Kehidupan dan Pendidikan al-Syatibi

12 BAB II AL-SYATIBI DAN TEORINYA TENTANG MAQASHID SYARI’AH

A. Biografi al-Syatibi

1. Kehidupan dan Pendidikan al-Syatibi

Beliau adalah Ibrahim bin Musa, bin Muhammad al-Lakhmi al Ghamathi Abu Ishak, yang lebih dikenal dengan sebutan al-Syathibi, yang dijuluki dengan al Imam al Allaamah yang sangat dalam ilmu pengetahuannya, al Muhaqqiq yang memiliki kemampuan untuk meneliti sesuatu guna menemukan kesalahan dan kemudian memberi solusi, al Qudwah yang pantas diikuti, al Hafizh yang telah menghafal dan menjaga ribuan hadits, dan Mujtahid yang mampu mendayagunakan kemampuan untuk menghasilkan hukum. 1 al-Syatibi oleh banyak penulis sejarah diduga berada di Granada pada masa pemerintahan Ismail ibn Farraj yang berkuasa tahun 713 H, Muhammad ibn Ismail yang berkuasa tahun 725 H, Abu Hajjaj ibn Yusuf ibn Ismail berkuasa pada tahun 734 H dan Muhammad al- Ghani bi Allah ibn Abi Hujjaj Yusuf tahun 755 H. 2 1 Imam Asy-Syathibi, Al- I’tisham buku induk pembahasan bid’ah dan sunnah, Jakarta, Pustaka Azzam, 2006, Cet. I, h. 15 2 Asafri Jaya Bakri , Konsep Maqashid Syari’ah menurut al-Syatibi, jakarta, RajaGrafindo, 1996, Cet.I, h. 17 13 Di masa al-Syatibi, Granada menjadi pusat kegiatan ilmiah dengan berdirinya Universitas Granada, sehingga Granada pada masa itu hampir dapat disamakan dengan Cordova di masa filosof dan faqih ternama Ibn Rusyd w.594 H1198 M. Istana Hamra yang didirikan oleh Muhammad ibn Ahmar sebagai bukti kesamaannya dengan Cordova yang merupakan puncak kemegahan arsitektur Islam di Spanyol. 3 al-Syatibi Beliau menimba ilmu pengetahuan Arab dan sebagainya dari beberapa Imam besar, diantaranya: a. Ibnu al Fakhar al Albiri. al Imam yang sudah terkenal mendapat kelapangan dari Allah dalam keilmuannya. Kalau pun tidak mengambil guru lain yang memiliki spesialisasi lain, niscaya ia telah cukup. b. Abu al Qasim as-Sabthi. al Imam yang mulia, bapak ilmu lisan bahasa, yang juga menjadi pensyarah kitab Makshurah Hazim. c. asy-Syarif Abu Abdullah at Talmasani. al Imam al Muhaqqiq yang terpandai pada masanya. d. Abu Abdullah al Muqri. al Imam yang memiliki keluasan ilmu pada masanya menurut kesepakatan umum. 3 Sidik Tono, “Pemikiran dan Kajian Teori Hukum Islam Menurut al-Syatibi”. Al-Mawarid Edisi XIII. t.p 2005: h. 104. 14 e. Quthb Ad-Dairah —Syaikh al Jalah—. Seorang pemimpin yang dikenal dengan sebutan Abu Said bin Lub. Imam yang mulia, penjelajah ilmu, dan mahir dalam berdiploma. f. Ibnu Marzuq Al Jad. Ulama besar, AIMuhaqqiq, dan guru ilmu ushul. g. Abu Abdullah al Balansi. Ulama besar, ahli tafsir, dan pengarang. h. Abu Jafar Asy-Syaquri al Haj yang memiliki keluasan ilmu, penjelajah ilmu, mahir dalam berdiploma, dan orang-orang yang selalu bersamanya dapat mengambil banyak manfaat darinya. i. Abu al Abbas al Qabab. Penghafal hadits dan ahli dalam ilmu fikih. j. Abu Abdullah al Hafar. Seorang mufti dan seorang ahli hadits. Untuk ilmu yang akan ditimba, beliau selalu menyertai gurunya hingga hari wafatnya. 4 Disamping itu, al-Syatibi mendalami pula ilmu falak, mantiq, debat dan sastra. Pengetahuan sastra ia terima dari Abu Bakar al- Qarsyi al-Hasymi, salah seorang sastrawan Spanyol. Sebagai seorang ulama, al-Syatibi telah menjadi rujukan masyarakat dan pemerintah pada waktu itu dalam memecahkan permasalahan- permasalahan keagamaan atau permasalahan kenegaraan yang 4 Imam Asy-Syathibi, Al- I’tisham buku induk pembahasan bid’ah dan sunnah, h. XViii 15 memerlukan tilikan keagamaan, ketokohan al-Syatibi sebagai ilmuwan, disamping terlihat dari kegiatan belajar mengajar yang diemban dan keterlibatannya dalam memberi respon terhadap permasalahan keagamaan yang muncul sesuai dengan disiplin keilmuan yang didalaminya, juga terlihat dari warisan karya-karya ilmiah yg ditinggalkannya. al-Syatibi meninggal pada tahun 790 H. 5

2. Karya-Karya