IDENTIFIKASI VARIABEL METODE ANALISA DATA

68 kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan cara melakukan pengamatan terhadap akibat yang ada untuk mengetahui faktor yang mungkin menjadi penyebabnya Kerlinger, 2005. Berikut akan dibahas mengenai identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi dan metode pengambilain sampel, alat ukur yang digunakan, prosedur penelitian dan metode analisis data.

A. IDENTIFIKASI VARIABEL

Penelitian ini melibatkan variabel bebas dan variabel tergantung, dengan identifikasi sebagai berikut: 1. Variabel bebas : perilaku religius 2. Variabel tergantung : kesehatan mental.

B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

Definisi operasional dari penelitian perlu dijabarkan untuk menghindari perbedaan dalam menginterpretasi masing-masing variabel penelitian Hadi, 2000. Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini sebagai berikut

1. Kesehatan Mental

Kesehatan mental adalah kondisi dimana kepribadian, emosional, intelektual dan fisik seseorang tersebut dapat berfungsi secara optimal, dapat Universitas Sumatera Utara 69 beradaptasi terhadap tuntutan lingkungan dan stressor, menjalankan kapasitasnya selaras dengan lingkungannya, menguasai lingkungan, merasa nyaman dengan diri sendiri, menemukan penyesuaian diri yang baik terhadap tuntutan sosial dalam budayanya, terus menerus bertumbuh, berkembang dan matang dalam hidupnya, dapat menerima kekurangan atau kelemahannya, kemampuan menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya, memiliki kepuasan dalam kehidupan sosialnya, serta memiliki kebahagiaan dalam hidupnya. Kesehatan mental dalam penelitian ini diungkap melalui skala psikologi yang disusun berdasarkan dimensi kesehatan mental yang dikemukakan oleh Maslow dan Mittlemenn dalam Notosoedirjo Latipun, 2005 adapun dimensi kesehatan mental menurut Maslow dan Mittlemenn adalah sebagi berikut: 12. Adequate feeling of security rasa aman yang memadai. Perasaan merasa aman dalam hubungannya dengan pekerjaan, sosial, dan keluarganya. 13. Adequate self evaluation kemampuan menilai diri sendiri yang memadai, yang mencakup a Memiliki harga diri yang memadai dan merasa ada nilai yang sebanding antara keadaan diri yang sebenarnya potensi diri dengan prestasinya, b Memiliki perasaan berguna akan diri sendiri, yaitu perasaan yang secara moral masuk akal, dan tidak diganggu oleh rasa bersalah yang berlebihan, dan mampu mengenal beberapa hal yang secara sosial dan personal tidak dapat diterima oleh kehendak umum yang selalu ada sepanjang kehidupan di masyarakat. 14. Adequate spontaneity and emotionality memiliki spontanitas dan perasaan yang memadai dengan orang lain, hal ini ditandai oleh kemampuan Universitas Sumatera Utara 70 membentuk ikatan emosional secara kuat dan abadi, seperti hubungan persahabatan dan cinta, mampu mengekspresikan ketidaksukaan ketidaksetujuan tanpa kehilangan kontrol, kemampuan memahami dan membagi perasaan kepada orang lain, kemampuan menyenangi diri sendiri dan tertawa. Ketika seseorang tidak senang pada suatu saat, maka dia harus memiliki alasan yang tepat mengapa dia tidak senang. 15. Efficient contact with reality mempunyai kontak yang efesien dengan realitas kontak ini sedikitnya mencakup tiga aspek yaitu dunia fisik, sosial, dan diri sendiri dan internal. Hal ini ditandai a Tiadanya fantasi khayalan dan angan- angan yang berlebihan, b Mempunyai pandangan yang realistis dan luas terhadap dunia, yang disertai dengan kemampuan menghadapi kesulitan hidup sehari-hari, misalnya sakit dan kegagalan, dan c Kemampuan untuk merubah diri sendiri jika situasi eksternal lingkungan tidak dapat dimodifikasi dirubah dan dapat bekerjasama tanpa merasa tertekan cooperation with the inevitable 16. Adequate bodily desires and ability to gratify them keinginan-keinginan jasmani yang memadai dan kemampuan untuk memuaskannya. Hal ini ditandai dengan a Suatu sikap yang sehat terhadap fungsi jasmani, dalam arti menerima fungsi jasmani tetapi bukan dikuasai oleh fungsi jasmani tersebut, b Kemampuan memperoleh kenikmatan dan kebahagiaan dari dunia fisik dalam kehidupan seperti makan, tidur, dan pulih kembali dari kelelahan, c Kehidupan seksual yang wajar dan keinginan yang sehat untuk memuaskannya tanpa rasa takut dan konflik, d Kemampuan bekerja, e Universitas Sumatera Utara 71 Tidak adanya kebutuhan yang berlebihan untuk mengikuti dalam berbagai aktivitas. 17. Adequate self knowledge mempunyai kemampuan pengetahuan yang wajar. Termasuk di dalamnya a Cukup mengetahui tentang: motif, keinginan, tujuan, ambisi, hambatan, kompetensi, pembelaan, dan perasaan rendah diri, b Penilaian yang realistis terhadap diri sendiri baik kelebihan maupun kekurangan, cMampu menilai diri secara jujur jujur pada diri sendiri, mampu untuk menerima diri sendiri apa adanya, dan mengakui serta menerima sejumlah hasrat atau pikiran meskipun beberapa diantara hasrat- hasrat itu secara sosial dan personal tidak dapat diterima. 18. Integration and consistency of personality kepribadian yang utuh dan konsisten. Ini bermakna a Cukup baik perkembangan diri dan kepribadiannya, kepandaiannya, dan berminat dalam beberapa aktivitas, b Memiliki prinsip moral dan kata hati yang tidak terlalu berbeda dengan pandangan kelompok, c Mampu untuk berkonsentrasi, dan d Tiadanya konflik-konflik besar dalam kepribadiannya dan tidak dissosiasi terhadap kepribadiannya. 19. Adequate of life goal memiliki tujuan hidup yang wajar. Hal ini berarti a Memiliki tujuan hidup yang sesuai dengan dirinya sendiri dan dapat dicapai, b Mempunyai usaha yang tekun dalam mencapai tujuan tersebut, dan c Tujuan itu bersifat baik untuk diri sendiri dan masyarakat. 20. Ability to learn from experience kemampuan belajar dari pengalaman. Kemampuan untuk belajar dari pengalaman hidupnya sendiri. Bertambahnya Universitas Sumatera Utara 72 pengetahuan, kemahiran dan keterampilan mengerjakan sesuatu berdasarkan hasil pembelajaran dari pengalamannya. Selain itu, juga termasuk didalamnya kemampuan untuk belajar secara spontan. 21. Ability to satisfy to requirements of the group kemampuan memuaskan tuntutan kelompok. Individu harus: a Dapat memenuhi tuntutan kelompok dan mampu menyesuaikan diri dengan anggota kelompok yang lain tanpa harus kehilangan identitas pribadi dan diri sendiri, b Dapat menerima norma- norma yang berlaku dalam kelompoknya, c Mampu menghambat dorongan dan hasrat diri sendiri yang dilarang oleh kelompoknya, d Mau berusaha untuk memenuhi tuntutan dan harapan kelompoknya: ambisi, ketepatan, persahabatan, rasa tanggung jawab, dan kesetiaan, serta e Berminat untuk melakukan aktivitas atau kegiatan yang disenangi oleh kelompoknya. 22. Adequate emancipation from the group or culture mempunyai emansipasi yang memadai dari kelompok atau budaya. Hal ini mencakup: a Kemampuan untuk menilai sesuatu itu baik dan yang lain adalah buruk berdasarkan penilaian diri sendiri tanpa terlalu dipengaruhi oleh kebiasaan- kebiasaan dan budaya serta kelompok, b Dalam beberapa hal bergantung pada pandangan kelompok, c Tidak ada kebutuhan yang berlebihan untuk membujuk menjilat, mendorong, atau menyetujui kelompok, dan d Mampu menghargai perbedaan budaya. Semakin tinggi skor yang diperoleh seseorang dalam skala kesehatan mental yang diberikan, artinya semakin tinggi tingkat kesehatan mental yang dimilikinya.

