Perumusan Masalah Ruang Lingkup Pembahasan

Abdur Razzaq Pahlevi : Analisis Perbandingan Pandangan Daur Hidup Tsukagirei Dalam Masyarakat Jepang Dan Betawi, 2009. USU Repository © 2009

1.2. Perumusan Masalah

Dalam mengidentifikasi suatu masalah, kita harus jelas melihat masalah tersebut. Dimana kita harus melihat bagaimana dan apa yang akan menjadi permasalahannya. Seperti dalam penelitian ini adalah membahas perbandingan dua masyarakat yang memiliki kebudayaan yang majemuk. Dimana masyarakat Jepang sampai saat ini masih melaksanakan upacara daur hidup ini dalam kehidupan bermasyarakat. Begitu pula sama halnya dengan masyarakat betawi yang sampai saat ini masih melaksanakan upacara daur hidup adapt istiadat. Menurut Ienaga Saburo 1990 : 1, bahwa sejarah kebudayaan Jepang dimulai setelah Jepang mengenal adanya tulisan. Dan ritus – ritus kelahiran sudah menjadi bagian adat – istiadat dalam masyarakat Jepang. Dalam masayrakat Jepang proses – proses kegiatan hidup dilakukan sesuai adat yang telah diakui, dan cenderung dihadapakan dengan kepercayaan Shinto dan agama Budha. Sementara Betawi adalah masyarakat yang dominan menganut agama Islam yang menjadikan media untuk menjalankan bagaimana upacara daur hidup adat istiadat itu. Sifat atau karakter Jepang sangat mempertahankan dan melestarikan kebudayaan yang selalu dijadikan jembatan dari sebuah ciri khas kebudayaan. Sementara dalam masyarakat betawi, mampu menyumbangkan budaya yang bisa dijadikan salah satu ciri khas dari negara Indonesia. Oleh karena itu penulis memberikan rumusan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana pandangan daur hidup dalam masyarakat Jepang dan Betawi? 2. Bagiamana sistem kepercayaan dalam masyarakat Jepang dan Betawi? Abdur Razzaq Pahlevi : Analisis Perbandingan Pandangan Daur Hidup Tsukagirei Dalam Masyarakat Jepang Dan Betawi, 2009. USU Repository © 2009 3. Bagaimana perbedaan dan persamaan dalam upacara daur hidup antara Jepang dan Betawi?

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan

Mengingat banyaknya upacara tradisonal yang satu sama lain memiliki kesamaan dan perbedaan serta kemungkinan berkembangnya dalam berbagai kelompok etnik di Indonesia, oleh karena itu dalam penulisan proposal ini, penulis membatasi ruang lingkup agar tidak terlalu luas yaitu : ritus – ritus daur hidup Tsuka Girei dari lahir sampai pernikahan bagi kedua kehidupan Masyrakat Jepang dan Betawi, khususnya difokuskan kepada bagaimana pandangan antara daur hidup masyarakat Jepang dan Betawi. Untuk mendukung pembahasan akan diungkapkan pula tentang sistem kepercayaan dan agama masyarakat Betawi dan masyarakat Jepang. 1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1. Tinjauan Pustaka