1.5 Ruang Lingkup
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola konsumsi, penyakit infeksi  dan  pantang  makanan  dengan    risiko  KEK  pada  ibu  hamil  di  Puskesmas
Ciputat  Kota Tangerang  Selatan  Tahun  2011.  Penelitian  dilakukan  oleh  mahasiswa Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah  Jakarta pada bulan Juni-Juli   2011.
Penelitian  ini  menggunakan  jenis  penelitian  kuantitatif  dengan  desain  studi  cross sectional.  Penelitian  ini  dilakukan  karena  tingginya  prevalensi  KEK  di  Puskesmas
Ciputat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Risiko Kurang Energi Kronis KEK pada Ibu Hamil
Menurut Depkes 1995, ibu hamil yang berisiko KEK adalah ibu hamil yang mempunyai  ukuran  LILA  23,5  cm,  sedangkan    ibu  KEK  adalah  ibu  yang
mempunyai ukuran LILA 23,5 cm dan dengan beberapa kriteria sebagai berikut: a  Berat badan ibu sebelum hamil 42 kg
b  Tinggi badan ibu 145 cm c  Berat badan ibu pada kehamilan trimester III 45 kg
d  IMT sebelum hamil 17,00 e  Ibu menderita anemia Hb 11 gr
Menurut  WHO  2005,  ibu  hamil  dengan  risiko  KEK  akan  meningkatkan kemungkinan  kesakitan  maternal,  terutama  pada  trimester  ketiga  bulan  7-9  dan
meningkatkan risiko melahirkan BBLR. Ibu hamil dengan risiko KEK kemungkinan akan  mengalami  kesulitan  pada  saat  persalinan,  perdarahan,  dan  berpeluang  untuk
melahirkan bayi dengan BBLR yang akhirnya menyebabkan kematian pada ibu atau bayi Depkes RI, 1995.
Risiko KEK pada ibu hamil mempunyai akibat tidak saja pada terhambatnya pertumbuhan  janin,  berat  badan  lahir,  pertumbuhan  bayi  dan  anak,  tetapi  juga
mempunyai  pengaruh  buruk  pada  generasi  selanjutnya.  Siklus  status  gizi  yang
kurang  baik  ini  berlanjut  dari  status  gizi  pada  masa  bayi,  balita,  masa  remaja,  dan calon    ibu sebagai generasi selanjutnya Berg, A, 1986. Data menunjukkan  bahwa
sepertiga  35,65  wanita  usia  subur  WUS  KEK.  Masalah  ini  akan  menghambat pertumbuhan  janin  sehingga  akan  menimbulkan  risiko  BBLR  Departemen
Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI, 2000. Ibu hamil KEK mempunyai risiko kesakitan yang lebih besar, terutama pada
trimester  ketiga  kehamilan,  akibatnya  mempunyai  risiko  lebih  besar  untuk melahirkan  BBLR.  Selain  itu  ibu  hamil  KEK  yang  telah  melalui  masa  persalinan
dengan  selamat,  akan  mengalami  masa  pascasalin  yang  sulit  karena  lemah  dan mudah  mengalami  gangguan  kesehatan.  Hal  ini  akan  mempengaruhi  produksi  ASI
dan menurunkan kemampuan merawat anak serta dirinya sendiri Depkes RI, 1995. Menurut Guthrie 1995 dalam Hapni 2004, ibu hamil yang menderita KEK
dapat terjadi karena jumlah makanan yang dikonsumsi tidak cukup, atau penggunaan zat  gizi  dalam  tubuh  tidak  optimal,  atau  kedua-duanya.  Hal  ini  menyebabkan
penurunan jumlah sel darah dalam tubuh, sehingga suplai darah dan zat-zat gizi yang diberikan  ke  janin  berkurang,  maka  pertumbuhan  janin  akan  terhambat  dan  bayi
yang dilahirkan akan BBLR. Berbagai penelitian di negara berkembang menunjukkan bahwa separuh dari
penyebab  terjadinya  kasus  BBLR  adalah  status  gizi  ibu  Achadi,  E.L,  2007.  Hasil penelitian  Rosikin  di  Kota  Cirebon  2004,  menunjukkan  bahwa  ibu  hamil  dengan
risiko KEK  berisiko melahirkan bayi BBLR sebanyak 3 kali dibanding ibu dengan
LILA  normal.  Demikian  juga  dengan  penelitian  Susanto  2006  dalam  Khasanah 2010    di  Biak  mengatakan  bahwa  ibu  hamil  dengan  risiko  KEK  berpeluang
melahirkan  bayi BBLR sebanyak 7 kali dibandingkan dengan  ibu  hamil  yang tidak berisiko  KEK.  Berdasarkan  penelitian  Saraswati,  dkk.  di  Jawa  Barat  1998
menunjukkan  bahwa  ibu  hamil  dengan  KEK  pada  batas  23  cm  mempunyai  risiko 2,0087  kali  untuk  melahirkan  BBLR  dibandingkan  dengan  ibu  yang  mempunyai
LILA lebih dari 23 cm.
2.2 Pengukuran  Lingkar Lengan Atas LILA