Kehamilan Dalam Masyarakat Betawi

Abdur Razzaq Pahlevi : Analisis Perbandingan Pandangan Daur Hidup Tsukagirei Dalam Masyarakat Jepang Dan Betawi, 2009. USU Repository © 2009

BAB III UPACARA DAUR HIDUP DALAM MASYARAKAT

BETAWI DAN JEPANG

3.1. Kehamilan

Setiap makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa pasti menginginkan keturunan, dengan tujuan agar ada penerusgenerasi peneus dalam keluarga atau bangsa. Dalam dunia kedokteran kehamilan adalah pertemuan sel telur dengan sperma, dan akan membuahi sebuah janinbayi. Bagi masyarakat Jepang keturunan merupakan hal paling diinginkan. Hal tersebut dikarenakan oleh, susahnya wanita Jepang memberikan keturunan dikarenakan kesibukan pekerjaan. Sedangkan bagi masyarakat Betawi, sangat susah untuk membatasi keturunannya. Karena bagi masyarakat Betawi, semakin banyak anak semakin banyak rezeki.

3.1.1. Kehamilan Dalam Masyarakat Betawi

Menurut Soimon 1993 : 21-22 upacara kehamilan dilakukan sebagai upaya memberitahukan kepada masyarakat, tetangga-tetangga dan kerabat keluarga, bahwa seorang wanita sudah betul-betul hamil dan akan melahirkan keturunan. Selain itu, juga mengandung harapan agar ibu yang mengandung dan bayi yang dikandungnya mendapat keselamatan. Kepercayaan yang berkenaan dengan siklus hidup individu seperti upacara “nujuh bulanan” ini masih kuat melekat pada orang Betawi di kampung Bojong. Mereka percaya bahwa upacara “nujuh bulanan” perlu dilakukan demi keselamatan ibu dan anak yang dikandungnya. Selain itu mereka juga percaya Abdur Razzaq Pahlevi : Analisis Perbandingan Pandangan Daur Hidup Tsukagirei Dalam Masyarakat Jepang Dan Betawi, 2009. USU Repository © 2009 bahwa upacara nujuh bulanan merupakan penangkal agar anak yang akan dilahirkan kelak patuh kepada orang tuanya dan tidak nakal. Upacara nujuh bulanan dilakukan pada saat mengandung kehamilan pertama, dan usia kandungannya sudah tujuh bulan. Karena itulah upacara ini disebut dengan “nujuh bulanan”. Pada kehamilan kedua dan seterusnya dilakukan upacara semacam ini lagi. Upacara ini selalu menggunakan sajian, dan salah satu sajian yang terpenting adalah bunga yang berjumlah tujuh macam. Bunga ini bermakna bila bayi yang lahir kelak laki-laki akan dapat membawa nama yang harum bagi orang tuanya sebagai harumnya bunga, dan kalau bayi tersebut wanita, supaya cantik seperti cantiknya bunga. Menurut kepercayaan mereka, sajian terutama bunga harus lengkap, apabila sajian tidak lengkap kemungkinan besar, bayi akan lahir dengan sulit atau setelah dewasa nanti, si anak tidak menurut kepada orang tua. Ketujuh macam bunga tadi di masukkan ke dalam sebuah ember yang beisi air, kemudian air tersebut digunakan oleh sang ibu yang sedang hamil untuk mandi. Upacara nujuh bulanan ini dilaksanakan di rumah yang punya hajad, apabila mereka telah memiliki rumah. Bila tempatnya kurang mengijinkan, adakalanya diselenggarakan di rumah orang tuanya atau di rumah mertuanya. Dukun beranak serta pembaca doa kelompok pengajian ibu-ibu dipanggil supaya hadir pada hari yang telah ditetapkan.

A. Doa Ketika Kehamilan

Sang ibu yang mengandung akan didoakan dengan tujuan si ibu dan si bayi mendapatkan keselamatan ketika melahirkan nanti. Doa yang dipanjatkan