Latar Belakang Masalah Konsep ibadah Abdul Qadir Al-Jailani dalam Kitab Sir Alasrar ditinjau dari Maqashid Syariah Al-Syatibi

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam sebagai agama yang menekankan ketundukan secara total pada Tuhan baik lahir maupun batin. Formalisasi sistem ketundukan total ini kemudian dikemas dengan seperangkat panduan praktek lahiriah yaitu syari ’ah. 1 Syari ’ah adalah cara formal untuk melaksanakan peribadatan kepada Allah, 2 yang dirujuk oleh al- Qur’an sebagai tujuan utama penciptaan manusia sebagaimana tertuang dalam al-Qu r’an surah az- zariyat ayat 56. Sya ri’ah adalah dimensi perundang-undangan dalam islam. Ia adalh ketentu an yang ditetapkan oleh Syari’Allah, melalui Rasul- Nya Muhammad SAW. Baik yang berupa perintah atau larangan 3 Dengan demikian tujuan Allah menciptakan jin dan manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya. Ibadah ini harus dilakukan dengan penuh ketaatan dan ketundukan kepada Allah swt. Sehingga apapun yang dilakukan manusia harus diniatkan untuk beribadah kepada Allah swt semata. 1 M. Sai Shohimun Faisol, Kontribusi Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah dalam Dakwah Islamiyah di Lombok, Jurnal Penelitian Keislaman, vol. 1 No.2, juni 2005, h. 4. 2 Mulyadhi Kartanegara, Menyelami Lubuk Tasawuf, Jakarta, Erlangga, 2006, Cet.I, h.27 3 Kharisudin Aqid, Al-Hikmah Memahami Teosofi Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah, Surabaya, Dunia Ilmu, 1998, Cet I, h. 61 2 Di sisi lain, dipahami bahwa ibadah adalah perbuatan manusia yang menunjukan ketaatan kepada aturan atau perintah dan pengakuan kerendahan dirinya di hadapan yang memberi perintah. Adapun yang memberi perintah untuk beribadah, adalah tiada lain kecuali Allah swt. sendiri, sebagaimana dijelaskan dalam Al- Qur’an Surat al- Baqarah 2 : 21. Dari ayat di atas, dapat dipahami bahwa sasaran ibadah hanyalah kepada Allah swt. Dengan kata lain, bahwa manusia beribadah adalah untuk mengabdikan dirinya keada Allah sebagai Tuhan yang telah menciptakan mereka. 4 Ibadah yang diklasifikasikan kepada wadah syariah mempunyai tujuan – tujuan yang dikenal dengan istilah maqashid syariah. Maqashid al- Syari’ah terdiri dari dua kata yaitu maqashid dan asy- syari’ah. Sebelum menjelaskan pengertian maqashid asy- syari’ah secara istilah terlebih dahulu dijelaskan pengertiannya secara bahasa lughawi. Secara bahasa, maqashid merupakan jama’ dari kata maqshid yang berarti kesulitan dari apa yang ditujukan atau dimaksud. Secara akar bahasa, maqashid berasal dari kata qashada, yaqshidu, qashdan, qashidun, yang berarti keinginan yang kuat, 4 Suaidah, Idah, “Ibadah Dalam Al-Qur’an, Vol 1. No. 1Oktober 2012: h. 169-170. 3 berpegang teguh, dan sengaja. Namun, dapat juga diartikan dengan menyengaja atau bermaksud kepada qashada ilaihi. Sedangkan kata asy- syari’ah berasal dari kata syara’a as- syai yang berarti menjelaskan sesuatu, atau diambil dari asy- syar’ah dan asy-syari’ah dengan arti tempat sumber air yang tidak pernah terputus dan orang datang ke sana tidak memerlukan alat. Terkadang bisa juga diartikan sumber air, di mana orang ramai mengambil air. Selain itu asy- syari’ah berasal dari akar kata syara’a, yasri’u, syar’an yang berarti memulai pelaksanaan suatu pekerjaan, dengan demikian asy- syari’ah mempunyai pengertian pekerjaan yang baru mulai dilaksanakan. Syara’a juga berarti menjelaskan, menerangkan dan menunjukkan jalan. Syar’a lahum syar’an berarti mereka telah menunjukkan jalan kepada meraka atau bermakna sanna yang berarti menunjukkan jalan atau peraturan. Jadi, secara bahasa syari’ah menunjukkan kepada tiga pengertian, yaitu sumber tempat air minum, jalan yang lurus dan terang dan juga awal dari pada pelaksanaan suatu pekerjaan. 