Tindak Pidana yang Menyertai Tindak Pidana Perompakan di Selat Malaka

Eka Krisnawati : Tindak Pidana Perompakan Di Wilayah Perairan Selat Malaka, 2007. USU Repository © 2009

C. Tindak Pidana yang Menyertai Tindak Pidana Perompakan di Selat Malaka

Sebelum kita mulai membahas tindak pidana lain yang menyertai terjadinya tindak pidana perompakan, ada baiknya kita melihat kepada pasal utama yang disertai tindak pidana lain tersebut, yaitu Pasal 439 KUHP. Pasal 439 KUHP itu berbunyi sebagai berikut : “1 Karena membajak di pantai dihukum penjara selama-lamanya lima belas tahun, barang siapa dengan memakai sebuah kapal perahu melakukan perbuatan kekerasan terhadap kapal perahu itu yang ada dalam daerah laut Negara Indonesia. 2 Yang dikatakan “Daerah Laut Negara Indonesia” ialah daerah laut sebagai Pasal 1 dari “Territoriale zee en maritieme kringen ordonnantie”LN. 1939 No. 442.” Dari ayat 1 pasal ini dapat kita ambil unsur-unsurnya, yaitu antara lain : 1. Membajak di pantai. Yang dimaksud dengan “pantai” disini adalah pembajakan perompakan yang dilakukan di dalam laut teritorial yang luasnya yaitu sejauh 12 mil dari garis pantai pada saat air laut surut, sebagaimana yang telah diterangkan sebelumnya dalam sub-bab sebelumnya. Pembajakan yang terjadi di luar laut teritorial laut bebas akan dikenai Pasal 438 KUHP, sedangkan pembajakan di sungai dikenai Pasal 441 KUHP. 2. Dengan memakai sebuah kapal perahu. Eka Krisnawati : Tindak Pidana Perompakan Di Wilayah Perairan Selat Malaka, 2007. USU Repository © 2009 Kapal atau perahu disini dipergunakan pihak perompak sebagai sarana untuk melakukan perompakan. Tidak jarang perompak, menyandera sebuah kapal untuk melakukan perompakan di kapal lain dan kemudian meninggalkan kapal tersebut dengan membawa pergi kapal yang dirompaknya. Jadi, tidak menjadi suatu keharusan perompak menggunakan kapal pribadinya untuk melakukan perompakan. 3. Melakukan perbuatan kekerasan terhadap kapal perahu Perbuatan kekerasan disini dimaksudkan pada kapal atau perahu yang dibajak dirompak untuk menimbulkan kerugian pada pihak lawan, bukan kepada orang-orang yang ada di dalam kapal yang dibajakdirompak tersebut. Sedangkan ayat 2 dari pasal ini memuat batas berlakunya pasal ini terhadap kapal yang melakukan perompakan, yaitu selebar 12 mil dihitung dari garis pantai ketika air laut surut dari pulau terluar Negara Indonesia, termasuk disini Selat Malaka khususnya bagian perairan Belawan yang kejadian perompakannya penulis bahas di dalam karya tulis ini. Pada kenyataannya, perompakan yang sekarang ini terjadi tidak hanya melanggar Pasal 439 KUHP saja, melainkan juga melanggar beberapa ketentuan lain dalam KUHP. Adapun tindak pidana yang menyertai perompakan ini antara lain : 1. Mengenai hal ini, KUHP mengaturnya dalam Pasal 198 KUHP, yang isinya antara lain : Penenggelaman Kapal Perahu Eka Krisnawati : Tindak Pidana Perompakan Di Wilayah Perairan Selat Malaka, 2007. USU Repository © 2009 “Barangsiapa dengan sengaja dan dengan melawan hak menenggelamkan mengaramkan atau mendamparkan, membinasakan, membuat sehingga tidak dapat dipergunakan lagi atau merusakkan sesuatu kapal perahu dihukum : 1e. penjara selama-lamanya lima belas tahun kalau hal itu dapat mendatangkan bahaya maut kepada orang lain; 2e. penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun, kalau perbuatan itu dapat mendatangkan bahaya maut kepada orang lain dan ada orang mati lantaran itu.” Berbeda dengan Pasal 199 KUHP, pasal ini dilakukan dengan sengaja delik dollus, dan bukan karena kesalahannya delik culpa. Penenggelaman kapal ini dilakukan oleh perompak apabila pemilik kapal tidak memberikan sejumlah uang tebusan yang diminta perompak atas kapal tersebut, atau apabila si pemilik kapal tidak memberikan nominal uang setoran yang diminta oleh perompak. 