4.2 Program Kerjasama Antara Thailand-Malaysia Dalam Mengatasi Gerakan
Separatis Di Thailand Selatan
Bagi Malaysia dan Thailand hubungan baik untuk mengatasi gerakan separatis yang terjadi di Thailand Selatan menjadi kepentingan bersama yang harus segera
direalisasikan. Oleh sebab itu, kedua negara sepakat untuk mengadakan hubungan baik dengan saling kunjung dan memetakan persoalan serta rumusan yang tepat dalam
mengatasi gerakan separatis di Thailand Selatan. Adapun bentuk diplomasi atau berbagai kesepakatan yang dilakukan oleh Thailand dan Malaysia dalam mengatasi
gerakan separatis di Thailand Selatan, sebagai berikut:
4.2.1. Membangun Ekonomi dan Memberantas Kemiskinan di Wilayah
Perbatasan
Begitu banyak hal yang melatarbelakangi perseteruan yang terjadi di Thailand Selatan, khususnya wilayah yang terdiri dari provinsi Pattani, Yala,
Narathiwat, Satun dan Songkhla. Dahulunya, Thailand Selatan merupakan wilayah independen yang memiliki peraturan sendiri. Sistem ekonomi mereka
pun cenderung stabil. Mereka memiliki pemerintahan sendiri. Mereka pun mengelola keuangan sendiri dan lain sebagainya. Akan tetapi, kehidupan mereka
seakan berubah ketika terjadi aneksasi di tahun 1902, di mana pada saat itu wilayah di selatan Thailand menjadi satu dengan kerajaan Thailand. Warga
Thailand Selatan yang mayoritas adalah Muslim-Melayu harus menyatukan diri dengan warga kerajaan Thailand yang mayoritas beragama Buddha.
Tidak hanya itu, banyak peraturan dan kebijakan yang dirasakan merugikan warga di Thailand Selatan. Belum lagi pembagian ekonomi dan
pembangunan yang tidak merata keberbagai wilayah. Tentu saja, warga di perbatasan
Thailand Selatan
bereaksi dengan
menyuarakan untuk
memberlakukan hak otonomi, bahkan hingga menginginkan pembentukan pemerintahan sendiri.
Melihat hal tersebut, Malaysia menaruh perhatian mendalam terhadap konflik di wilayah utaranya ini. Awalnya memang, berbagai bentuk simpati dan
bantuan Malaysia kerap ditolak oleh pemerintah Thailand, bahkan sempat dipandang sinis oleh Thailand karena Malaysia dianggap terlalu mencampuri
urusan dalam negeri Gajah Putih ini. Akan tetapi, dilain kesempatan rupanya Thailand mulai menyadari bahwa konflik internal tersebut tidak dapat
diredamnya sendiri, melainkan butuh bantuan dari pihak lain yakni negara tetangga, Malaysia.
Dalam hal ini antara Malaysia dan Thailand sepakat untuk memetakan rangkaian upaya untuk mengakhiri gerakan separatis. Salah satu hal yang
disepakati dalam pertemuan kedua negara bertetangga itu, yakni mengenai upaya sosial ekonomi dan pemberantasan kemiskinan. Hal ini sebagaimana diungkap
oleh Menteri Luar Negeri Malaysia Syed Hamid Albar yang mengatakan bahwa krisis di wilayah mayoritas Muslim di negeri mayoritas Budha tidak terkait ke
agama atau Islam. ―Itu tidak ada hubungan dengan Islam. Warga Muslim dan
Budha telah hidup dengan damai di sana sebelumnya. Di sana ada perasaan teralienasi, ditinggal dan problem sosio-
ekonomi.‖
102
Konflik dapat terjadi akibat adanya kemiskinan. Kemiskinan ini selanjutnya memicu sejumlah potensi kerawanan sosial. Oleh karena itulah
maka kesejahteraan yang baik diasumsikan dapat mengeliminir konflik. Bentuknya dapat dilakukan dengan melakukan penyediaan lapangan pekerjaan
dan gaji yang mencukupi. Dengan gaji yang mencukupi orang merasa aman.
103
Malaysia mengatakan kemiskinan yang melanda muslim di Thailand Selatan menjadi pemicu ketegangan di wilayah tersebut. Perdana Menteri
Thailand, Abdullah Ahmad Badawi, menyatakan pihaknya akan bekerjasama dengan Thailand untuk mengatasi masalah tersebut. ―Kemiskinan dan tingkat
ekonomi yang rendah di wilayah selatan menjadi salah satu pemicu terjadinya masalah keamanan,‖ katanya di Bangkok.
104
Selain itu, Badawi pun mengatakan bila telah terwujud stabilitas di wilayah selatan, maka akan terwujud pula kegiatan ekonomi yang semakin
ramai. Ini akan menjadi muslim di wilayah selatan memiliki tingkat ekonomi dan kesejahteraan yang lebih baik. Jika stabilitas dan kesejahteraan telah terwujud,
maka perdamaian yang berkelanjutan akan pula hadir di wilayah ini.
105
102
Thailand-Malaysia Petakan Atasi Ketegangan di Thailand Selatan. Dalam http:www.tempo.co.idhgluarnegeri20070323brk,2007032396136,id.html. Diakses
pada 28 September 2011.
103
Jamil, M. Mukhsin, Mengelola Konflik Membangun Damai: Teori, Strategi dan Implementasi Resolusi Konflik. Semarang: Walisongo Mediation Centre WMC. 2007. Hlm. 40.
104
Malaysia: Kemiskinan Picu Pergolakan di Thailand Selatan. Pada http:www.cmm.or.idcmm-ind_more.pp?id=A3851_0_0_M. Diakses pada 16 September 2011.
Baca lebih lanjut pada Republika online, 13 Februari 2007.
105
Ibid.
Oleh sebab itu, dalam setiap kesempatan kedua negara bertetangga tersebut membicarakan formula yang tepat demi mewujudkan kesejahteraan di
selatan. Bentuk pemerataan dan berbagai pendekatan sosial-ekonomi coba untuk dicanangkan agar pembangunan dapat dirasakan merata kesejumlah titik di bumi
Thailand. Malaysia pun berjanji akan memberikan dukungan penuh kepada
Thailand untuk menindak separatis di wilayah perbatasan kedua negara. Pernyataan itu ia ungkapkan setelah mengadakan pertemuan dengan mitranya
Senin, 124, Perdana Menteri Thailand. Pertemuan itu pun atas inisiatif Thaksin. Dalam pertemuan tersebut kedua negara juga sepakat untuk memilih
pembangunan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan di kawasan terpencil dan berpenghasilan rendah di Thailand, khususnya di wilayah kelompok Muslim
sepanjang perbasatan Malaysia. Itu merupakan elemen penting dari strategis jangka panjang untuk mengurangi masalah separatis di Thailand Selatan.
106
Untuk merealisasikan hal tersebut, Badawi pun mengatakan bahwa nota kesepahaman
tentang pembangunan
ekonomi di
daerah perbatasan
ditandatangani segera baik itu di Kuala Lumpur atau di Bangkok. Dalam hal strategi pembangunan, Thaksin pun mengatakan bahwa aspek penting dalam
menghadapi bersama tantangan ini adalah strategi pembangunan terpadu di daerah perbatasan. ―Pertemuan dengan Abdullah telah dilakukan dengan semua
keterusterangan sebagai yang biasa dilakukan di antara teman dalam suasana
106
Redaksi, Malaysia Dukung Thailand Untuk Menindak Separatis, Kompas, Selasa 13 April 2004. Hlm 2.