2. Perilaku Religius

Universitas Sumatera Utara 73 Perilaku religius adalah seperangkat perilaku yang merupakan ekspresi dari religiusitas dan keyakinan terhadap agama yang dapat diindikasikan dari tingkatan seberapa sering frekwensi seseorang mengerjakan kewajiban ajaran agamanya, frekwensi melakukan ibadah sembayang, pelaksanaan ritual agama, berdoa, melaksanakan praktik religius, dan berpuasa. Perilaku religius dalam penelitian ini akan diungkap dengan menggunakan alat ukur yang berupa skala psikologi yakni skala perilaku religius yang disusun berdasarkan jenis-jenis perilaku religius yang dikemukakan oleh Loewenthal 2009, yakni ada 4 jenis perilaku religius yaitu: a. Berdoa Prayer Adalah permohonan hikmat dan ucapan syukur kepada Tuhan atau objek yang disembah. Doa juga merupakan karakteristik dasar kehidupan yang religius yang merupakan pusat dari kehidupan beragama dibanding dengan perilaku religius lainnya. Ada sembilan tipe berdoa, yakni sebagai berikut:  Petitionary prayer: adalah tipe dari berdoa dimana seseorang menangis memohon pertolongan dari Tuhan untuk dirinya sendiri.  Intercessory prayer: adalah tipe dari berdoa dimana seseorang memohon pertolongan dari Tuhan untuk orang lain.  Thanksgiving: adalah tipe dari berdoa dimana seseorang mengucap syukur dan berterima kasih atas berkat dan pemberian Tuhan  Adoration: adalah tipe dari berdoa dimana seseorang mengekspresikan rasa hormat kepada Tuhan, kekaguman kepada Tuhan, dan puji-pujian kepada Tuhan. Universitas Sumatera Utara 74  Confession, dedication, communion: adalah tipe dari berdoa dimana seseorang berdoa supaya Tuhan membenarkan dirinya, mengaku dosa dan menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Tuhan.  Objective prayer: adalah tipe dari berdoa yang fokus pada penyembahan, mengagungkan, dan memuliakan Tuhan.  Subjective prayer: adalah tipe dari berdoa yang fokus pada penyerahan diri dan memasrahkan diri pada kuasa Tuhan, berdoa yang fokus pada pergumulan atau permasalahan hidup, rintangan hidup dan permohonan supaya Tuhan memimpin hidupnya.  Less mature form of prayer: adalah tipe dari berdoa dimana seseorang mengharapkan bahwa Tuhan akan menjawab doa mereka petitionary prayer  More mature form of prayer: adalah tipe dari berdoa dimana seseorang berdoa untuk mendekatkan diri pada Tuhan dan menjalin hubungan yang lebih erat dengan Tuhan. b. Ritual Ritual adalah secara fundamental merupakan pola perilaku, dimana perilaku terstruktur yang dilakukan baik secara perorangan maupun secara bersama-sama dengan orang lain, yang dilakukan secara berulang dan bertujuan. Perilaku religius yang tercakup dalam ritual agama adalah pelaksanaan seremonial agama. c. Praktik Religius Universitas Sumatera Utara 75 Praktik religius mencakup membaca kitab suci, ibadah dan berpuasa. Berikut ini akan dijelaskan ketiga jenis praktik religius tersebut. c.1 ibadah sembayang Ibadah atau sembayang adalah praktik religius yang dilakukan oleh seseorang baik secara individu atau dalam suatu kelompok atau grup tertentu melibatkan banyak orang sehingga membentuk suatu komunitas ibadah tertentu. Dalam pelaksanaan ibadah atau sembayang ini dapat dilakukan di gereja, di tempat-tempat ibadah tertentu, di rumah-rumah atau dengan menonton ritual keagamaan melalui media elektronik seperti televisi dan radio. c.2. Membaca Kitab Suci Membaca kitab suci adalah pelaksanaan praktik keagamaan dimana individu komitmen untuk membaca dan memahami ajaran agama yang dianutnya sebagimana trrcantum dalam kitab suci mereka. c.3. Puasa Puasa adalah salah satu jenis praktik religius, dimana individu yang menganut agamanya memberhentikan diri dari aktivitas kesehariannya seperti makan, minum, melakukan hubungan intim, dan dari perilaku duniawi lainnya yang dilakukan dalam waktu temporal. Ketentuan dalam pelaksanaan puasa ini tergantung dari ajaran agama yang mereka anut Siker, 2007. d. Social Behavior, Group and Norms Yang termasuk dalam cakupan ini adalah: Universitas Sumatera Utara 76 1. Mengikuti aktivitas keagamaan dalam mengambil bagian dalam pelayanan kegiatan kerohanian, seperti pelayanan di tempat ibadah atau organisasi sosial kerohanian. 2. Berperan serta dalam misi pelayanan kerohanian dalam pemberitaan dan penyiaran ajaran agama.