2. Dalam melakukan kejahatannya, perompak juga tidak jarang melakukan penculikan terhadap kapal danatau nahkoda kapal danatau Kepala Kamar Mesin KKM. Penculikan dan Penahanan Penculikan sendiri diatur dalam Pasal 328 KUHP yang isinya sebagai berikut : “Barangsiapa melarikan orang dari tempat kediamannya atau tempat tinggalnya sementara, denganmaksud melawan hak akan membawa orang itu di bawah kekuasaan sendiri atau dibawah kekuasaan orang lain atau akan Eka Krisnawati : Tindak Pidana Perompakan Di Wilayah Perairan Selat Malaka, 2007. USU Repository © 2009 menjadikan ia jatuh terlantar, dihukum karena melarikan menculik orang, dengan hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun.” Untuk dapat dihukum dengan pasal ini, harus dibuktikan bahwa pelaku memiliki maksud akan membawa orang itu pada saat itu dengan melawan hak di bawah kekuasaan sendiri atau orang lain. Perbuatan ini melawan hukum karena menyerang hak kemerdekaan orang sebagaimana tercantum dalam Pasal 12 UUDS Republik Indonesia. Perompak terkadang melakukan penculikan terhadap anggota kapal dengan tujuan untuk mempermudah aksinya dengan menahan sandera agar aparat tidak melakukan pengejaran. Tidak jarang korban kemudian ditinggalkan begitu saja di kapal berikutnya yang dirompak oleh pelaku. Sedangkan tindak penahanan yang dilakukan perompak tercantum secara jelas dalam Pasal 333 KUHP yang isinya adalah sebagai berikut : “1 Barangsiapa dengan sengaja menahan merampas kemerdekaan orang atau meneruskan tahanan itu dengan melawan hak, dihukum penjara selama- lamanya delapan tahun. 2 Jika perbuatan itu menyebabkan luka berat sitersalah dihukum penjara selama-lamanya sembilan tahun. 3 Jika perbuatan itu menyebabkan kematian orangnya, ia dihukum penjara selama-lamanya dua belas tahun. 4 Hukuman yang dikenakan pada pasal ini dikenakan juga kepada orang yang sengaja memberi tempat untuk menahan merampas kemerdekaan orang dengan melawan hak.” Eka Krisnawati : Tindak Pidana Perompakan Di Wilayah Perairan Selat Malaka, 2007. USU Repository © 2009 Istilah penahanan disini adalah perbuatan mengurung atau menutup korban di dalam kamar, rumah, dengan mengikat, ataupun disuruh tinggal dalam suatu ruangan yang luas tetapi dijaga dan dibatasi kebebasannya. Penahanan ini ditujukan untuk memperoleh uang tebusan dari pengusaha kapal tersebut, yang mana hal ini disebut juga sebagai tindak pidana pemerasan yang akan penulis bahas di paragraf berikutnya. 3. Pengancaman sebagaimana dimaksud diatur dalam Pasal 336 ayat 1 KUHP yang isinya sebagai berikut : Pengancaman “1 Dihukum selama-lamanya dua tahun delapan bulan, barangsiapa yang mengancam : Dengan kekerasan di muka umum dengan memakai kekuatan bersama-sama, kepada orang atau barang; Dengan sesuatu kejahatan yang mendatangkan bahaya bagi keamanan umum dari orangatau barang; Dengan memaksa atau dengan perbuatan yang melanggar kesopanan; Dengan sesuatu kejahatan terhadap jiwa orang; Dengan penganiayaan berat atau dengan pembakaran.” Yang dihukum menurut pasal ini adalah mengancam dengan : a. kekerasan di muka umum dengan memakai kekuatan bersama kepada orang atau barang; Eka Krisnawati : Tindak Pidana Perompakan Di Wilayah Perairan Selat Malaka, 2007. USU Repository © 2009 Disini perompak melakukan pengancaman secara beramai-ramai umumnya dengan menggunakan senjata tajam atau senjata api agar awak kapal mau