Eka Krisnawati : Tindak Pidana Perompakan Di Wilayah Perairan Selat Malaka, 2007. USU Repository © 2009
4. bakat + sekitarmilieu + spirituil si penjahat, dapat pula merupakan suatu
kebetulan saja. Menurut Enrico Ferri, faktor yang menimbulkan kejahatan terdiri dari 3
kelompok, yaitu : a.
Individuantropologi : umur, kelamin, domisili, status, keahlian. b.
Fisikalnatural : ras, iklim, suburya tanah, panjangnya siang. c.
Sosial : kerepotan, penduduk, imigrasi, pendapat umum.
Setelah melihat penyebab terjadinya tindak pidana secara umum, mari kita lihat faktor penyebab terjadinya tindak pidana perompakan itu sendiri.
Dari hasil wawancara yang telah penulis lakukan dengan seorang aparat TNI AL yang menangani secara langsung tindak pidana perompakan di wilayah
perairan Selat Malaka, khususnya di sekitar periran Belawan, penulis menyimpulkan bahwa tindak pidana perompakan itu terjadi karena :
1. Keadaan Ekonomi
Sebagaimana telah dikemukakan oleh Aristoteles bahwa kemiskinan dapat menimbulkan kejahatanpemberontakan. Demikian pula dengan kejahatan
perompakan, alasan pokok yang dikemukakan oleh pelaku adalah karena faktor ekonomi.
Pelaku pada umumnya mengaku bahwa mereka melakukan perompakan ini karena tidak memiliki pekerjaan atau karena kehilangan pekerjaan. Akibatnya
banyak orang kehilangan sumber penghasilannya sedangkan keluarga mereka memerlukan berbagai kebutuhan hidup. Oleh sebab itu melakukan tindak kriminal
Eka Krisnawati : Tindak Pidana Perompakan Di Wilayah Perairan Selat Malaka, 2007. USU Repository © 2009
menjadi alternatif mereka untuk kelangsungan hidup mereka dan keluarga, termasuk tindak perompakan.
Sumber menyatakan bahwa pelaku umumnya berasal dari daerah Aceh bagian Utara dan Timur. Sebagaimana kita ketahui bahwa daerah Aceh pada akhir
tahun 2004 mengalami bencana tsunami yang menewaskan ratusan warga Aceh dan menghancurkan hampir seluruh bangunan di Aceh. Akibatnya sebagian besar
warga Aceh kehilangan tempat tinggal dan pekerjaannya. Jalan pintas menjadi sebuah solusi yang terpikir bagi mereka. Mereka
melakukan segala cara untuk bertahan hidup, termasuk merompak demi memperoleh biaya penghidupan.
Agaknya masalah ekonomi menjadi alasan klasik bagi pelaku perompkan, tapi aparat sendiri masih menyangsikan alasan yang dikemukakan pelaku ini.
2. Alasan Politis
Gutherland mengemukakan keadaan politik ekonomi berpengaruh dalam hal terjadinya tindak pidana, perubahan politik besar sekali pengaruhnya. Dengan
adanya perubahan norma, dengan sendirinya berubah pula pandangan orang itu di masyarakat, akhirnya orang itu tidak mampu lagi mengetahui yang mana
perbuatan yang baik dan yang mana buruk.
15
15
Ibid, hal. 25
Pendapat Gutherland ini dirasa cocok dengan tindak pidana yang terjadi belakangan ini di wilayah Selat Malaka, terutama di sekitar perairan Belawan.
Menurut sumber, pelaku perompakan kebanyakkan adalah para mantan anggota Gerakan Aceh Merdeka GAM yang sebagaimana kita ketahui pernah
melakukan pemberontakan di bumi Indonesia ini beberapa waktu yang lalu.
Eka Krisnawati : Tindak Pidana Perompakan Di Wilayah Perairan Selat Malaka, 2007. USU Repository © 2009
Berdasarkan informasi yang diperoleh sumber, perompakan ini dilakukan untuk menggalang dana bagi mantan kelompok GAM ini.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Kepala Dinas Penerangan TNI AL Kadispenal Laksamana Pertama Abdul Malik Yusuf, bahwa perompakan yang
dilakukan oleh GAM lebih disebabkan karena keinginan untuk mengumpulkan dana dengan cara menjarah dan merompak kapal.
Namun tudingan ini dibantah oleh juru bicara militer GAM, Sofyan Daud, yang menyatakan bahwa GAM tidak pernah melakukan perompakan di timur dan
wilayah pesisir Pulau Sumatera dan pernyataan Laksma Abdul Malik Yusuf ini hanyalah suatu upaya untuk melepaskan tanggung jawab pihak TNI AL dengan
menjadikan pihak GAM sebagai kambing hitam. Namun demikian, kenyataan yang terjadi belakangan ini adalah bahwa
sebagaimana yang telah kita ketahui sebuah partai lokal baru dideklarasikan di suatu sudut kota di Banda Aceh. Partai ini menamakan dirinya sendiri sebagai
Partai GAM yang dipimpin oleh Muzakir Manaf yang pernah kita kenal sebagai mantan panglima sayap militer GAM pada masa pemberontakan, sedangkan
sebagian besar anggota dari partai ini adalah mantan anggota dan simpatisan GAM.
Ketua umum dari partai lokal ini adalah Malek Mahmud yang hingga saat ini masih berstatus sebagai warga negara Swiss.
Yang menarik dari partai lokal ini bukan saja nama partai dan orang-orang di dalamnya, melainkan juga lambang partai ini yang berupa bulan bintang
berwarna putih dengan latar warna merah serta garis putih. Sebuah lambang yang
Eka Krisnawati : Tindak Pidana Perompakan Di Wilayah Perairan Selat Malaka, 2007. USU Repository © 2009
tidak asing lagi karena inilah yang menjadi lambang pemberontakan gerakan separatis di Aceh pada waktu lalu.
Pihak partai GAM sendiri menanggapi nama GAM sebagai nama partainya sebagai hal yang tidak perlu dipersoalkan karena istilah GAM disini
tidak memiliki kepanjangan apapun. Pihak Partai GAM juga berdalih bahwa pendirian partai ini tidak
melanggar isi perjanjian di Helsinki, karena di dalamnya juga disebutkan bahwa warga diberikan wewenang untuk mendirikan partai lokal maupun nasional
sebanyak-banyaknya di Aceh. Berdirinya Partai GAM ini merupakan konsekwensi dari perjanjian
Helsinki karena hal itu merupakan satu paket, namun perlu diingat bahwa sebagai partai lokal, Partai GAM tidak bisa berlaku pada tingkat nasional.
Namun demikian, juru bicara Komite Peralihan Aceh KPA Ibrahim bin Syamsuddin menyatakan bahwa pendirian partai tersebut adalah sebagai tindak
lanjut perjuangan masyarakat Aceh yang mana selama 30 tahun dilakukan dengan senjata dan sekarang dilakukan dengan alat yang berbeda yaitu melalui politik.
B. Dampak terhadap Materi dan Psikologis atas Terjadinya Tindak Pidana Perompakan