5 Jika Syari ’ah adalah jalan maka pasti ada tujuan mengapa harus melalui jalan ini dan maqashid syari’ah adalah tujuan hukum islam yang harus dicapai. Tujuan tersebut dapat ditelusuri dalam ayat-ayat 5 Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, Surabaya: Penerbit Pustaka Progressif, 1997., cet. 14, hal. 712. 4 al- Qur’an dan hadits – hadist Nabi sebagai sumber hukum utama sehingga dapat dirumuskan hukum – hukum fiqh yang berorientasi pada kemaslahatan. 6 Syari ’ah adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah bagi hamba- Nya tentang urusan agama, atau hukum yang ditetapkan dan diperintahkan oleh Allah baik berupa ibadah shaum, shalat, haji, zakat, dan seluruh amal kebaikan atau muamalah yang menggerakkan kehidupan manusia jual, beli, nikah, dan lain-lain. Sebagaimana firman Allah SWT QS. al- Jatsiyah :18. Dengan mengetahui pengertian maqashid dan asy- syari’ah secara bahasa, maka dapat membantu kita menjelaskan pengertian yang terkandung dalam istilah, yaitu tujuan-tujuan dan rahasia-rahasia yang diletakkan Allah dan terkandung dalam setiap hukum untuk keperluan pemenuhan manfaat umat. Atau tujuan dari Allah menurunkan syari’at, dimana menurut al-Syatibi tujuan dari pada maqashid syari’ah adalah untuk mewujudkan kemashlahatan manusia di dunia dan akhirat. 7 Teori maqashid syari’ah sering diatribusikan kepada Umar Bin Khattab. Al-Ghazali, melalui bimbingan al-Juwaini, mengembangkan teori ini. Ditangan al-Syatibi, teori ini menjadi terkenal di seluruh 6 Ramin Abd. Wahid, Maqashid al-Syariah dan Penerapan Hak Asasi Manusia dalam Masyarakat Islam, Volume 15 Nomor 1, Juni 2012, h.126 7 Rahmat Sadchalis, Maqashid asy- Syari’ah, http:sadchalis15.wordpress.com20130909maqashid-asy-syariah, diakses 15022014 5 dunia islam. Di zaman modern, Muhammad Abduh dan Rasyid Rida di Mesir, juga al-Maududi di India kemudian Pakistan, mendorong mengulas konsep maqashid secara agak mendalam. 8 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan maqashid al Syari’ah adalah tujuan Allah sebagai Syari’ Pembuat Hukum dalam menetapkan hukum terhadap hambaNya. Adapun inti dari maqashid al Syari’ah adalah untuk mewujudkan kebaikan sekaligus menghindarkan keburukan, atau menarik manfaat dan menolak mudharat, atau dengan kata lain adalah untuk mencapai kemaslahatan, karena tujuan penetapan hukum dalam Islam adalah untuk menciptakan kemaslahatan dalam rangka memelihara tujuan- tujuan syara’ 9 . Terkait ibadah, Abdul Qadir Al-Jailani yang juga di juluki “Sulthanul-Auliya” ini mengupas tentang aspek lahir dan batin dari ibadah seperti shalat, puasa, ibadah haji, zakat dan lain sebagainya. Syekh Abdul Qadir Al-Jailani telah menggambarkan secara lengkap tentang tasawuf yang memadukan antara ilmu Syari’ah yang didasarkan pada Al- Qur’an dan Sunnah melalui penerapan praktis 8 Yudian Wahyudi, Maqashid Syari’ah dalam Pergumulan Politik, yogyakarta,nawesea,2007, cet. II, h.28 9 Doni Darmawan, Pendekatan Maqashid al- Syari’ah Dalam Memeriksa dan Memutuskan Perkara, http:www.pa-sijunjung.go.id-indexindex-artikel395- pendekatan-maqashid-al-syariah-dalam-memeriksa-dan-memutuskan-perkara-oleh- doni-dermawan-sag-mhi--1312.html. diakses 15022014 6 dengan keharusan untuk menghayati hakikat serta tujuan dari diterapkannya syariat. 10 Mengingat ketertarikan penulis mengenai uraian di atas, dan melihat belum adanya yang membahas tetang konsep ibadah Abdul Qadir Al- Jailani dalam tinjauan Maqashid Syari’ah maka penulis mencoba untuk mengangkat sebuah judul skripsi tentang “ KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL-JAILANI DALAM TINJAUAN MAQASHID SYARIAH AL-SYATIBI ”.

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah