Kehidupan Beragama Alumni Training Emotional Spiritual Quotient.

mengenai peran penting keyakinan agama, seluruh informan memberikan jawaban yang sama, bahwa keyakinan agama penting sebagai landasan awal dan utama bagi setiap pemeluk agama.

2. Kehidupan Beragama Alumni Training Emotional Spiritual Quotient.

Berbicara mengenai agama, maka yang terlintas dibenak kita tak hanya bagaimana setiap manusia yang menganutnya meyakini secara total terhadap agamanya, dan ia jadikan sebagai aturan dalam menjalankan hidup, namun yang penting adalah manifestasi dari keyakinan yang ia pegang tadi, terwujud dalam tingkah laku dan kehidupan kesehariannya mulai dari perasaan, fikiran, tutur kata dan tindakannya. Untuk melihat keberagamaan seseorang yang perlu diperhatikan adalah melihat lima dimensi keagamaan yaitu, ideologis, ritualistik, eksperiensial, intelektual, dan konsekuensial . 63 Sebelum peneliti menjelaskan hasil penelitian mengenai keyakinan agama, maka peneliti merasa perlu untuk melihat bagaimana pola kehidupan beragama para alumni, dimulai dari pelaksanaan ritual, kehidupan beragama keluarga dan lingkungan pergaulan, serta intensitas kegiatan keagamaan. Secara umum kehidupan keluarga termasuk yang agamis dan taat beragama. Sejak kecil pendidikan dan penanaman nilai-nilai agama sudah diberikan, hanya saja ilmu yang didapat adalah ilmu-ilmu yang bersifat konvensional dan bersifat 63 Jalaluddin Rakmat, Psikologi Agama, hal 43 satu arah. Berbeda dengan yang RY dapat dari ESQ, di ESQ cenderung menggunakan metode dua arah, ada simulasi dan permainan. RY mengaku metode yang digunakan di ESQ lebih mudah untuk ia terima dan serap. Itulah yang dikemukakan oleh RY, sebagai mantan ketua Fosma Bekasi periode 2007-2008, ia merasakan bahwa kehidupan beragama dalam keluarga sangat mendukung, mulai dari pelaksanaan ritual seperti sholat, puasa, dan mengaji. Hingga saat ini, RY mengaku orang tuanya masih memberikan fasilitas untuk belajar secara khusus dengan seorang ustad yang berkompeten dalam bidang agama. 64 Hal senada juga diutarakan oleh UH, sambil mengucap syukur ia menuturkan bahwa kehidupan beragama dalam keluarga cukup baik, kedua orang tua selalu mengingatkan dan memberikan nilai-nilai agama sejak UH masih kecil. Namun, satu hal yang sangat disayangkannya, ada satu orang saudaranya yang masih mengabaikan perintah sholat. Namun untuk saat ini lingkungan kerjanyalah yang membuatnya nyaman dalam menjalankan ibadahnya karena kondisi lingkungan yang sangat Islami. Mengenai intensitas dalam mengikuti kegiatan keagamaan, saat ini ia aktif dalam pengajian dan pengkajian Fosma Bekasi, serta liqoat di yayasan. 65 Seperti yang UH ungkapkan: “..Ya tidak seluruhnya sholatnya penuh, ada kakak yang sampai sekarang masih belum tergugah hatinya untuk sholat dan menjadikannya sebagai suatu rutinitas dan kebutuhan dia. Kalau dari orang tua Wawancara pribadi dengan informan RY, Pada tanggal 31 Oktober 2008. Wawancara pribadi dengan informan UH, Pada tanggal 25 Oktober 2008. Alhamdulillah sangat mendukung mengenai pendidikan dan penanaman nilai-nilai agama. terutama lingkungan pekerjaan ya, Islami banget. Dalam keluarga ritual agama Alhamdulillah baik, selain kakak, semua menjalankan kewajiban agama, sekarang ini lagi belajar juga untuk melaksanakan yang sunnah-sunnah. Rutinitas selain di Fosma juga ada pengajian setiap minggu liqoat, dan di yayasan”. Dari hasil wawancara peneliti dengan ibu UM, ibunda salah satu anggota Fosma Bekasi, dimana tempat ibu UM, sering digunakan sebagai tempat berkumpul, rapat, dan kegiatan Fosbek lainnya seperti pengajian. Dari pengamatan ibu UM, saudara UH cukup baik dalam bergaul, memiliki sopan santun dan tutur kata yang baik, dan selalu melaksanakan kewajiban agama seperti sholat. 