disebabkan dengan pemenuhan kebutuhan vitamin dan mineral ibu hamil dicukupi dengan konsumsi protein hewani seperti daging, hati, ikan, sebab
dalam pedoman gizi seimbang dijelaskan makanan sumber protein hewani adalah juga sumber vitamin dan mineral penting khususnya vitamin A, zat
besi, dan folat yang sangat dibutuhkan bagi ibu hamil.
6.4 Analisis Risiko Kurang Energi Kronis KEK berdasarkan Penyakit Infeksi
pada Ibu Hamil di Puskesmas Ciputat
Penyakit infeksi dapat bertindak sebagai pemula terjadinya kurang gizi sebagai akibat menurunya nafsu makan. Adanya gangguan penyerapan dalam
saluran pencernaan atau peningkatan kebutuhan zat gizi oleh adanya penyakit. Kaitan penyakit infeksi dengan keadaan gizi kurang merupakan hubungan timbal
balik, yaitu hubungan sebab akibat. Penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan gizi dan keadaan gizi yang jelek dapat mempermudah infeksi. Penyakit yang
umumnya terkait dengan masalah gizi antara lain diare, tuberculosis, malaria Supariasa, 2002.
6.4.1 Analisis Risiko Kurang Energi Kronis KEK berdasarkan Penyakit
Tuberculosis pada Ibu Hamil di Puskesmas Ciputat
Tuberculosis merupakan suatu penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, biasanya terdapat pada
paru tetapi mungkin juga terdapat pada organ lain seperti pada kelenjar getah bening, ginjal, jantung dan lain sebagainya. Reaksi pertama akibat penyakit
tuberculosis adalah batuk, demam, berat badan menurun, dan badan lemah. Hal ini menyebabkan metabolisme dalam tubuh meningkat, sehingga tubuh
membutuhkan energi lebih yang diperoleh dari makanan. Badan yang lemah biasanya dipengaruhi oleh nafsu makan yang menurun sehingga asupan
makanan yang seharusnya diberikan lebih tidak dapat tercukupi sehingga menyebabkan berat badan menurun, efek TB pada kehamilan akan
berpengaruh terhadap status nutrisi yang buruk yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortaliltas maternal
http:digulib.unimus.ac.id . Dalam
jurnal Tuberculosis and Pregnancy oleh Arora, et.al 2003 menyatakan bahwa dampak TB pada kehamilan diataranya akan mengakibatkan
kekebalan tubuh menurun, stress kehamilan dan akan berpengaruh terhadap status gizi ibu hamil.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Purnadhibarata, dkk 2005, dikemukakan ibu hamil yang memiliki penyakit infeksi selama
kehamilannya dapat berpengaruh terhadap bayi yang akan dilahirkan dan dapat berakibat BBLR bahkan dapat mengakibatkan kematian bayi. Dari
1547 sampel yang diteliti didapatkan ibu hamil yang memiliki penyakit infeksi yang melahirkan bayi BBLR lebih banyak daripada ibu yang tidak
mempunyai penyakit infeksi dan melahirkan anaknya non BBLR. Hasil penelitian menunjukkan ibu yang menderita tuberculosis
sebesar 8,3. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa proporsi dari kelompok responden yang menderita tuberculosis dengan risiko KEK sebesar
33,3 dan pada kelompok responden yang tidak menderita tuberculosis
dengan risiko KEK sebesar 41,4. Begitu juga dengan hasil uji chi square diperoleh nilai p-value= 0,735 p-value0,05 yang menyatakan tidak ada
hubungan antara penyakit tuberculosis dengan risiko KEK. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Surasih 2005 di
Banjarnegara bahwa tidak ada hubungan antara penyakit infeksi tuberculosis, diare dengan keadaan risiko KEK pada ibu hamil. Menurut
Schaible Kauffman 2007 hubungan antara kurang gizi dengan penyakit tuberculosis tergantung dari besarnya dampak yang ditimbulkan oleh
sejumlah infeksi terhadap status gizi itu sendiri. Artinya jika infeksi masih akut dan derajat parahnya infeksi masih rendah tidak terlalu berpengaruh
terhadap status gizi seseorang. Sebaliknya jika infeksi sudah kronis dan berlangsung lama akan dapat mempengaruhi status gizi orang tersebut.
Dalam penelitian ini, infeksi masih rendah sehingga tidak berpengaruh terhadap status gizi ibu hamil tersebut.
6.4.2 Analisis Risiko Kurang Energi Kronis KEK berdasarkan Penyakit