Analisis Risiko Kurang Energi Kronis KEK berdasarkan Pola

juga terjadi pertumbuhan janin dan plasenta serta cairan amnion akan berlangsung cepat selama trimester 3 Sulistyoningsih, 2011. Ketika jumlah makanan yang dikonsumsi tidak cukup atau tidak adekuat. Hal ini menyebabkan penurunan volume darah, sehingga aliran darah ke plasenta menurun, maka ukuran plasenta berkurang dan transfer nutrient juga berkurang yang mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat dan bayi yang dilahirkan akan BBLR. Hal ini terjadi karena pentingnya peran plasenta yaitu sebagai alat transport, menyeleksi zat-zat makanan sebelum mencapai janin, efisiensi plasenta dalam mengkonsentrasikan, mensintesis, dan transport zat gizi menentukan suplai ke janin.

6.3.2 Analisis Risiko Kurang Energi Kronis KEK berdasarkan Pola

Konsumsi Lauk Hewani pada Ibu Hamil di Puskesmas Ciputat Kadar zat makanan gizi pada setiap bahan makanan memang tidak sama, ada yang rendah dan ada pula yang tinggi, karena itu setiap bahan makanan akan saling melengkapi zat makanangizinya yang selalu dibutuhkan tubuh manusia guna menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik serta energi yang cukup guna melaksanakan kegiatan-kegiatannya. Zat makanan gizi yang diperlukan tubuh manusia ada yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau biasa disebut dengan lauk nabati dan ada pula yang berasal dari hewan yaitu lauk hewani Kartasapoetra, dkk, 2003. Hasil penelitian menunjukkan ibu dengan konsumsi lauk hewani tidak sesuai anjuran lebih banyak 53,7 dari pada ibu dengan pola lauk hewani sesuai anjuran 46,3. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa proporsi dari kelompok responden pola konsumsi lauk hewani tidak sesuai anjuran dengan risiko KEK sebesar 62,1 dan pada kelompok responden pola konsumsi lauk hewani sesuai anjuran dengan risiko KEK sebesar 16,0. Begitu juga dengan hasil uji chi square diperoleh nilai p-value= 0,000 p- value ≤0,05 yang menyatakan ada hubungan antara pola konsumsi lauk hewani dengan risiko KEK. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saraswati 2006 . Lauk sebaiknya terdiri dari atas campuran lauk hewani dan nabati. Lauk hewani, seperti daging, ayam, ikan, udang dan telur mengandung protein dengan nilai biologi lebih tinggi daripada lauk nabati Almatsier, 2001. Dalam buku ilmu gizi, protein selain akan digunakan bagi pembangun struktur tubuh pembentukan berbagai jaringan juga akan disimpan untuk digunakan dalam keadaan darurat, sehingga pertumbuhan terus berlangsung, akan tetapi apabila dalam keadaan terus-menerus menerima makanan yang tidak seimbang, dengan sendirinya akan terjadi pertumbuhan yang kurang baik, daya tahan tubuh menurun, rentan terhadap penyakit, dll. Proses-proses yang berlangsung di dalam tubuh dikendalikan oleh tersedianya protein di dalam tubuh. Proses pencernaan misalnya hanya akan berlangsung secara teratur dengan dukungan hormon yang mencukupinya, sedangkan hormon itu terdiri dari protein. Ketika zat gizi yang masuk ke dalam tubuh berkurang atau tidak adekuat, maka tubuh akan menggunakan cadangan lemak untuk memenuhi kebutuhannya dan terjadi penurunan cadangan lemak dalam tubuh. Kemudian simpanan cadangan lemak dalam tubuh habis, maka terjadilah penurunan fungsional dalam jaringan hingga kerusakan jaringan. Hal ini ditandai dengan penurunan berat badan ibu, pertumbuhan janin terhambat, dan penurunan fungsi imun ibu. Karena cadangan lemak dalam tubuh habis, maka terjadi perubahan biokimia yaitu sel-sel beradaptasi dan berkompensasi dengan cara menggunakan cadangan protein yang ada di hati dan otot untuk dirubah menjadi energi Aritonang, 2010. Hal ini menyebabkan penurunan volume darah, sehingga aliran darah ke plasenta menurun, maka ukuran plasenta berkurang dan transfer nutrient juga berkurang yang mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat dan bayi yang dilahirkan akan BBLR. Hal ini terjadi karena pentingnya peran plasenta yaitu sebagai alat transport, menyeleksi zat-zat makanan sebelum mencapai janin, efisiensi plasenta dalam mengkonsentrasikan, mensintesis, dan transport zat gizi menentukan suplai ke janin.

6.3.3 Analisis Risiko Kurang Energi Kronis KEK berdasarkan Pola