menuruti permintaannya. b. suatu kejahatan yang mendatangkan bahaya bagi keamanan umum dari orang atau barang; Ancaman ini dapat membahayakan awak kapal yang ketakutan sehingaa mereka mungkin saja melakukan hal-hal di luar kesadaran yang membahayakan jiwa mereka, sebagaimana yang terurau dalam kasus yang penulis analisa dalam bab berikutnya. c. memaksa atau perbuatan melanggar kesopanan; Dalam kasus perompakan ancaman jenis ini jarang ditemui. d. suatu kejahatan terhadap jiwa orang; Ancaman yang digunakan pelaku biasanya berupa ancaman pembunuhan apabila awak kapal tidak mematuhi perintah para perompak, yang man hal ini merupakan suatu kejahatan terhadap jiwa orang. e. penganiayaan berat dan pembakaran. Ancaman pembakaran terhadap kapal yang dirompak adalah salah satu cara yang dilakukan perompak agar pemilik kapal mau memberikan sejumlah uang sebagai tebusan. 4. Tindak pembunuhan sebagaimana dimaksud tercantum secara jelas di dalam Pasal 339 KUHP, yang isinya sebagai berikut : Pembunuhan Eka Krisnawati : Tindak Pidana Perompakan Di Wilayah Perairan Selat Malaka, 2007. USU Repository © 2009 “Makar mati diikuti, disertai atau didahului dengan perbuatan yang dapat dihukum dan yang dilakukan dengan maksud untuk menyiapkan atau mempermudah perbuatan itu atau jika tertangkap tangan akan melindungi dirinya atau kawan-kawannya dar pada hukuman atau akan mempertahankan barang yang didapatnya dengan melawan hak, dihukum penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun.” Pembunuhan yang dilakukan oleh para perompak ini umumnya dikarenakan pihak lawan tidak mau memberikan sejumlah uang yang diminta oleh perompak, sehingga pembunuhan ini dilakukan untuk mempermudah pemerasan yang dilakukannya karena hal ini memberikan rasa takut bagi pemilik kapal untuk tidak menolak permintaan perompak lain waktu. 5. Selain melakukan perompakan, tidak jarang dalam melakukan aksinya pelaku juga menganiaya korban yang umumnya adalah Anak Buah Kapal ABK. Di dalam bab berikutnya, penulis akan menganalisis kasus perompakan yang dilakukan dengan kekerasan terhadap kapalperahu sehingga pelaku dikenai Pasal 439 tentang pembajakan di pantai. Yang dimaksud dengan pantai disini adalah wilayah laut teritorial Indonesia. Penganiayaan ini pada akhirnya menjadi hal yang memberatkan pelaku dalam tuntutannya. Penganiayaan Di dalam KUHP, penganiayaan sendiri diatur dalam Pasal 351 KUHP, yang isinya antara lain : “1 Penganiayaan dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya dua tahun delapan bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 4.500,- Eka Krisnawati : Tindak Pidana Perompakan Di Wilayah Perairan Selat Malaka, 2007. USU Repository © 2009 2 Jika perbuatan itu menjadikan luka berat, sitersalah dihukum penjara selama-lamuanya lima tahun. 3 Jika perbuatan itu menjadikan mati orangnya, dia dihukum penjara selama-lamanya tujuh tahun. 4 Dengan penganiayaan disamakan merusak kesehatan orang dengan sengaja. 5 Percobaan melakukan kejahatan ini tidak dapat dihukum.” Yang dimaksud dengan penganiayaan sendiri di dalam KUHP diartikan sebagai sengaja menyebabkan perasaan tidak enak penderitaan, rasa sakit pijn, atau luka. Penganiayaan ini harus dilakukan dengan sengaja dan tidak melewati hal yang patut atas batas yang diizinkan misalnya rasa sakit yang disebabkan karena dicabut giginya oleh dokter gigi. Menurut Jonkers, sudah memadai jika pembuat dengan sengaja melakukan perbuatan atau pengabaian nalaten mengenai apa yang oleh undang-undang dapat ditentukan sebagai pidana. 