66 Hal senada juga diutarakan oleh YR, menurut pengakuannya kehidupan beragama di dalam keluarganya sangat mendukung, apalagi mama dan papa yang selalu mengingatkan. Tapi ada satu saudaranya yaitu kakak laki-lakinya, yang sampai saat ini, belum sepenuhnya melaksanakan perintah agama seperti sholat, tapi YR mengaku selalu mengingatkan, hanya saja sang kakak belum memiliki kemauan dan masih malas untuk melaksanakannya. Selain itu YR mengaku kegiatan keagamaannya saat ini, selain membaca Al-Qur’an dirumah, ia juga aktif mengikuti pengajian dan pengkajian rutin mingguan di Fosma Bekasi. 67 Kondisi yang tidak jauh berbeda juga dirasakan ID, kehidupan keluarga sangat mendukung baik penanaman nilai-nilai agama, maupun pelaksanaan ritual Wawancara pribadi dengan Informan UM Masyarakat, Pada tanggal 23 November 2008. Wawancara pribadi dengan informan YR, Pada tanggal 25 Oktober 2008. keagamaan, terlebih ID mengaku keluarganya banyak dikenal masyarakat sebagai keturunan Ustad. Namun, sambil tertawa ID menuturkan, dulu hal yang bertolak belakang terjadi padanya, tapi ID mengaku bahwa itu semata-mata karena kesalahannya sendiri, dan saat ini ia sedang belajar untuk lebih tahu dan melaksanakan ibadah. Intensitas kegiatan keagamaan ID. saat ini, selain pengajian rutin seminggu sekali di Fosma Bekasi, ia juga rutin mengikuti pengajian masjid yang tak jauh dari tempat tinggalnya. 68 Seperti yang diungkapkan oleh ID: “..Alhamdulilah baik, ortu dan keluarga dari dulu juga dikenal dari keluarga ustad, ya keluarga gua baik-baik aja, cuma guanya aja yang sableng, ya Alhamdulillah sekarang gua lagi belajar untuk lebih tau dan ngelaksanainnya juga. Jadi lebih baik, yang rutin di Fosma Bekasi terus ada juga pengajian minggu pertama tiap bulan di mesjid dekat rumah”. Hal senada juga diutarakan oleh SCU: “Alhamdulillah bagus banget ya, walaupun dikeluarga baru gua yang ikut training ESQ, tapi kalau boleh di nilai secara agama dan ibadah sih sudah baik banget ya. Sholat lima waktu Alhamdulillah lancar, sholat sunnah kaya’ sholat witir, dhuha, sama tahajud tuh diterapin dan dilaksanain di keluarga, tapi kadang gak semuanya dilaksanain tapi nyokap ngingetin, gak apa-apa yang penting ada yang dikerjain salah satunya dan itu harus rutin. Kalau kegiatan agama yang rutin banget tuh di Fosma Bekasi ya, pengajian tiap minggu InsyaAllah gua datang, terus kalau ada pengajian di keluarga juga datang tapi yang rutin banget ya di Fosbek” 69 . Untuk melengkapi pengamatan penelitian, maka peneliti mencoba mencari tahu seperti apa keseharian dari SCU. Menurut NI, yang merupakan rekan kerja SCU, dalam tutur kata SCU cukup baik, namun karena sifatnya yang humoris, Wawancara pribadi dengan informan ID, Pada tanggal 6 November 2008. Wawancara pribadi dengan informan SCU, pada tanggal 6 November 2008. terkadang suka nyablak. Kalau tentang ibadah bagus banget, di kantor SCUlah yang paling sering mengingatkan kita untuk sholat, dalam bekerja NI juga banyak belajar karena menurut pengakuan NI, SCU adalah orang yang sangat ikhlas dalam menerima pekerjaan apapun, masih bisa tertawa dan ceria, walaupun ia dalam kondisi kelelahan. 70 Hampir seluruh informan menyatakan hal yang sama, secara keseluruhan kehidupan beragama dalam keluarga cukup baik dan sangat mendukung, begitu pula mengenai masalah ritual keagamaan. Yang membedakan hanyalah kebiasaan- kebiasaan yang diterapkan di dalam keluarga, seperti sholat berjama’ah, mengerjakan sholat-sholat sunnah, dan puasa. Selain itu yang membedakan dalam intensitas kegiatan keagamaan adalah, kegiatan mereka diluar kegiatan Fosma Bekasi seperti pengajian dan pengkajian di kampus, yayasan, dan dilingkungan tempat tinggal. Dari hasil observasi partisipatoris dan wawancara mendalam yang penulis lakukan, seluruh informan memang aktif mengikuti kegiatan keagamaan yang diadakan oleh Fosma Bekasi. Dalam hal ritual keagamaan, hasil pengamatan peneliti dari setiap event dan kegiatan yang diselenggarakan Fosma Bekasi, seluruh Informan melaksanakan sholat dan cukup antusias saat mendengarkan cermah, yang disampaikan oleh Ustad atau Ustadzah, baik anggota laki-laki maupun Wawancara pribadi dengan NI Masyarakat, Pada tanggal 20 November 2008. perempuan. Namun, jika dilihat dari keaktifan dalam mengemukakan pendapat dan mengajukan pertanyaan, anggota Fosma laki-laki cenderung lebih aktif jika dibandingkan perempuan. Hal ini terjadi karena hampir dalam setiap kegiatan pengajian dan pengkajian, Fosma Bekasi cenderung lebih sering mengundang guru agama laki-laki atau Ustad dibandingkan dengan guru agama perempuan. Namun, peneliti melihat suatu hal yang berbeda, ketika kegiatan pengajian melibatkan guru agama perempuan, tidak hanya anggota Fosma laki-laki saja yang aktif, anggota Fosma perempuanpun cukup berani mengutarakan pendapat dan pertanyaannya dibandingkan jika pengajian yang melibatkan guru agama laki-laki. Setelah peneliti menggali lebih dalam penyebab perbedaan kondisi tersebut, para anggota perempuan mengaku lebih leluasa bertanya kepada guru agama perempuan, karena pertanyaan yang diberikan bisa menyangkut dari berbagai aspek termasuk hal-hal yang berkaitan dengan wanita, sedangkan pada saat pengajian dibawah bimbingan guru laki-laki pembahasan cenderung lebih kepada tauhid, kajian tafsir, dan fiqih. 3. Kemampuan Alumni Dalam Menciptakan Kebahagiaan Hidup Kebahagiaan dan kedamaian tentu menjadi impian setiap manusia. Namun kebahagaian seperti apa yang sesungguhnya manusia dambakan. Apakah harta, jabatan, kekuasaan, atau kemewahan, jika memang itu yang menjadi standar kebahagiaan manusia saat ini, mengapa banyak terjadi pembunuhan atas dasar perebutan harta atau kekuasaan. Setiap manusia tentu memiliki standar sendiri untuk memaknai kebahagiaan bagi dirinya. Keadaan inilah yang menyebabkan peneliti ingin melihat bagaimana kondisi alumni dalam menciptakan kebahagiaan dan kegembiraan. Kedua perasaan ini, bahagia dan gembira tentu memiliki makna yang sangat luas, tidak hanya ketika individu mampu menciptakan kebahagiaan untuk dirinya pribadi, tetapi bahagia juga dapat diartikan, ketika seseorang mampu dan peka melihat lingkungan dan individu disekitarnya, menciptakan dan merasakan hal yang sama seperti yang sedang ia rasakan. Ini merupakan point penting untuk melihat keyakinan agama dari alumni ESQ. Manusia yang peduli adalah manusia yang tidak hanya berfikir untuk kebahagiaannya pribadi, tetapi ia juga sangat peka terhadap kebahagiaan orang disekitarnya. Hal yang terjadi pada AJP. Seperti yang diungkapkan oleh AJP: “..Dari kecil Alhamdulillah orang tua aku sudah ngajarin ya, kalau kita punya uang berapa walaupun gak seberapa, ya cobalah buat berbagi. Apa lagi seandainya orang itu butuh banget, kalau gak banyak ya semampu kita yang penting kita kasih. Lama-lama itu malah jadi kebiasaan aku dan adek, misalnya lagi jalan ada orang minta, ya walaupun gak bawa uang yang banyak, ya penting kita bantulah ya, seberapa mampu kita. Dan bagi aku yang diingat banget yakin aja Allah pasti akan ngebalas, mungkin lebih dari apa yang kita pernah kasih ke orang lain. Di ESQ kan kita juga ada materi total action, nah disitu kan juga salah satu pembelajaranlah ya buat kita harus saling berbagi, peduli juga sama orang lain gak ego ya gitu aja”. 71 Hal senada juga diutarakan oleh ID, seperti yang diungkapkannya: “Gua pribadi pengen sebenarnya buat ngebantu orang, ya siap sih ti yang gak seneng bisa diminta bantu dan ngebantu juga. Ya intinya gua pengen banget bisa bantu orang laen. Istilahnya ya Ti amal itu kan gak akan pernah Wawancara pribadi dengan informan AJP, Pada tanggal 31 Oktober 2008. habis, amal itu kan bakal tabungan kita nanti di akherat. Ya berusalah buat menabung, ya itu bantu orang lain yang membutuhkan, walaupun jujur gua gak sepenuhnya bisa terus bantu mereka dengan materi saat ini, tapi paling gak gua bisa bantu dengan semangat buat mereka, tenaga, ya gua yakin apa yang gua lakukan buat mereka ya gak sia-sia gitu aja Ti”. 