Faktor Penyebab Gerakan Separatis di Thailand Selatan

C. Faktor-faktor Ekonomi Akibat diberlakukannya kebijakan asimilasi dan adanya dominasi elit politik ditingkat lokal dan nasional oleh etnis Thai, maka semakin mempersempit ruang gerak penduduk di Thailand Selatan untuk ikut serta dalam proses pembangunan. Apalagi kemiskinan dan kesejahteraan penduduk di Thailand Selatan masih memperihatinkan. Hal tersebut senada dengan yang diungkap oleh Perdana Menteri Malaysia, Abdullah Ahmad Badawi yang menyatakan bahwa, ―Kemiskinan dan tingkat ekonomi yang rendah di wilayah selatan menjadi salah satu pemicu terjadinya masalah keamanan,‖ 57 Bahkan wilayah-wilayah di perbatasan Thailand yang dihadapkan berbagai macam masalah seperti kemiskinan, kurangnya pendidikan, pengangguran dan lain sebagainya. Hal inilah yang semakin memperparah keadaan. 58 Jarak yang begitu jauh antara penduduk Pattani dan pegawai pemerintah setempat, turut menjadi alasan gagalnya pembangunan ekonomi dan pendidikan. 59 Jika akses terhadap ekonomi sulit dicapai dan pada akhirnya menyebabkan kemiskinan, tentu akan berdampak pula terhadap pencapaian yang lain, misalnya karena tidak ada akses yang mudah terhadap ekonomi maka akan menyebabkan pula sulitnya untuk mengenyam pendidikan. 57 ―Malaysia: Kemiskinan Picu Pergolakan di Thailand Selatan,‖ pada http:www.cmm.or.idcmm-ind_more.php?id=A3851_0_3_0_M akses pada 16 September 2011. 58 Srisompob Jitpiromsri with Panyasak Sobhonvasu, Unpacking Thailand’s Southern Conflick; The Poverty of Structural Explanations, Routledge: Critical Asian Studies 38:1 Tahun 2006. Hlm. 102. 59 Paulus Rudolf Yuniarto, Minoritas Muslim Thailand; Asimilasi, Perlawanan Budaya dan Akar Gerakan Separatisme, Jakarta: Jurnal Masyarakat dan Budaya, Volume VII No. 1 Tahun 2005. Hlm. 94. Tercatat bahwa penduduk di Selatan kekurangan dalam hal pendidikan dibandingkan dengan penduduk Buddha, sebagai perbandingan jumlah penduduk Muslim dan Buddha di tahun 2000 yakni 1.390.109 Muslim dan 364.767 Buddha, tercatat sebagian besar penduduk Muslim di wilayah Selatan berpendidikan Sekolah Dasar SD, sedangkan penduduk Buddha hanya sebagian kecil saja. Begitupun dalam jenjang pendidikan yang lain. Sekitar 69.8 persen penduduk Muslim di Selatan mengenyam pendidikan SD, sedangkan 49.6 adalah penduduk Buddha. Sedangkan dalam jenjang Sekolah Menengah Pertama SMP sebanyak 13.2 persen adalah penduduk Buddha sedangkan penduduk Muslim hanya 9.2 persen yang berhasil mencapai jenjang pendidikan tersebut. Begitupun dalam jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas SMA, warga Buddha masih lebih mendominasi yakni sekitar 8.1 persen, sedangkan warga Muslim hanya 4.8 persen. 60 Adapun bagannya yakni sebagai berikut: 60 Ibid, Srisompob, hlm. 204.

2.1.2. Dampak Konflik Terhadap Stabilitas Negara Thailand

Gerakan separatis yang mencapai skala puncak di tahun 2004, telah menjatuhkan korban ribuan jiwa warga sipil, milisi dan tentara Thailand. 61 Wilayah Thailand seakan menjadi tempat yang menakutkan dan menjadi wilayah yang benar-benar sangat tidak kondusif bahkan dapat mengancam jiwa. Diberitakan dalam Metrotvnews.com bahwa tujuh orang dilaporkan tewas dalam dua serangan bom di Thailand Selatan. Korban yang tewas sebagian besar adalah anggota keamanan Thailand. Dalam berita tersebut, media Thailand melansir sekitar enam belas orang terluka dari serangan yang diduga dilakukan oleh kelompok separatis. 62 Setidaknya, lebih dari 4.300 orang terbunuh di wilayah yang mayoritas dihuni Muslim tersebut. 63 Jika dalam satu kali pemberontakan menewaskan ratusan yang terluka dan beberapa orang terbunuh, maka dapat dibayangkan berapa banyak korban tewas lainnya yang telah berjatuhan akibat kejadian tersebut. Sejak tahun 2004 hingga tahun 2005, tercatat sudah banyak korban yang jatuh akibat gerakan separatis, korbannya pun tidak hanya dari kalangan tertentu melainkan juga dari warga Buddha dan Muslim pun menjadi korban peristiwa yang belum teratasi ini. Sebanyak 55.67 persen warga Buddha menjadi korban akibat gerakan separatis, sedangkan 40.46 persennya adalah Muslim dan 3.87 61 Konflik di Thailand Selatan Kembali Pecah, 7 Tewas, http:metrotvnews.comreadnewsvideo20110509127849konflik-di-thailand-selatan-kembali- pecah-7-tewas diakses pada tanggal 16 September 2011. 62 Ibid. 63 Tiga Bom Meledak di Thailand Selatan, http:metrotvnews.comreadnewsvideo20110624130837tiga-bom-meledak-di-thailand- selatan diakses pada tanggal 16 September 2011. persen adalah warga lainnya. Begitupun dengan korban luka, tercatat bahwa 66.14 persen korban luka dialami oleh warga Buddha dan 25.77 persen adalah warga Muslim. 64 Adapun bagannya yakni sebagai berikut: Perbandingan Jumlah Korban