C. SUBJEK PENELITIAN 1. Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh subjek yang dimaksud untuk diteliti. Populasi dibatasi sebagai sejumlah subjek atau individu yang paling sedikit memiliki satu sifat yang sama Hadi, 2000. Populasi dalam penelitian ini adalah gay yang berdomisili di kota Medan. Menyadari luasnya keseluruhan populasi dan keterbatasan yang dimiliki peneliti, maka subjek penelitian yang dipilih adalah sebagian dari keseluruhan populasi yang dinamakan sampel. Sampel adalah sebahagian dari populasi yang merupakan penduduk yang jumlahnya kurang dari populasi. Sampel harus mempunyai paling sedikit satu sifat yang sama Hadi, 2000. Subjek penelitian menurut Azwar 2001 adalah sumber utama data penelitian, yaitu mereka yang memiliki data mengenai variabel yang akan diteliti. Karakteristik subjek penelitian diperlukan untuk menjamin homogenitasnya. Karakteristik subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Gay yang berdomisili di kota Medan Universitas Sumatera Utara 77 b. Usia minimal 20 tahun. Sebab pada usia ini seseorang digolongkan sebagai dewasa awal Papalia, 2005

2. Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel atau sampling menurut Kerlinger 2002 berarti mengambil suatu bagian dari populasi atau semesta sebagai wakil representasi dari populasi atau semesta itu. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik snowball sampling. Teknik sampling ini adalah salah satu jenis dari non-probability sampling, karena tidak semua populasi memiliki kemungkinan dan kesempatan yang sama untuk diikutkan menjadi subjek penelitian Azwar, 2007. Adapun pertimbangan dalam menggunakan teknik sampling ini adalah karena gay yang menjadi subjek dalam penelitian adalah tidak transparan di masyarakat sehingga lebih efektif dijangkau jika subjek yang satu secara berantai mencari subjek yang memiliki karakteristik yang sama dengannya yaitu gay. Pengambilan sampel dilakukan secara berantai mulai dari ukuran kecil dan makin lama makin besar. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengambilan sampel penelitian adalah: 1. Peneliti menghubungi sekelompok responden yang relevan 2. Individu yang bersangkutan diminta untuk menyebutkan atau menunjuk calon responden berikut yang memiliki spesifikasi sama.

3. Jumlah Sampel Penelitian

Suatu sampel yang baik harus memenuhi syarat bahwa ukuran atau besarnya memadai untuk dapat meyakinkan kestabilain ciri-cirinya. Berapa besar Universitas Sumatera Utara 78 sampel yang memadai bergantung kepada sifat populasi dan tujuan penelitian. Semakin besar sampel, akan semakin kecil kemungkinan menarik kesimpulan tentang populasi. Menurut Azwar 2005, secara tradisional statistika menganggap jumlah sampel yang lebih dari 60 orang sudah cukup banyak. Berdasar uraian diatas, maka jumlah total sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 114 orang.

D. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA

Alat ukur yang digunakan merupakan metode pengumpulan data dalam kegiatan penelitian yang bertujuan untuk mengungkap fakta mengenai variabel yang diteliti Azwar, 1999. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah skala psikologi yang dikontruksi sendiri oleh peneliti berdasarkan teori-teori yang mendasari variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini, ada dua skala yang digunakam umtuk mengumpulkan data yakni skala kesehatan mental dimana skala ini dikonstruksi berdasarkan teori-teori yang mendasari kesehatan mental dan skala perilaku religius yang juga dikonstruksi sendiri oleh peneliti berdasarkan teori-teori perilaku religius. Metode skala digunakan karena data yang ingin diukur berupa konstruk atau konsep psikologis yang dapat diungkap secara tidak langsung melalui indikator-indikator perilaku yang diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem pernyataan Azwar, 2001. Hadi 2000 menyatakan bahwa skala dapat digunakan dalam penelitian berdasarkan asumsi-asumsi berikut : 1. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya. Universitas Sumatera Utara 79 2. Hal-hal yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya. 3. Interpretasi subjek tentang pernyataan-pernyataan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan peneliti.

