Syukuran Kelahiran Shussan Iwai

Abdur Razzaq Pahlevi : Analisis Perbandingan Pandangan Daur Hidup Tsukagirei Dalam Masyarakat Jepang Dan Betawi, 2009. USU Repository © 2009

C. Syukuran Kelahiran Shussan Iwai

Menurut Situmorang, Hamzon 2006 : 59 shussan iwai adalah acara selamatan yang pertama yang ditujukan kepada si bayi. Dimana kedua orang tua sibayi ingin memperkenalkan bayinya kepada keluarga, kenalan, dan juga pada tetangga-tetangga mereka. Orang-orang yang menerima pemberitahuan datang berkunjung dengan membawa bingkisan ucapan selamat atas kelahiran. C.1. Hari Ketiga Setelah Hari Kelahiran Mikka Iwai Menurut situmorang, Hamzon 2006 : 59 tetangga-tetangga atau kerabat yang melihat kelahiran pada hari ketiga disebut dengan Mikkaiwai. Pada hari ketiga diundang orang yang membantu proses kelahiran dan juga famili-famili yang lainnya. Kemudian orang yang membantu melahirkan tersebut pada hari ketiga ini pula pertama sekali memandikan bayi tersebut, sehingga dinamai Yuzome, pada hari ketiga ini pula diadakan pemberian nama nazuke dan pertama kali pakai baju. Kemudian pada hari ketiga ini sibayi pertama kali dibawa ke kamar mandi untuk diperkenalkan pada dewa yang ada di sana. Tetapi karena pemikiran kekotoran, pada zaman dahulu suami tidak ikut melihat acara mikkaiwai. Bagi keluarga yang mendapat kelahiran, mereka mendapatkan kekotoran, bagi anggota keluarga selama 3 hari bagi ayah selama 3 sampai 7 hari mereka tidak boleh pergi ke tinja atau melakukan pekerjaan di luar rumah. C.2. Hari Ketujuh Setelah Hari Kelahiran Oshichiya Menurut Situmorang, Hamzon 2006 : 60 hari ketujuh setelah kelahiran disebut dengan “Oshichiya”, pada hari ketujuh ini dilakukan berbagai upacara. Abdur Razzaq Pahlevi : Analisis Perbandingan Pandangan Daur Hidup Tsukagirei Dalam Masyarakat Jepang Dan Betawi, 2009. USU Repository © 2009 Bagi ibu yang melahirkan, hari ketujuh ini merupakan suatu tahapan kekotoran telah terlewatkan, disebut dengan “akabiake”. Si ibu yang melahirkan sudah dapat keluar dari ubuya di berbagai daerah. Kekotoran ayah pun dianggap sudah hilang. Bagi bayi pada hari ketujuh ini pertama kali dipakaikan baju yang berlengan. Hal ini pula menunjukkan bahwa si bayi sudah dianggap sebagai manusia dan diberikan nama bayi tersebut. Ada beberapa cara pemberian nama bayi di Jepang : a. Supaya bayi menjadi orang hebat, maka namanya dimohonkan dari orang yang terhormat, seperti pendeta budha, atau Shinto, atau orang yang dihormati di daerah tersebut. b. Memilih nama dengan cara omikuji kertas di gulung diambil dari kuil Shinto. c. Memohonkan nama dari anak yang sehat dan kuat. d. Mengambil suatu nama huruf kanji dari nama kakeknenek atau dari nama orang tua nya. e. Mengambil nama dengan mencocokkan dengan situasi anak tersebut dilahirkan. Zaman sekarang nama anak sebagian besar diberikan oleh orang tuanya atau kakek neneknya. Kemudian pada hari ketujuh kelahiran ini nama anak ditempelkan di kamidana rak pemujaan leluhur. C.3. Perayaan Usia 32 Hari Hatsumiya Mairi Menurut Situmorang, Hamzon 2006 : 61 anak laki-laki pada usia 32 hari dan anak perempuan usia 33 hari di adakan hatsumiya mairi, yaitu pertama sekali Abdur Razzaq Pahlevi : Analisis Perbandingan Pandangan Daur Hidup Tsukagirei Dalam Masyarakat Jepang Dan Betawi, 2009. USU Repository © 2009 mengunjungi omiya atau ujigami. Pada hatsumiya mairi ini biasanya bayi digendong oleh neneknya, atau yang membantu melahirkan datang ke kuil. Pada saat hatsumiya mairi ini si bayi mendapat kiriman dari keluarga ibu yang disebut Inuhariko, yaitu berupa barang-barang mainan si bayi. Pada zaman dahulu inu hariko mempunyai nilai magis yaitu untuk menangkal penyakit atau sebagai sasaran penyakit yang datang untuk mengganggu si bayi.

3.3. Masa Anak-Anak

Masa anak-anak merupakan masa peralihan dari masa bayi untuk menjadi dewasa dan menikah. Upacara daur hidup pada masa anak-anak dalam masyarakat Jepang melalui beberapa tahap. Begitu juga upacara daur hidup pada masa anak-anak dalam masyarakat Betawi dilakukan melalui beberapa tahapan.

3.3.1. Masa Anak-Anak Dalam Masyarakat Betawi

Masa anak-anak dalam masyarakat Betawi di antaranya yaitu upacara khatam Al Quran dan upacara sunatankhitanan.

A. Upacara Khatam Al Quran