72 Sedangkan menurut pandangan AP, Kehidupan manusia di dunia diibaratkan seperti roda, terkadang ia berputar kebawah, kadang pula keatas, seperti itu juga ada yang kaya dan ada yang miskin. Namun sebagai manusia yang harus dilakukan adalah pasrah dan percaya bahwa kehidupan ini sudah ada yang menggariskan. Secara jujur AP, mengaku belum bisa melakukan banyak hal untuk orang lain, terlebih masyarakat yang membutuhkan, karena AP masih memiliki keterbatasan. Namun, ia akan berusaha sebisa mungkin untuk membantu jika dapat dengan materi atau dengan fikiran dan tenaga. Karena menurut AP, bukan suatu hal yang sia-sia kalau seseorang mau membantu orang lain, justru ia percaya ini semua akan menjadi berkah. 73 Seperti yang diungkapkan oleh AP: “..Ya kehidupan itu kan seperti roda kadang diatas kadang di bawah, ada yang kaya ada yang miskin, jadi kita harus sadar lah ya bahwa hidup ini sudah ada yang mengariskan, gua lagi belajarlah buat total action ya ngga. cuma gua pribadi jujur saat ini belum bisa bantu banyak karena keterbatasan gua juga, cuma gua saat ini, bareng-bareng sama temen-temen, yang tentunya satu visi satu misi, bagaimana kita bisa membantu gak hanya dari materi tapi mulai dari fikiran, tenaga, kita juga bisa bantu kan. Ya lagi belajar buat total actionlah, karena Bagi gua sih gak ada yang sia-sia kalau kita mau bantu orang lain, justru malah bisa jadi berkah kali buat kita”. 72 Wawancara pribadi dengan Informan ID, Pada tanggal 6 November 2008. Wawancara pribadi dengan informan AP, Pada tanggal 30 Oktober 2008. Hal yang tidak berbeda juga diutarakan oleh AIR, seperti yang diungkapkannya: ”..Dalam Islam kita mengenal yang namanya infak, zakat, dan shodaqoh. Ketika orang-orang sudah menyadari dan peduli terhadap sesama, mau membantu orang lain, ya bisa pastikan kemiskinan di Indonesia ini juga akan berkurang. Terus masyarakatnya jujur, tidak melakukan korupsi, setiap orang-orang yang mampu mau saling membahu, ya masyarakat miskin pun juga akan merasa terbantu. Untuk itu, kita semua harus kerja sama, jangan mengandalkan satu pihak, kebaikan itu mulailah dari diri sendiri. Kalau saya pribadi sekarang ini sedang mencoba menerapkan hal itu, walaupun belum seberapa, saya punya cita-cita pengen bikin sekolah gratis, bisa bantu orang ngga mampu, dan yang paling penting saya bisa membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain, ya semoga saja bisa terwujud”. 74 Opini lainnya disampaikan oleh SCU, baginya ada suatu perasaan sedih ketika melihat orang lain sedang membutuhkan dan meminta pertolongan dengan kita, namun terkadang terhalang oleh kondisinya yang Sedang tidak membawa uang atau hal lainnya. Seperti yang diungkapkan oleh SCU: “Saat pulang mengajar gua sering kali melihat ibu-ibu dan anaknya sedang meminta-minta, kasihan banget dan rasanya ingin sekali memberikan sesuatu, tapi terkadang terhalang oleh kondisi, tidak bawa uanglah atau kepepet banget, tapi dari hati gue pengen banget ngasih sesuatu entah itu uang, pakaian, atau makanan. Sekarang sudah gua laksanain sih, walaupun tidak seberapa”. 75 Dari pernyataan-pernyataan diatas, terlihat seluruh informan memiliki sikap simpati dan empati terhadap sesama, mereka memiliki keinginan untuk berbagi dan membantu orang-orang yang kurang mampu baik berupa uang, pakaian, tenaga dan 74 Wawancara pribadi dengan informan AIR, Pada tanggal 13 Oktober 2008. 75 Wawancara pribadi dengan informan SCU, Pada tanggal 6 November 2008. fikiran. Para informan menyatakan mereka senang membantu orang lain, bahkan mereka yakin, perbuatan yang mereka lakukan akan menghasilkan sesuatu yang baik untuk dirinya dari Allah. Namun dari pernyataan diatas juga menunjukkan mereka masih memiliki keterbatasan dan hanya mampu memberikan semampunya. Menurut pengakuan sebagian informan, keterbatasan ini terjadi karena kehidupan mereka masih dibiayai oleh orang tua mereka, dan mayoritas yaitu tujuh orang informan masih mengenyam bangku kuliah, dan tiga orang lainnya baru manyelesaikan kuliah dan sudah bekerja.

4. Kemampuan Alumni Dalam Menciptakan dan Menjaga Hubungan