2.2. Usaha Pemerintah Thailand Dalam Mengatasi Gerakan Separatis di Thailand Selatan

Konflik yang terjadi di Thailand Selatan telah menjadikan stabilitas negara terganggu. Tidak hanya itu, kejadian tersebut pun telah memberikan citra negatif terhadap pemerintahan Thailand. Oleh sebab itu, berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah Thailand guna mengatasi peristiwa tersebut. Ada berbagai kebijakan yang diambil, diantaranya sebagai berikut: 64 Srisompob Jitpiromsri with Panyasak Sobhonvasu, Unpacking Thailand’s Southern Conflick; The Poverty of Structural Explanations, Routledge: Critical Asian Studies 38:1 Tahun 2006. Hlm. 98. A. Kebijakan Militer Pemerintah Thailand telah mengeluarkan status darurat militer di tiga provinsi di wilayah selatan yakni Pattani, Yala dan Narathiwat pada bulan Agustus tahun 2005. Kebijakan tersebut dapat memberlakukan banyak hal, misalnya penyadapan, penggeledahan dan penangkapan terhadap orang yang dicurigai dan mengacaukan situasi. Tidak hanya itu, pemerintahan Thailand mengeluarkan kebijakan seperti mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi para Muslim yang dituduh mendalangi serangan di Thailand Selatan. Selanjutnya, pemerintahan juga menginstruksikan untuk menyita semua bahan peledak dan melakukan penyebaran tentara dan polisi bersenjata berat di wilayah selatan. Kendati demikian, kebijakan yang diambil oleh pemerintah Thailand bukanlah sebuah solusi yang baik. Kebijakan tersebut justru semakin meningkatkan ketegangan dan membuat suasana semakin rumit serta menimbulkan ketakutan di wilayah Selatan Thailand. 65 Pada akhirnya, hingga saat ini konflik masih terus terjadi dan belum ada satu formula pun yang dapat meredam dan mengakhiri konflik tersebut. B. Kebijakan Politik Gerakan separatis yang terjadi di Thailand Selatan telah menyadarkan pemerintah Thailand bahwa kejadian tersebut tidak mungkin dapat diatasi sendiri tanpa adanya bantuan. Apalagi, mengingat bahwa berbagai upaya 65 Wimpi Wibisono, Malaysia Khawatirkan Status Darurat Thailand Selatan, Republika, 9 Februari 2007. sudah dilakukan untuk meredam konflik yang terjadi di Thailand Selatan. Menimbang hal ini, maka pemerintah Thailand merasa perlu untuk melakukan kerjasama dengan negara lain. Salah satu negara yang dapat dijadikan mitra yakni negara tetangga, Malaysia. Kebijakan politik yang diambil yakni, meminta bantuan Malaysia untuk mengatasi gerakan yang terus mengalami eskalasi di wilayah Thailand Selatan. Hal yang pertama diwujudkan yakni dengan adanya pertemuan Perdana Menteri Abdullah Ahmad Badawi yang bertujuan untuk mengatasi separatis dan melakukan kerjasama antara Malaysia-Thailand. Thailand beralih ke tetangganya, Malaysia, untuk bekerjasama mengakhiri separatis di provinsi- provinsi paling selatan Thailand. 66 Selain itu, sebagai negara tetangga Malaysia pun turut perihatin terhadap gejolak yang terjadi di Thailand. Apalagi sejak dicetuskannya kebangkitan Melayu yang membuat suasana semakin memanas dan diberlakukannya situasi darurat. Akibat kebijakan tersebut, banyak penduduk melarikan diri dan meminta bantuan ke Malaysia. Lebih lanjut, kala itu Najib Razak yang menjabat sebagai Perdana Menteri Malaysia dan Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva dari Thailand, berjuang untuk mengatasi gerakan separatis diperbatasan, berkunjung ke provinsi selatan Narathiwat. Menurut Reuben Wong selaku pakar kebijakan luar negeri di Lembaga Pengkajian Internasional Singapura mengatakan 66 Perdana Menteri Thailand Ingin Mempererat Kerjasama Regional, http:www.asiacalling.orginarsip1133-thai-pm-calls-for-greater-regional-security-cooperation. Diakses pada 09 Agustus 2011.