1. Skala Perilaku Religius

Skala perilaku religius yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala yang terdiri dari butir pernyataan yang disusun oleh peneliti berdasarkan jenis- jenis perilaku religius yang dikemukakan oleh Loewenthal 2009, yaitu ada 4 jenis perilaku religius: a. Berdoa Prayer b. Ritual c. Praktik Religius d. Social Behavior, Group and Norms Skala perilaku religius ini terdiri dari pernyataan dengan empat pilihan jawaban yaitu : Sangat Sering SS, Sering S, Jarang J, dan Tidak Pernah TP. Nilai setiap pilihan bergerak dari 1-4, bobot penilaian untuk tiap pernyataan yaitu SS = 4, S = 3, J = 2, TP = 1. Untuk lebih jelasnya, cara penilaian skala perilaku religius yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1. Cara Penilaian Skala Perilaku Religius Skor 1 2 3 4 TP J S SS Skala perilaku religius butir-butir aitemnya disusun berdasarkan jenis-jenis perilaku religius yang dikemukakan oleh Loewenthal 2009 dengan blue print pada tabel berikut ini. Universitas Sumatera Utara 80 Tabel 2. Blue Print Skala Perilaku Religius Sebelum Uji Coba No. Jenis-jenis Perilaku Religius Indikator Perilaku Nomor Aitem Butir Skala Jumlah Persen  Petitionary prayer:  -Berdoa untuk dirinya sendiri dengan menangis dalam memohon pertolongan dari Tuhan.  Intercessory prayer:  -Berdoa untuk memohon pertolongan dari Tuhan untuk orang lain.  Thanksgiving:  -Berdoa dimana seseorang mengucap syukur dan berterima kasih atas berkat dan pemberian Tuhan  Adoration:  -Berdoa untuk mengekspresikan rasa hormat kepada Tuhan -Berdoa dengan penuh kekaguman kepada Tuhan  Confession, dedication, ommunion:  -Berdoa supaya Tuhan membenarkan melayakkan dirinya -Berdoa untuk mengaku dosa -Berdoa untuk menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Tuhan.  Objective prayer:  -Berdoa untuk menyembah Tuhan -Berdoa untuk mengagungkan dan memuliakan Tuhan 1. Berdoa Prayer  Subjective prayer:  1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17 17 65 Universitas Sumatera Utara 81 -Berdoa untuk Menyerahkan diri pada Tuhan -Berdoa untuk memasrahkan diri pada Tuhan -Berdoa dengan fokus pada pergumulan atau permasalahan hidup -Berdoa fokus pada rintangan hidup -Berdoa untuk memohon supaya Tuhan memimpin hidupnya.  Less mature form of prayer:  -Berdoa dengan mengharapkan bahwa Tuhan akan menjawab doanya  More mature form of prayer:  -Berdoa untuk menjalin hubungan yang lebih erat dengan Tuhan. 2. Ritual  Pelaksanan seremonial agama.  18, 19 2 7,60  Menghadiri acara ibadah sembayang   Membaca Kitab Suci  3. Praktik Religius  Puasa  20, 21, 22, 23, 24 5 19,20  Mengikuti aktivitas pelayanan kegiatan kerohanian di tempat ibadah atau organisasi sosial kerohanian.  4. Social Behavior, Group and Norms  Berperan serta pemberitaan dan penyiaran ajaran agama. 

25, 26 2

7,60 Jumlah Persen 100 26 100

2. Skala Kesehatan Mental

Skala kesehatan mental yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala yang terdiri dari butir pernyataan yang disusun oleh peneliti berdasarkan 11 sebelas dimensi kesehatan mental yang dikemukakan oleh Maslow dan Universitas Sumatera Utara 82 Mittlemenn dalam Notosoedirjo Latipun, 2005, adapun 11 kesebelas dimensi kesehatan mental menurut Maslow dan Mittlemenn adalah sebagi berikut: Adequate feeling of security, Adequate self evaluation, Adequate spontaneity and emotionality, Efficient contact with reality, Adequate bodily desires and ability to gratify them, Adequate self knowledge, Integration and consistency of personality, Adequate of life goal, Ability to learn from experience, Ability to satisfy to requirements of the group, Adequate emancipation from the group or culture. Skala ini menggunakan skala model Likert. Skala ini terdiri dari pernyataan dengan empat pilihan jawaban yaitu : Sangat Sesuai SS, Sesuai S, Tidak Sesuai TS, dan Sangat Tidak Sesuai STS. Skala disajikan dalam bentuk pernyataan favourable mendukung dan unfavourable tidak mendukung. Nilai setiap pilihan bergerak dari 1-4, bobot penilaian untuk pernyataan favorable yaitu SS = 4, S = 3, TS = 2, STS = 1. Sedangkan untuk bobot pernyataan unfavorable yaitu SS = 1, S = 2, TS = 3, dan STS = 4. Untuk lebih jelasnya, cara penilaian skala kesehatan mental yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut: Tabel 3. Cara Penilaian Skala Kesehatan Mental Skor BENTUK PERNYATAAN 1 2 3 4 Favorable STS TS S SS Unfavorable SS S TS STS Universitas Sumatera Utara 83 Skala kesehatan mental butir-butir aitemnya disusun berdasarkan 11 sebelas dimensi kesehatan mental yang dikemukakan oleh Maslow dan Mittlemenn dalam Notosoedirjo Latipun, 2005 dengan blue print pada tabel berikut ini. Tabel 4. Blue Print Skala Kesehatan Mental Sebelum Uji Coba Nomor Butir Aitem Skala No. Dimensi Kesehatan Mental Indikator Perilaku Aitem Favora ble Aite m Unfav orabl e Jum lah Per sen -Merasa aman dalam hubungannya dengan pekerjaannya -Merasa aman dalam berhubungan secara sosial

