fikiran. Para informan menyatakan mereka senang membantu orang lain, bahkan mereka yakin, perbuatan yang mereka lakukan akan menghasilkan sesuatu yang
baik untuk dirinya dari Allah. Namun dari pernyataan diatas juga menunjukkan mereka masih memiliki keterbatasan dan hanya mampu memberikan semampunya.
Menurut pengakuan sebagian informan, keterbatasan ini terjadi karena kehidupan mereka masih dibiayai oleh orang tua mereka, dan mayoritas yaitu tujuh orang
informan masih mengenyam bangku kuliah, dan tiga orang lainnya baru manyelesaikan kuliah dan sudah bekerja.
4. Kemampuan Alumni Dalam Menciptakan dan Menjaga Hubungan
Sosial.
Manusia adalah mahluk sosial, yang tidak dapat hidup sendiri, menyukai kebersamaan, dan persaudaraan, senang berkumpul dan bergaul dengan sesamanya,
suka ditemani dan merasa senang saat didekati. Manusia juga takut berada dalam kesendirian dan menyendiri. Tidak suka dengan perpisahan, bahagia bila disenangi,
dan gembira bila dihormati. Inilah tabiat alami dari setiap manusia. Dalam menjaga hubungan tersebut, tentu dibutuhkan sikap toleransi, tolong menolong, peduli dan
lainnya. Kenyataannya untuk menjaga suatu hubungan atau relasi sosial, bukanlah hal yang mudah, karena dibutuhkan sikap saling menghargai, mengenyampingkan
ego, serta bisa menempatkan diri dengan baik.
76
Dalam keyakinan agama kemampuan seseorang dalam menjaga hubungan dengan individu lainnya adalah
salah satu bukti dari keyakinan agama yang ia pegang tadi.
Untuk menjaga hubungan tersebut, manusia memiliki cara yang berbeda- beda, salah satunya yang dikemukakan oleh AJP, dalam setiap menjalani hubungan
kepada siapapun, masalah akan selalu ada, namun AJP mengaku untuk menjaga hubungan dengan individu yang sama secara usia, cenderung labih mudah karena
pola fikir mereka yang masih mudah berubah dan santai. Yang terpenting baginya adalah jika seseorang pernah melakukan perbuatan kurang menyenangkan terhadap
dirinya, jangan sampai kita melakukan hal yang sama, karena AJP yakin dari sebuah niat yang baik maka akan berada pada ending yang baik pula. seperti yang
diungkapkan oleh AJP: “…Ya masalah itu pasti ada ya Ti, apa lagi dalam sebuah hubungan.
Kalau sama temen menurut aku ngejaga hubungan itu agak lebih gampang la ya, pa lagi anak-anak muda biasanya gampang buat diajak kompromi, tapi
kenapa justru menjaga hubungan dengan keluarga, lingkungan sekitar kita lah ya, yang terkadang agak susah. Tapi Nyokap sama Bokap selalu
nasehatin aku, bagaimanapun orang jahat sama kita, sebisa mungkin jangan sampai kita melakukan hal yang sama seperti yang mereka lakukan ke kita.
Silaturahmi harus tetap jalan, karena kalau dari awal niat kita baik InsyaAllah berakhirnya juga bakal baik gitu aja sih. Tapi gak bisa cepat ya,
pastinya ngelewatin proses-prosesnya juga”.
77
Abdul Aziz Al-Puauzan, Fikih sosial Tuntunan dan etika hidup Bermasyarakat Jakarta: Qisthi Press, 2007, hal 300-301.
Wawancara pribadi dengan informan AJP, Pada tanggal 31 Oktober 2008.
Lain hal dengan RY, dalam pandanganya, Hidup dan berhubungan dengan individu lainnya pasti akan berhadapan dengan masalah, bagi RY, untuk menjaga
hubungan tersebut adalah dengan cara ketika Ia melakukan kesalahan, maka RY akan mencoba untuk meminta maaf terlebih dahulu dan juga sebaliknya jika
seseorang melakukan kesalahan terhadapnya, RY akan berusaha untuk lebih dulu memaafkannya walaupun bagi RY hal itu cukup sulit”.