11 11 Andi Hamzah, “Azas-azas Hukum Pidana”, Jakarta : Rineka Cipta, 1994, hal. 106 Penganiayaan yang dilakukan oleh perompak dalam hal ini bertujuan untuk memberikan rasa takut kepada para ABK untuk tidak menghalangi perbuatan perompak, dengan kata lain hal ini mereka lakukan untuk mempermudah niat mereka merompak kapal dimaksud. Eka Krisnawati : Tindak Pidana Perompakan Di Wilayah Perairan Selat Malaka, 2007. USU Repository © 2009 6. Pasal pencurian ini sebagaimana kita ketahui telah diatur dalam Pasal 362 KUHP yang isinya sebagai berikut : Pencurian “Barangsiapa mengambil sesuatu barang, yang sama sekali atau sebagian termasuk kepunyaan orang lain, dengan maksud akan memiliki barang itu dengan melawan hak, dihukum karena pencurian dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun penjara atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 900,-“ Elemen-elemen dari pasal ini aagaknya perlu kita bahas, antara lain ; a. perbuatan mengambil; Yang dimaksud perbuatan mengambil disini menurut undang-undang adalah mengambil untuk dikuasainya. Perompak mengambil barang-barang berharga di atas kapal tersebut tanpa izin pemiliknya dengan tujuan untuk menguasainya dan membawa barang- barang tersebut bersama perompak, maka dapat dilihat deisini bahwa tindakan perompak memenuhi unsur ini. b. yang diambil itu harus sesuatu barang; Barang berharga yang diambil oleh perompak umumnya berupa radar kapal, telepon satelit, uang yang ada di kapalmilik ABK, bahkan dokumen-dokumen kapal. Diambilnya dokumen kapal ini bertujuan agar pemilik kapal tersebut mau memberikan uang tebusan, karena tanpa dokumen tersebut kapal tidak akan bisa berlayar. Eka Krisnawati : Tindak Pidana Perompakan Di Wilayah Perairan Selat Malaka, 2007. USU Repository © 2009 c. barang itu harus seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain; Agaknya elemen yang satu ini tidak perlu banyak dibahas karena barang yang diambil oleh perompak nyata-nyata bukan milikhak perompak. d. pengambilan itu harus dilakukan dengan maksud untuk memiliki barang itu dengan melawan hukum. Barang yang diambil untuk dikuasai oleh perompak ini biasanya dijua, dipakai sendiri, ataupun sebagai barang tebusan seperti halnya dokumen kapal tersebut. 7, Pemerasan yang dilakukan oleh pihak perompak dalam hal ini adalah merupakan kelanjutan dari tindak penahanan secara melawan hak yang mereka lakukan. Pemerasan Di dalam KUHP, perbuatan ini diatur dalam Pasal 368 KUHP yang berbunyi sebagai berikut : “1 Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hak, memaksa orang dengan kekerasanatau ancaman kekerasan, supaya orang itu memberikan barang, yang sama sekali atau sebagiannya termasuk kepunyaan orangitu sendiri atau kepunyaan orang lain atau supaya orang itu membuat utang atau menghapuskan piutang, dihukum karena memeras, dengan hukuman penjara selama-lamanya sembilan tahun. 2 ketentuan dalam ayat kedua, ketiga dan keempatdari Pasal 365 berlaku bagi kejahatan itu.” Eka Krisnawati : Tindak Pidana Perompakan Di Wilayah Perairan Selat Malaka, 2007. USU Repository © 2009 Unsur-unsur dari Pasal 368 KUHP ini adalah : b. memaksa orang lain; Dalam hal ini perompak memaksa pengusaha atau pemilik kapal agar mau menuruti permintaan mereka dengan menggunakan anggota kapal yang mereka culik sebagai sandera. c. untuk memberikan barang yang sama sekali atau sebagian termasuk kepunyaan orang itu sendiri atau kepunyaan orang lain, atau membuat utang atau menghapuskan piutang; Kebanyakan perompak meminta pemilik untuk memberikan sejumlah uang untuk ditukarkan dengan anggota anggota kapal yang mereka tahan. Tidak jarang diantara perompak dan pemilik kapal