek penelitiannya, memberikan kesimpulan bahwa orang yang tidak berperilaku religius seperti kehadiran ke gereja yang rendah dan
frekwensi berdoa yang jarang mengalami tingkat kesehatan mental yang rendah, sementara subjek yang memiliki perilaku religius setelah diukur tingkat kesehatan
mentalnya, mereka memiliki perbedaan yang signifikan dalam tingkat kesehatan mental, dimana orang yang kehadiran dan frekwensi melakukan ibadah dan
berdoa yang lebih tinggi memiliki tingkat kesehatan mental yang lebih tinggi pula Argyle, 2000.
Universitas Sumatera Utara
121
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan, diskusi dan saran-saran sehubungan dengan hasil yang diperoleh dari penelitian ini. Pada bagian pertama
akan diuraikan kesimpulan dari penelitian ini yang kemudian akan dilanjutkan dengan diskusi mengenai hasil penelitian yang diperoleh. Pada bagian akhir akan
dikemukakan saran-saran praktis dan metodologis yang diharapkan dapat berguna bagi penelitian yang akan datang yang berhubungan dengan penelitian ini.
A. KESIMPULAN
Berikut ini peneliti akan memaparkan kesimpulan yang diperoleh berdasarkan pengolahan dan analisis data.
1. Terdapat perbedaan kesehatan mental yang signifikan pada gay ditinjau
dari perilaku religius, dimana berdasarkan hasil analisis secara statistik diperoleh nilai t = 17.136 dengan signifikansi 0.000 p0.005. Hal ini
bermakna bahwa tingkat kesehatan mental pada kelompok gay yang berperilaku religius lebih tinggi daripada tingkat kesehatan mental pada
gay dari kelompok yang tidak berperilaku religius yang dapat dilihat dari perbedaan mean skor kesehatan mental kedua kelompok dimana kelompok
gay yang berperilaku religius memiliki mean 231.22 dan kelompok gay yang tidak berperilaku religius memiliki mean 148.59.
2. Perilaku religius memberikan efek atau sumbangsih yang besar tehadap
kesehatan mental gay. Hal ini terbukti dari perhitungan manual terhadap
Universitas Sumatera Utara