78
Berbeda dengan yang dialami oleh SCU, seperti yang diungkapkannya: “Sama sahabat bisa dibilang cukup sering ya, dulu gua agak
dendaman, tapi setelah training kaya’nya gua jadi lebih bisa nahan aja udahlah mungkin yang terjadi emang izin dari Allah, mungkin Allah sayang
sama gua dan ngasih cobaan lewat sahabat, sekarang gua ngerasa setelah berusaha ngeikhlaskan segala sesuatu yang menyakitkan justru gua ngerasa
hubungan gua jadi lebih baik sama sahabat. Kalau yang lain Alhamdulillah baik, sama keluarga kalau ada masalah paling karena faktor capek paling
suka perang mulut ngehadapinnya santai aja, kalau lagi nasehatin ya kita dengerin apa lagi sama orang tua durhaka kan”.
79
Hal yang tidak jauh berbeda juga dialami oleh ID, ia mengaku pernah mengalami suatu hubungan yang kurang baik dengan salah satu kerabatnya, hal itu
cukup berlangsung lama, namun ID mengaku sudah sangat berusaha untuk menjaga dan memperbaiki hubungan dengan sang kerabat dengan cara menyapa, dan
meminta maaf. Namun sampai saat ini ID mengaku belum mendapatkan hasil yang baik. Seperti yang diungkapkan oleh ID:
Wawancara pirbadi denan informan RY, Pada tanggal 31 Oktober 2008. Wawancara pribadi dengan informan SCU, Pada tanggal 6 November 2008.
“..Keluarga Alhamdulilah baik, tapi paling ada masalah sama tetangga dia juga saudara gua sih. Gua sudah berusaha pengen baik gitu
sama dia, biar bisa kayak dulu lagi. Setiap kali ketemu atau papasan, gua coba tegur tapi sikap dia ke gua tetap aja dingin. Ya sekarang sih gua
berfikir, gua sudah berusaha memperbaiki hubungan gua sama dia, tapi dari dianya masih kayak gitu, ya gua pasrah aja kita liat aja nanti seperti apa yang
penting gua sudah minta maaf dan nyapa dia lagi..”.
Dari pernyataan-pernyataan diatas terlihat, hubungan sosial dengan keluarga dalam kondisi yang cukup baik. Selain itu dalam menjaga suatu hubungan dengan
orang lain, tidak terlepas dengan keluarga dan sahabat, mereka memiliki pandangan dan pengalaman yang beragam, ada yang menjaga suatu hubungan atau relasi,
dengan mecoba memahami dan mau mengalah dengan orang lain. Ada pula yang mengaku dengan cara harus bisa menempatkan posisi dengan baik, ketika
melakukan kesalahan atau ada konflik dalam hubungan tersebut, maka usahakan untuk mengakui dan saling memaafkan.
Dari hasil observasi partisipatoris yang peneliti lakukan, anggota Fosma Bekasi sangat menjaga hubungan dengan orang lain, setiap anggota yang baru ikut,
baik alumni Training ESQ maupun tidak dalam kegiatan Fosma Bekasi selalu dibackup, dengan cara diajak dan dihubungi selalu dalam setiap kegiatan, bahkan
dalam pergaulan tidak ada perbedaan antara yang alumni dengan yang belum menjadi alumni. Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan NI, yang sering
mengikuti kegiatan Fosma Bekasi namun ia belum menjadi alumni. Menurut penuturannya, ia sangat senang bergabung dengan kegiatan Fosma Bekasi,
anggotanya juga sangat Welcom menerimanya. Anggota Fosma Bekasi juga sangat
baik dan seru, dan NI mengaku senang berada dalam lingkungan ESQ. seperti yang diungkapkan oleh NI:
“Menurut gua baik, anak-anaknya welcom banget, gua juga seneng anak-anaknya gaul tapi juga tetap bisa Islami, ya senenglah bisa maen sama
anak-anak Fosma, kegiatan-kegiatannya juga positif banget ya makin ditingkati aja dan kompak selalu”
80
5. Kemampuan Alumni Dalam Mencari Penawar Dalam Tekanan Jiwa.