1. Adequate

feeling of security -Merasa aman dalam berhubungan dengan keluarganya 1, 5, 36, 39, 89 3, 23, 27, 85 9 10 -Memiliki harga diri yang memadai -Merasa ada nilai yang sebanding antara keadaan diri yang sebenarnya potensi diri dengan prestasinya -Memiliki perasaan berguna -Tidak diganggu oleh rasa bersalah yang berlebihan

2. Adequate self

evaluation, -Mampu mengenal beberapa hal yang secara sosial dan personal tidak dapat diterima oleh kehendak umum 8, 29, 56, 69, 77 13, 61, 26, 62, 83 10 11 Universitas Sumatera Utara 84 -Kemampuan membentuk ikatan emosional secara kuat dan abadi, seperti hubungan persahabatan dan cinta -Mampu mengekspresikan ketidaksukaan ketidaksetujuan tanpa kehilangan control -Mampu memahami dan membagi perasaan kepada orang lain -Kemampuan menyenangi diri sendiri dan tertawa. 3. Adequate spontaneity and emotionality -Ketika tidak senang pada suatu saat, maka harus memiliki alasan yang tepat mengapa dia tidak senang.

9, 44, 48, 50

16, 55, 45, 52, 58 9 10 -Tiadanya fantasi yang berlebihan -Mempunyai pandangan yang realistis dan luas terhadap dunia -Kemampuan menghadapi kesulitan hidup sehari-hari, misalnya sakit dan kegagalan -Kemampuan untuk merubah diri sendiri jika situasi eksternal lingkungan tidak dapat dimodifikasi dirubah 4. Efficient contact with reality -Dapat bekerjasama tanpa ditekan

20, 31, 64, 70

14, 25, 30, 47 8 8,88 -Menerima fungsi jasmani tetapi bukan dikuasai oleh fungsi jasmani tersebut -Kemampuan memperoleh kenikmatan dan kebahagiaan dari dunia fisik dalam kehidupan

5. Adequate

bodily desires and ability to gratify them -Kehidupan seksual yang wajar 2, 19, 67, 80 18, 21, 74, 78, 81 9 10 Universitas Sumatera Utara 85 -Keinginan yang sehat untuk memuaskan hasrat seksual tanpa rasa takut dan konflik -Kemampuan bekerja -Tidak adanya kebutuhan yang berlebihan untuk mengikuti dalam berbagai aktivitas -Cukup mengetahui tentang: motif, keinginan, tujuan, ambisi, hambatan, kompetensi, pembelaan, dan perasaan rendah diri -Penilaian yang realistis terhadap diri sendiri baik kelebihan maupun kekurangan. -Mampu menilai diri secara jujur jujur pada diri sendiri -Mampu untuk menerima diri sendiri apa adanya 6. Adequate self knowledge -Mengakui serta menerima sejumlah hasrat atau pikiran meskipun beberapa diantara hasrat-hasrat itu secara sosial dan personal tidak dapat diterima 12, 22, 37, 59, 76 15, 28, 33, 63, 71 10 11 -Cukup baik perkembangan diri dan kepribadiannya, kepandaiannya. -Berminat dalam beberapa aktivitas. -Memiliki prinsip moral dan kata hati yang tidak terlalu berbeda dengan pandangan kelompok. -Mampu untuk berkonsentrasi.

7. Integration

and consistency of personality -Tiadanya konflik-konflik besar dalam kepribadiannya 4, 46, 57, 60 11, 32, 40, 66 8 8,88 Universitas Sumatera Utara 86 -Memiliki tujuan hidup yang sesuai dengan dirinya sendiri dan bukan karena pengaruh orang lain -Memiliki tujuan hidup yang dapat dicapai. -Mempunyai usaha yang tekun dalam mencapai tujuan tersebut. 8. Adequate of life goal -Tujuan itu bersifat baik untuk diri sendiri dan masyarakat.

10, 24, 34, 48

6, 43, 88 7 7,77 -Bertambahnya pengetahuan -Bertambahnya kemahiran -Bertambahnya keterampilan mengerjakan sesuatu berdasarkan hasil pembelajaran dari pengalamannya

9. Ability

to learn from experience -Kemampuan untuk belajar secara spontan 17, 51, 38 33, 41, 54 6 6,66 -Dapat memenuhi tuntutan kelompok. -Mampu menyesuaikan diri dengan anggota kelompok yang lain tanpa harus kehilangan identitas pribadi dan diri sendiri. -Dapat menerima norma-norma yang berlaku dalam kelompoknya. -Mampu menghambat dorongan dan hasrat diri sendiri yang dilarang oleh kelompoknya. -Mau berusaha untuk memenuhi tuntutan dan harapan kelompoknya

10. Ability to

satisfy to requirements of the group -Memiliki ambisi, rasa persahabatan, tanggung jawab, dan kesetiaan terhadap kelompok 7, 53, 73, 87 42, 79, 84, 86 8 8,88 Universitas Sumatera Utara 87 -Berminat untuk melakukan aktivitas atau kegiatan yang disenangi oleh kelompoknya. -Kemampuan untuk menilai sesuatu itu baik dan yang lain adalah buruk berdasarkan penilaian diri sendiri tanpa terlalu dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan dan budaya serta kelompok. -Dalam beberapa hal bergantung pada pandangan kelompok.

