20
Dalam ayat ini jelas sekali Tuhan mengutus Nabi Muhammad Saw untuk memberi kemaslahatan bagi manusia dan seluruh alam.
Berkaitan dengan asal penciptaan, Allah SWT berfirman dalam surah Hud ayat 7
Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya sebelum itu di atas air, agar dia
menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya.
17
Ketiga ayat diatas menunjukan pada kita bahwa semua yang Tuhan ciptakan dan Tuhan turunkan berupa syariat adalah rahmat
sekaligus maslahat bagi manusia dan alam.
3. Pembagian Maqashid Syari’ah
Allah SWT mensyari’atkan hukum bertujuan memelihara kemaslahatan manusia, sekaligus untuk menghindari mafsadat, baik
di dunia maupun di akhirat. Tujuan tersebut hendak dicapai melalui taklif, yang pelaksanaannya tergantung pada pemahaman sumber
hukum yang utama, Al- Qur’an dan Hadist. Dalam rangka
mewujudkan kemaslahatan di dunia dan akhirat, berdasarkan
17
Al-Syatibi, Al-Muwafaqat fi Ushul al-Ahkam, Darul ibn Affan, Abu Ubaidah Mashur ibn Hasan Al-Salamah, t.t Jilid I, h. 12.
21
penelitian para ahli ushul fiqih, ada lima unsur yang harus dipelihara dan diwujudkan.
18
Kelima pokok tersebut adalah agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Seorang mukallaf akan memperoleh kemaslahatan,
manakala ia dapat memelihara kelima unsur dengan baik.
19
Dalam usaha memperoleh gambaran utuh tentang teori maqashid
syari’ah, berikut ini akan dijelaskan kelima pokok kemaslahatan dengan peringkatnya masing-masing yaitu
20
: 1
Hifdz ad-Din memelihara agama Memelihara
agama, berdasarkan
kepentingannya, dapat
dibedakan menjadi tiga peringkat: a.
Memelihara agama peringkat daruriyyat, yaitu memelihara dan melaksanakan kewajiban keagamaan yang masuk
peringkat primer, seperti melaksanakan shalat lima waktu. Kalau shalat ini diabaikan, maka akan terancamlah
eksistensi agama. b.
Memelihara agama peringkat hajiyyat, yaitu melaksanakan ketentuan agama, bermaksud menghindari kesulitan, seperti
shalat jamak dan shalat qashar bagi orang yang sedang bepergian. jika tidak dilaksanakan maka tidak mengancam
18
Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 1997, Cet. 1, h.125.
19
Al-Syatibi, Al-Muwafaqat fi Ushul al-Ahkam, Darul ibn Affan, Abu Ubaidah Mashur ibn Hasan Al-Salamah, t.t Jilid I, hlm. 12.
20
Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 1997, Cet. 1, h.128-130
22
eksistensi agama, melainkan hanya akan mempersulit bagi orang yang melakukannya.
c. Memelihara agama peringkat tahsiniyyat, yaitu mengikuti
petunjuk agama guna menjunjung tinggi martabat manusia, sekaligus melengkapi pelaksanaan kewajiban terhadap
Tuhan, misalnya menutup aurat, baik di dalam maupun di luar shalat, membersihkan badan, pakaian, dan tempat.
21
2 Hifdz an-Nafs memelihara jiwa
Hak pertama dan utama yang diperhatikan islam adalah hak hidup, maka tidak diherankan bila jiwa manusia dalam syariat
Allah sangat
dimuliakan, harus
dipelihara, dijaga,
dipertahankan.
22
berdasarkan tingkat kepentingannya, dapat dibedakan menjadi tiga peringkat:
a. Memelihara jiwa dalam peringkat daruriyyat, seperti
memenuhi kebutuhan pokok berupa makanan untuk mempertahankan hidup. Kalau kebutuhan pokok ini
diabaikan, maka akan berakibat terancamnya eksistensi jiwa manusia.
b. Memelihara jiwa dalam peringkat hajiyyat, seperti
diperbolehkan berburu binatang untuk menikmati makanan yang lezat dan halal. Kalau kegiatan ini diabaikan, maka
21
Mahfuk Muis, “Maqashid Al-Syari’ah Peran dan Relevansinya Dalam Pengembangan Hukum Islam Kontemporer
” Ahkam XI, No.2 juli 2011: h.171.
22
Ahmad Husain Jauhar, Maqashid Syariah, Jakarta, Amzah, 2009, Cet.II, h. 23.
23
tidak akan mengancam eksistensi manusia, melainkan hanya mempersulit hidupnya.
c. Memelihara jiwa dalam peringkat tahsiniyyat, seperti
ditetapkannya tata cara makan dan minum. Kegiatan ini hanya berhubungan dengan kesopanan dan etika, sama
sekali tidak akan mengancam eksistensi jiwa manusia, atau pun mempersulit kehidupan seseorang.
23
3 Hifdz al-Aql memelihara akal
Akal mendapat penghargaan tinggi karena berkemampuan untuk mengetahui maslahah sebagai tujuan syariat, Allah
menciptakan menciptakan manusia dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Kemudian Allah memberinya ilmu dan petunjuk untuk
kemaslahatannya di dunia dan akhirat.
24
Memelihara akal, dilihat dari segi kepentingannya, dapat dibedakan menjadi tiga peringkat:
a. Memelihara akal dalam peringkat daruriyyat, seperti
diharamkan meminum minuman keras. Jika ketentuan ini tidak diindahkan, maka akan berakibat terancamnya
eksistensi akal. b.