melakukan tawar menawar dalam hal penentuan jumlah uang tebusan sampai ada kesepakatan mengenai angka yang disetujui keduanya. Perompak biasanya menghubungi pemilik melalui nomor telepon berkali-kali demi kesepakatan harga ini berikut ancaman yang selalu mereka katakan di akhir pembicaraan jika si pemilik kapal tidak menuruti permintaan perompak. d. dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hak; Tujuan dari perompak melakukan penahanan ini adalah tentu saja untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar selain keuntungan yang mereka peroleh dari hasil merompak. e. memaksanya dengan memakai kekerasan atau ancaman kekerasan. Eka Krisnawati : Tindak Pidana Perompakan Di Wilayah Perairan Selat Malaka, 2007. USU Repository © 2009 Objek yang dikenai kekerasan atau ancaman kekerasan disini bukanlah pemilik kapal yang diperas, melainkan anggota kapal yang ditahan oleh perompak. Selain pemerasan yang dilakukan dengan tindak penahanan yang dilakukan oleh perompak, ancaman pemerasan itu juga dapat berupa setoran berupa uang ataupun pulsa telepon seluler yang telah ditentukan jumlahnya oleh pelaku yang harus dibayar kepada si perompak tiap bulannya demi keselamatan kapal yang berlayar di perairannya. Ancaman bagi pihak yang tidak memenuhi setoran bulanan ini adalah ditahannya kapal yang sedang berlayar. Berdasarkan data yang diperoleh dari Polairud Belawan, berikut adalah perompakan yang terjadi dari tahun 2005 sampai tahun 2006 di sekitar wilayah perairan Selat Malaka. Tabel 2 No. Perompakan yang terjadi pada tahun 2005 Bulan Jumlah Keterangan 1 Januari - - 2 Februari 5 1. sebanyak satu kali perompakan dilakukan oleh OTK bersenjata tajam, kerugian berupa terlukanya pemilik kapal dan kerugian materiil berupa sejumlah uang yang diambil oleh pelaku. 2. sebanyak 4 kali perompakan terjadi yang dilakukan oleh OTK Eka Krisnawati : Tindak Pidana Perompakan Di Wilayah Perairan Selat Malaka, 2007. USU Repository © 2009 bersenjata api, kerugian berupa diambilnya sejumlah uang. 2 kapal diantaranya hanya digunakan perompak hanya sebagai sarana. 3 Maret - - 4 April - - 5 Mei - - 6 Juni - - 7 Juli - - 8 Agustus 2 1. pelaku menyandera 2 korban, sandera melarikan diri setelah ditinggalkan pelaku di hutan tak dikenal di daerah Tamiang. 2. pelaku menembak 1 orang korban hingga tewas dan membuang mayatnya di Selat Malaka. 9 September - - 10 Oktober 3 1. pelaku menyandera 5 ABK, sandera bebas setelah terjadi kontak senjata antara pelaku dengan Patkamla. 2. pelaku menyandera 2 ABK, sandera bebas setelah ditebus. 3. pelaku menyandera 3 ABK, sandera bebas bersama sandera sebelumnya. 11 November - - 12 Desember 1 Pelaku menyandera 2 ABK, sandera dibebaskan oleh aparat. Sumber : Polair Belawan Eka Krisnawati : Tindak Pidana Perompakan Di Wilayah Perairan Selat Malaka, 2007. USU Repository © 2009 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa para perompak tidak segan-segan melakukan usaha pembunuhan terhadap para sandera. Hal ini tentu saja menjadi hal yang sangat meresahkan bagi para awak kapal dan pemilik kapal sendiri serta bagi keluarga awak kapal yang berlayar di sekitar perairan tersebut. Menurut hasil wawancara yang penulis lakukan dengan seorang aparat TNI AL berpangkat Sersan Mayor yang enggan disebutkan namanya, pelaku umumnya adalah warga Aceh bagian Timur dan Utara, namun pada perompakan yang terjadi pada Bulan Februari, satu pelaku bukan warga Aceh. Pelaku pada kelima perompakan tersebut berhasil lolos dari kejaran aparat. 12 Sedangkan pada tahun 2006, daftar perompakan sebagai berikut: Tabel 3 No. Perompakan yang terjadi pada tahun 2006 Bulan Jumlah Keterangan 1 Januari 1 1. pelaku menyandera 5 orang yang kemudian dibebaskan setelah ada tebusan. 2 Februari - - 3 Maret - - 4 April - - 5 Mei - - 6 Juni 1 1. pelaku menyandera nahkoda yang kemudian dibebaskan setelah ditebus. 7 Juli 1 1. pelaku menyandera ABK, 2 pelaku ditangkap saat mengambil tebusan. 12 Serma “X”, tanggal 7 Agustus 2007 Eka Krisnawati : Tindak Pidana Perompakan Di Wilayah Perairan Selat Malaka, 2007. USU Repository © 2009 8 Agustus - - 9 September - - 10 Oktober 6 1. pelaku menyandera 2 orang, sandera bebas setelah ditebus. 2. pelaku menyandera 1 orang, sandera bebas setelah ditebus. 3. pelaku menyandera 2 orang, sandera bebas setelah ditebus. 4. pelaku menyandera 2 orang, sandera bebas setelah ditebus. 5. pelaku menyandera 3 orang, 2 sandera dibebaskan oleh aparat, 1 sandera bebas karena sakit selama penyanderaan. 6. pelaku menyandera 4 orang, sandera bebas tanpa tebusan, tapi kapal disita pelaku. 11 November 6 1. pelaku menyandera 2 orang, sandera bebas tanpa tebusan, namun kapal disita pelaku. 2. pelaku menyandera 2 orang, sandera bebas setelah ditebus. 3. pelaku menyandera 7 orang, sandera bebas tanpa tebusan,namun barang kapal disita pelaku. 4. pelaku menyandera 2 orang, sandera bebastanpa tebusan, namun diancam kapal mereka akan ditenggelamkan jika Eka Krisnawati : Tindak Pidana Perompakan Di Wilayah Perairan Selat Malaka, 2007. USU Repository © 2009 bertemu. 5. pelaku menyandera 2 orang, sandera bebas setelah ditebus. 6. pelaku menyandera 4 orang, sandera bebas setelah ditebus. 12 Desember - - Sumber : Polair Belawan Dari informasi yang penulis peroleh, peningkatan kejadian perompakan umumnya terjadi mendekati bulan puasa, maka biasanya aparat menyarankan kepada para pemilik dan awak kapal untuk meningkatkan kewaspadaan pada bulan-bilan tersebut. Pada tabel di atas, dapat kita lihat bahwa motif perompakan pada tahun 2006 ini kebanyakan bertujuan untuk meminta tebusan atas sandera yang pelaku tahan pada saat melakukan perompakan. Jumlah uang tebusan yang diberikan kepada perompakpun bervariasi, tergantung dari kesepakatan pihak perompak dan pemilik kapal yang bisanya diantara keduanya terjadi proses tawar menawar. Eka Krisnawati : Tindak Pidana Perompakan Di Wilayah Perairan Selat Malaka, 2007. USU Repository © 2009

BAB III FAKTOR PENYEBAB

TERJADINYA TINDAK PIDANA PEROMPAKAN

A. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Perompakan

Sebelum kita membicarakan faktor penyebab terjadinya tindak pidana perompakan, sekilas penulis akan membahas penyebab terjadinya kejahatan secara umum. Mengenai hal ini, di dalam kriminologi disebutkan bahwa aetologisebab- sebab kejahatan itu dapat dilihat dari faktor : 1. bakat si penjahat. a.psykiskejiwaan Kretschmer, seorang ahli jiwa, menyempurnakan pembagian Karel Jasper yang membagi penyakit jiwa atas : - epilepsi, yaitu suatu gejala kejang yang diderita oleh penderita sat mengalami rasa emosi yang berlebihan. - Psycopat, yaitu penyakit kelainan jiwa yang menyebabkan seseorang tidak dapat membedakan baik dan buruk. - Schizophraenia, yaitu penyakit kejiwaan yang menyebabkan seseorang tidak dapat membedakan antara realita dan khayalan. - Psychose manisch depresif, yaitu penyakit kejiwaan dimana seseorang menderita tekanan jiwa sehingga tidak mampu menahan rasa marah. 13 b.jenis kelamin Kejahatan kebanyakan dilakukan oleh laki-laki. Hal ini dapat dilihat dari persentase perbandingan tindak pidana yang dilakukan oleh laki-laki dan 13 H.M. Ridwan Ediwarman, “Azas-azas Kriminologi”, Medan, USU Press, 1994, hal. 4