11. Adequate

emancipation from the group or culture -Mampu menghargai perbedaan budaya. 49, 72, 65 68, 75, 82 6 6,66 Jumlah Persen 45 50 45 50 110 100

E. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR

Validitas dan reliabilitas alat ukur yang digunakan dalam sebuah penelitian sangat menetukan keakuratan dan keobjektifan hasil penelitian yang dilakukan. Suatu alat ukur yang tidak valid dan tidak reliabel akan memberikan informasi yang tidak akurat mengenai keadaan subjek atau individu yang dikenai tes ini Azwar, 2001. Peneliti akan melakukan uji coba try out pada kedua alat ukur berupa skala kesehatan mental dan skala perilaku religius terhadap sejumlah responden, dengan tujuan memperoleh alat ukur yang valid dan reliabel. Hadi 2000 mengemukakan beberapa tujuan dari uji coba alat ukur adalah sebagai berikut: 1. Menghindari pernyataan-pernyataan yang kurang jelas maksudnya Universitas Sumatera Utara 88 2. Menghindari penggunaan kata-kata yang terlalu asing, terlalu akademik, ataupun kata-kata yang menimbulkan kecurigaan. 3. Memperbaiki pernyataan-pernyataan yang biasa dilewati dihindari atau hanya menimbullkan jawaban-jawaban dangkal. 4. Menambah aitem yang sangat perlu ataupun meniadakan aitem yang ternyata tidak relevan dengan tujuan penelitian.

1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji coba alat ukur dalam menjalankan fungsinya. Dalam penelitian ini, uji validitas dilakukan dengan tujuan adalah : pertama, seberapa jauh alat ukur skala kesehatan mental dan skala perilaku religius dapat mengukur atau mengungkap dengan tepat pada gay. Kedua, seberapa jauh alat ukur menunjukkan kecermatan atau ketelitian pengukuran atau dengan kata lain dapat menunjukkan keadaan yang sebenarnya Azwar, 1997. Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas isi atau content validity yaitu sejauh mana suatu tes yang merupakan seperangkat soal, dilihat dari isinya benar-benar mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Hadi, 2000. Di dalam pelaksanaannya, content validity dilakukan dengan professional judgement yang dalam penelitian ini menggunakan pertimbangan dosen pembimbing.

2. Uji Daya Beda Aitem

Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan tidak Universitas Sumatera Utara 89 memiliki atribut yang diukur. Dasar kerja yang digunakan dalam analisis aitem ini adalah dengan memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur tes. Dengan kata lain, memilih aitem yang mengukur hal yang sama dengan apa yang diukur oleh tes secara keseluruhan Azwar, 2001. Pengujian daya beda aitem ini dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor pada aitem dengan suatu kriteria yang relevan yaitu skor total tes itu sendiri dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson Product Moment dengan batas minimal 0,275. Prosedur pengujian ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitem total yang dikenal dengan indeks diskriminasi aitem Azwar, 2001. Uji daya beda aitem ini akan dilakukan pada alat ukur dalam penelitian yaitu skala kesehatan mental dan skala perilaku religius.

3. Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk melihat reliabilitas alat ukur yang menunjukkan derajat keajegan atau konsistensi alat ukur yang bersangkutan bila diterapkan beberapa kali pada kesempatan yang berbeda Hadi, 2000. Reliabilitas alat ukur yang dapat dilihat dari koefisien reliabilitas merupakan indikator konsistensi aitem-aitem tes dalam menjalankan fungsi ukurnya bersama-sama. Reliabilitas alat ukur ini sebenarnya mengacu pada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur yang mengandung makna kecermatan pengukuran Azwar, 1997. Uji reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini menggunakan pendekatan reliabilitas konsistensi internal yaitu single trial administration dimana skala psikologi hanya diberikan satu kali saja pada sekelompok individu sebagai subjek. Pendekatan ini dipandang ekonomis, praktis dan berefisiensi tinggi Azwar, Universitas Sumatera Utara 90 1997. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan koefisien Alpha dari Cronbach dengan batas minimal adalah 0,75. Analisa data diperoleh melalui program SPSS version 16.0 for windows.

F. HASIL UJI COBA ALAT UKUR

Sebelum melakukan pengambilan data yang sebenarnya, terlebih dahulu dilakukan uji coba alat ukur penelitian untuk mengetahui kualitas dari masing- masing butir pernyataan. Uji coba alat ukur dilakukan pada tanggal 29 Januari sampai dengan tanggal 05 Februari 2010. Dari 420 eksemplar skala yang disebarkan, 323 skala yang kembali, akan tetapi data yang diolah dalam analisa alat ukur hanya 318 eksemplar karena 5 eksemplar skala tersebut mengalami kecacatan yakni tidak seluruhnya aitem diisi oleh responden sehingga harus dibuang. Skala yang dibagikan termasuk di dalamnya skala kesehatan mental dan skala perilaku religius. Saat uji coba, peneliti langsung memeriksa setiap eksemplar skala sehingga peneliti mengetahui mana yang belum lengkap dan meminta subjek mengisi kembali, dan kemudian diolah datanya.

1. Skala Kesehatan Mental

Pada uji coba alat ukur penelitian skala kesehatan mental, jumlah aitem yang digunakan adalah sebanyak 90 aitem, dengan pembagian aitem untuk setiap dimensi kesehatan mental yang dikemukakan oleh Maslow dan Mittlemenn. Berdasarkan hasil estimasi daya beda butir pernyataan dan reliabilitas terhadap data uji coba yang telah diperoleh dengan menggunakan program SPSS version Universitas Sumatera Utara 91 16.0 for windows, maka untuk analisa running pertama diperoleh koefisien alpha keseluruhan butir pernyataan sebesar 0.948 dengan nilai rix yang bergerak dari - 0.359 sampai 0.671 untuk 90 aitem. Kemudian dilakukan pengguran terhadap aitem yang nilai rix nya dibawah 0,275 sehingga dilakukan running yang kedua dan diperoleh estimasi koefisien alpha sebesar 0, 957 dan nilai rix bergerak dari 0.276 sampai 0.687. Nilai rix yang dibawah 0,275 dibuang gugur dan dari 90 aitem yang diujicobakan 14 diantaranya gugur, sehingga jumlah aitem yang diikutkan dalam pengambilan data penelitian sebenarnya adalah 76 aitem. Distribusi aitem setelah ujicoba dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5. Distribusi Aitem-Aitem Skala Kesehatan Mental Setelah Uji Coba Nomor Butir Aitem Skala No. Dimensi Kesehatan Mental Aitem Favorable Aitem Unfavorable Jumlah Persen