Memelihara akal dalam peringkat hajiyyat, seperti dianjurkannya menuntut ilmu pengetahuan. Sekiranya hal itu
dilakukan, maka tidak akan merusak akal,tetapi akan
23
Mahfuk Muis, “Maqashid Al-Syari’ah..” Ahkam XI, h.172
24
Hamka Haq, Al-Syathibi : Aspek Teologis Konsep Maslahah Dalam Kitab Al- Muwafaqat,t.t Erlangga, 2007 Cet.I, h. 109.
24
mempersulit diri seseorang, dalam kaitannya dengan pengembangan ilmu pengetahuan.
c. Memelihara akal dalam peringkat tahsiniyyat, seperti
menghindarkan diri dari mengkhayal mendengarkan sesuatu yang tidak berfaedah. Hal ini erat kaitannya dengan etiket,
tidak akan mengancam eksistensi akal secara langsung.
25
4 Hifdz an-Nasl an-Nasb memelihara keturunan
Pernikahan dalam islam merupakan hal yang sangat penting karena sangat erat kaitannya dengan keberlangsungan kehidupan
manusia di atas bumi, sehingga Allah SWT dan Rasul-Nya Saw, menetapkannya dalam Al-
Qur’an dan Sunnah, berkaitan pernikahan.
26
Islam ingin menjaga eksistensi keturunan atau kehormatan dengan melarang zina, memerintahkan nikah dan melarang
menuduh zina tanpa bukti. Islam juga mengharuskan orang tua memenuhi hak-hak
anak, misalnya hak mendapat perawatan yang layak dan pilihan untuk menentukan fasilitas perawatan diserahkan kepada rasa
estetika dan kemampuan lokal.
27
25
Mahfuk Muis, “Maqashid Al-Syari’ah..” Ahkam XI, h.172.
26
Anita Masduki, “Pemikiran beda agama menurut persfektif femiis liberal” Islamia III, No.5 2010: h.99.
27
Yudian Wahyudi, Ushul Fiqh Vs hermeneutika : membaca islam dari kanada dan amerika, yogyakarta, nawesea, 2007 Cet.IV, h.51.
25
Memelihara keturunan,
ditinjau dari
segi tingkat
kebutuhannya, dapat dibedakan menjadi tiga peringkat: a.
Memelihara keturunan dalam peringkat daruriyyat, sepert disyariatkan nikah dan dilarang berzina. Kalau kegiatan ini
diabaikan, maka eksistensi keturunan akan terancam. b.
Memelihara keturunan dalam peringkat hajiyyat, seperti ditetapkannya ketentuan menyebutkan mahar bagi suami
pada waktu akad nikah dan diberikan hak talaq padanya. c.
Memelihara keturunan dalam peringkat tahsiniyyat, seperti disyari’atkan khitbah dan walimah dalam perkawinan.
28
5 Hifdz al-Mal memelihara harta benda
Harta merupakan salah satu kebutuhan inti dalam kehidupan dimana manusia tidak akan bisa terlepas darinya,
manusia termotivasi mencari harta untuk menjaga eksistensinya, namun semua motivasi dibatasi tiga syarat, yaitu harta di cari
dengan halal, digunakan untuk hal-hal yang halal, dan harta harus dikeluarkan hak Allah dan masyarakat tempat dia hidup.
29
Dilihat dari segi kepentingannya, memelihara harta dapat dibedakan menjadi tiga peringkat:
a. Memelihara harta dalam peringkat daruriyyat, seperti
syari’at tentang tata cara kepemilikan harta dan larangan
28
Mahfuk Muis, “Maqashid Al-Syari’ah..” Ahkam XI, h.172.
29
Ahmad Husain Jauhar, Maqashid Syariah, Cet.II, h. 167.
26
mengambil harta orang lain dengan cara yang tidak sah. Apabila aturan itu dilanggar, maka berakibat terancamnya
aksistensi harta. b.
Memelihara harta dalam peringkat hajiyyat, sepert syari’at
tentang jual beli dengan cara salam. Apabila cara ini tidak dipakai, maka tidak akan mengancam eksistensi harta,
melainkan akan mempersulit orang yang memerlukan modal.
c. Memelihara harta dalam peringkat tahsiniyyat, seperti
ketentuan tentang menghindarkan diri dari tindak penipuan dan pengecohan.
30
maqashid al-daruriyat dimaksudkan untuk memelihara lima unsur pokok dalam kehidupan manusia diatas. maqashid al-
hajiyyat dimaksudkan untuk menghilangkan kesulitan atau menjadikan pemeliharaan terhadap lima unsur pokok menjadi lebih
baik lagi, Sedangkan maqashid al-tahsiniyat dimaksudkan untuk penyempurnaan
lima unsur
pokok.
31
Pembagian-pembagian tersebut di atas, sebagaimana yang telah dijelaskan secara rinci,
menjadi titik tolak dalam memahami hukum-hukum yang disyari
’atkan oleh Allah SWT.
30
Mahfuk Muis, “Maqashid Al-Syari’ah..” Ahkam XI, h.172.
31
Asafri Jaya Bakri , Konsep Maqashid Syari’ah menurut al-Syatibi, h. 72.
27
maslahah bersifat universal, berlaku umum dan abadi bagi seluruh manusia dan dalam segala keadaan.
Maslahah yang diwujudkan manusia adalah untuk kebaikan manusia sendiri, bukan
untuk kepentingan Allah. Namun demikian, manusia tidak boleh menurutkan nafsunya, tetapi harus berdasarkan syariat Allah.
32
4. Syarat-syarat dalam memahami Maqashid Syari’ah Bagi al-