1. Adequate feeling of security

1, 5, 36, 39, 89 3, 23, 27, 85 9 10 2. Adequate self evaluation, 8, 29, 56,

69, 77 13, 61, 26,

62, 83 10

11 3. Adequate spontaneity and emotionality

9, 44, 48, 50

16, 55, 45, 52, 58 9 10

4. Efficient contact with reality

20, 31, 64, 70

14, 25, 30, 47

8 8,88

5. Adequate bodily desires and

ability to gratify them 2, 19, 67, 80

18, 21, 74, 78, 81

9 10 Universitas Sumatera Utara 92

6. Adequate self knowledge

12, 22, 37, 59, 76 15, 28, 33, 63, 71 10 11

7. Integration and consistency of

personality 4, 46, 57, 60 11, 32, 40, 66 8 8,88

8. Adequate of life goal

10, 24, 34, 48

6, 43, 88 7 7,77 9. Ability to learn from experience 17, 51, 38 33, 41, 54 6 6,66 10. Ability to satisfy to requirements of the group

7, 53, 73,

87 42, 79, 84, 86 8 8,88

11. Adequate emancipation from the

group or culture 49, 72, 65 68, 75, 82 6 6,66 Jumlah Persen 45 50 45 50 110 100 Keterangan: Cetek tebal: aitem yang gugur Selanjutnya, dari 76 aitem yang lolos seleksi, maka aitem-aitem inilah yang dikompilasi menjadi alat ukur dalam penelitian yang sesungguhnya. Kemudian dilakukan penyusunan kembali pada nomor-nomor aitem untuk kemudian digunakan dalam pengambilan data penelitian. Tabel 6. Perubahan Nomor Skala Kesehatan Mental Setelah Uji Coba Nomor Butir Perntayan Skala Favorable Unfavorable Nomor Aitem Lama Nomor Aitem Baru Nomor Aitem Lama Nomor Aitem Baru 1 9 3 17 2 2 6 5 4 10 11 4 Universitas Sumatera Utara 93 5 13 15 12 7 14 16 6 12 11 21 18 17 15 23 19 19 7 25 24 22 8 26 25 24 1 27 27 29 16 28 9 36 23 30 26 37 21 32 20 38 22 33 29 46 35 35 28 48 37 40 30 49 38 41 31 50 39 42 32 51 40 43 33 53 42 45 34 56 45 47 36 57 46 52 41 59 48 54 43 60 49 55 44 64 53 58 47 65 54 61 50 67 56 62 51 69 58 63 52 70 59 66 55 72 61 68 57 80 66 71 60 87 73 74 62 89 75 75 63 78 64 79 65 81 67 82 68 83 69 84 70 85 71 86 72 88 74 90 76 Universitas Sumatera Utara 94

5. Skala Perilaku Religius

Untuk skala perilaku religius peneliti melakukan uji coba terhadap 318 subjek seperti halnya skala kesehatan mental. Skala perilaku religius ini sengaja disatukan menjadi satu paket dengan skala kesehatan mental dengan pertimbangan lebih efisien. Berdasarkan hasil estimasi daya beda aitem dan reliabilitas terhadap data uji coba yang telah diperoleh, maka untuk running pertama diperoleh estimasi koefisien alpha keseluruhan butir pernyataan sebesar 0.923 dengan nilai rix yang bergerak dari 0.198 sampai 0.767 untuk 26 aitem. Karena berdasarkan estimasi daya beda item nilai rix ternyata masih diperoleh nilai rix dibawah 0.275, maka peneliti melakukan pengguguran aitem dan kemudian dilakukan running yang kedua sehingga diperoleh estimasi koefisien alpha sebesar 0.927 dan nilai rix bergerak dari 0.282 sampai 0.785. Nilai rix yang dibawah 0.275 dibuang gugur dan dari 26 aitem yang diujicobakan 1 diantaranya gugur, sehingga jumlah aitem yang diikutkan dalam pengambilan data penelitian sebenarnya untuk skala perilaku religius adalah 25 aitem. Distribusi aitem setelah uji coba dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 7. Distribusi Aitem-Aitem Skala Perilaku Religius Setelah Uji Coba No. Jenis-jenis Perilaku Religius Nomor Aitem Butir Skala Jumlah Persen 1. Berdoa Prayer 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17 17 65 Universitas Sumatera Utara 95 2. Ritual 18, 19 2 7.60 3. Praktik Religius 20, 21, 22, 23, 24 5 19.20 4. Social Behavior, Group and Norms

25, 26 2

7,60 Jumlah Persen 100 26 100 Keterangan: Cetek tebal: aitem yang gugur Selanjutnya 25 aitem yang lolos seleksi, maka aitem-aitem inilah yang dikompilasi menjadi alat ukur penelitian yang sesungguhnya. Kemudian dilakukan penyusunan kembali pada nomor-nomor aitem untuk kemudian digunakan dalam pengambilan data penelitian. Table 8. Perubahan Nomor Skala Perilaku Religius Setelah Uji Coba Nomor Butir Perntayan Skala Nomor Aitem Lama Nomor Aitem Baru Nomor Aitem Lama Nomor Aitem Baru 1 1 14 14 2 2 15 15 3 3 16 16 4 4 17 17 5 5 18 18 6 6 19 19 7 7 20 20 8 8 21 21 9 9 22 22 10 10 23 23 11 11 24 24 12 12 26 25 13 13 G. PROSEDUR PENELITIAN Universitas Sumatera Utara 96 Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari 3 tahap. Adapun ketiga tahap tersebut adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan data.

1. Tahap persiapan Penelitian a. Penyusunan Aitem Alat Ukur

Persiapan penelitian dilakukan dengan mempersiapkan alat ukur penelitian yaitu kuesioner yang berisi dua skala yaitu skala kesehatan mental dan skala perilaku religius. Skala kesehatan mental disususun berdasarkan teori kesehatan mental yang dikemukakan oleh Maslow dan Mittlemenn dan skala perilaku religius disususn berdasarkan teori perilaku religius yang dikemukakan oleh Loewenthal.

b. Uji Coba Alat Ukur

setelah alat ukur selesai disususun, maka selanjutnya peneliti mendiskusikan aitem yang telah dikonstruksi dengan dosen pembimbing untuk melihat validitasnya, dimana validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi content validity yang menggunakan professional judgement. Setelah itu, dilakukan uji coba alat ukur terhadap 318 orang subjek yang di dalamnya sebagian besar memiliki orientasi heteroseksual dan sebagian lagi adalah orang yang mengidentifikasi diri sebagai gay. Uji coba alat ukur ini dilakukan mulai tanggal 29 Januari sampai dengan tanggal 05 Februari 2010. Dari 420 eksemplar skala yang disebarkan, 323 skala yang kembali namun yang diolah hanya 318 skala karena 5 diantara skala yang kembali tersebut mengalami kecacatan, yakni tidak seluruh aitem diisi oleh responden.

c. Penyusunan Alat Ukur Penelitian

Universitas Sumatera Utara 97 Setelah peneliti melakukan uji coba alat ukur terhadap 318 subjek, lalu kemudian dilakukan pengujian terhadap validitas dan reliabilitas alat ukur. Uji reliabilitas dilakukan dengan bantuan aplikasi komputer SPSS version 16.0 for windows. Aitem-aitem yang sahih kemudian dikompilasi menjadi skala penelitian dan digunakan untuk pengambilan data sebenarnya di lapangan.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan terhadap sejumlah subjek yang mengidentifikasi diri sebagai gay yang bedomisili di kota Medan, dimana untuk mendapatkan subjek penelitian ini, peneliti menghubungi sejumlah kaum gay yang sudah dikenal dan merupakan teman dekat peneliti dan juga menghubungi beberapa ketua komunitas gay yang ada di kota medan. Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 07 Februari – 16 Februari 2010. Dalam penelitian ini, dari 220 eksemplar kuesioner yang disebarkan, ada sebanyak 114 kuesioner yang kembali dan hanya 114 kuesioner yang kemudian dapat diolah.

3. Tahap Pengolahan Data

Setelah diperoleh data penelitian, tahap selanjutnya adalah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan bantuan program aplikasi komputer SPSS version 16.0 for windows.

H. METODE ANALISA DATA

Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan analisis statistik. Pertimbangan penggunaan analisa statistik dalam penelitian ini adalah : 1. statistik bekerja dengan angka-angka. 2. Statistik bersifat objektif. 3. Statistik Universitas Sumatera Utara 98 bersifat universal, dalam arti dapat digunakan pada hampir semua bidang penelitian Hadi, 2000. Data yang diperoleh akan diolah dengan menggunakan t- test untuk 2 sampel independen dengan menggunakan bantuan program SPSS version 16.0 for windows. Sebelum menguji hipotesis penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi penelitian yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. 1. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian pada setiap variabel telah menyebar secara normal. Pengukuran normalitas menggunakan motede statistik Kolmogorov-Smirnov. Uji normalitas perlu dilakukan untuk menentukan analisa data selanjutnya apakah menggunakan t-test atau tidak, mengingat t-test merupakan uji parametrik. Selain itu, bila sebaran sampel penelitian tidak normal, maka analisa data selanjutnya tidak dapat menggunakan t-test Sugiyono, 2002. 2. Uji homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah varians dalam populasi sampel yang digunakan dalam penelitian adalah homogen. Uji homogenitas dilakukan dengan one way Anova melalui Levene Statistic. Data yang diperoleh dari skala kesehatan mental adalah berupa data interval dan data yang diperoleh dari skala perilaku religius adalah data nominal. Semua data-data yang diperoleh akan diolah dengan menggunakan bantuan komputer SPSS version 16.0 for windows. Universitas Sumatera Utara 99 Universitas Sumatera Utara 100

BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

Bab ini akan menguraikan gambaran umum subjek penelitian dan hasil penelitian yang berkaitan dengan analisa terhadap data penelitian sesuai dengan masalah yang akan dijawab maupun analisa tambahan atas data yang ada.

A. GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN

Subjek dalam penelitian ini berjumlah 114 orang yang mengidentifikasi diri sebagai gay. Berdasarkan hasil analisi statistik diperoleh bahwa terdapat 55 orang berperilaku religius dan 59 orang yang tidak berperilaku religius. Berikut ini akan disajikan gambaran mengenai ciri-ciri demografi subjek penelitian yang meliputi usia, agama, dan pekerjaan.

1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Subjek dalam penelitian ini berada pada tahap usia dewasa awal sampai masa dewasa tengah yaitu berkisar 20-45 tahun. Berikut ini merupakan tabel penyebaran subjek berdasarkan usia. Tabel 9. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia Rentang Usia Jumlah Persentase 20-25 Tahun 93 81.58 26-30 Tahun 9 7.89 31-35 Tahun 8 7.02 35-45 Tahun 4 3.51 Total 114 100.00 Universitas Sumatera Utara