2.3.2 Penyakit Infeksi
Penyakit infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh agen biologi seperti virus, bakteria atau parasit, bukan disebabkan
faktor fisik seperti luka bakar atau kimia seperti keracunan. Penyakit infeksi merupakan faktor yang mempengaruhi kesehatan dan
keselamatan ibu. Status gizi kurang akan meningkatkan kepekaan ibu terhadap risiko terjadinya infeksi, dan sebaliknya infeksi dapat
meningkatkan risiko kurang gizi Achadi, E. L, 2007. Penyakit infeksi dapat bertindak sebagai pemula terjadinya
kurang gizi sebagai akibat menurunnya nafsu makan, adanya gangguan penyerapan dalam saluran pencernaan atau peningkatan kebutuhan zat
gizi oleh adanya penyakit. Kaitan penyakit infeksi dengan keadaan gizi kurang merupakan timbal balik, yaitu hubungan sebab akibat. Penyakit
infeksi dapat memperburuk keadaan gizi dan keadaan gizi yang jelek dapat mempermudah infeksi, penyakit infeksi terkait status gizi yaitu
TB, diare, dan malaria Supariasa, 2002. Kekurangan zat gizi makro berkontribusi terhadap penyakit
infeksi dan sebaliknya penyakit infeksi menyebabkan terjadinya malnutrisi. Orang yang menderita kekurangan gizi akan sangat rentan
terhadap berbagai penyakit. Hal ini karena kurangnya asupan makanan yang bergizi yang dapat meningkatkan sistem imunitas tubuh.
Demikian pula jika seseorang terkena penyakit infeksi akan
menurunkan nafsu makannya sehingga jika tidak tertangani akan menyebabkan kekurangan gizi Moechji, 2003.
Dalam jurnal
Malnutrition and
Infection: Complex
Mechanisms and Global Impacts oleh Schaible, et.al 2007 disebutkan sebuah penelitian di Kenya yang menemukan hubungan signifikan
antara penyakit infeksi dengan lingkar lengan atas dan serum albumin. Infeksi menyebabkan hilangnya energi pada bagian dari individu, yang
dapat mengurangi produktivitas pada tingkat masyarakat dan mengakibatkan kekurangan gizi. Contoh bagaimana infeksi dapat
berkontribusi untuk gizi buruk adalah: 1 infeksi pencernaan bisa menyebabkan diare; 2 HIV AIDS, tuberkulosis, dan infeksi kronis
lainnya dapat menyebabkan cachexia dan anemia, dan 3 parasit usus dapat menyebabkan anemia dan gizi buruk. Selain itu, dalam jurnal
Malnutrition and Pregnancy Wastage In Zambia oleh Wamie, data survey status gizi FAO menunjukkan 90,5 ibu hamil menderita
infeksi.
Bisai dan Bose 2008 dalam Marlenywati 2010 mengemukakan bahwa disamping asupan makanan yang inadekuat,
KEK pada seseorang juga disebabkan oleh penyakit infeksi yang dideritanya. Penyakit infeksi ini menyebabkan meningkatnya angka
kesakitan akibat menurunnya imunitas tubuh. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Mulyaningrum 2009 di daerah Jakarta yang
menunjukkan bahwa ibu hamil yang memiliki penyakit infeksi beresiko
terkena KEK sebesar 30 dan penelitian Surasih 2005 di Banjarnegara diperoleh proporsi ibu hamil yang menderita penyakit
infeksi diare, TBC, dll sebesar 36,10. Antara status gizi kurang dan infeksi terdapat interaksi bolak-
balik. Infeksi dapat menimbulkan gizi kurang melalui berbagai mekanisme. Infeksi yang akut mengakibatkan kurangnya nafsu makan
dan toleransi terhadap makanan. Di berbagai tempat di dunia, makanan dapat tercemar oleh berbagai bibit penyakit yang menimbulkan
gangguan dalam penyerapan zat gizi oleh tubuh. Orang yang mengalami gizi kurang daya tahan tubuh terhadap penyakit menjadi
rendah, sehingga mudah terkena serangan penyakit infeksi. Demikian pula sebaliknya, orang yang kena penyakit infeksi dapat mengalami gizi
kurang Suhardjo, 1989. Status gizi, atau tingkat konsumsi pangan merupakan bagian
penting dari status kesehatan seseorang. Tidak hanya status gizi yang mempengaruhi kesehatan seseorang, tetapi status kesehatan juga
mempengaruhi status gizi. Infeksi dan demam dapat menyebabkan merosotnya nafsu makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan
mencernakan makanan. Parasit dalam usus, seperti cacing gelang dan cacing pita bersaing dengan tubuh dalam memperoleh makanan dan
dengan demikian menghalangi zat gizi ke dalam arus darah. Keadaan yang demikian membantu terjadinya kurang gizi. Wanita hamil dan
menyusui yang harus melakukan beban kerja berat memerlukan banyak
sekali makanan baik untuk kondisi kesehatan tubuhnya maupun untuk kebutuhan energinya. Selama status kesehatan dan gizi saling
mempengaruhi, diperlukan perhatian khusus untuk mencukupi kedua- duanya Suhardjo, 2003.
Scrimshaw, dkk 1959 dalam Supariasa 2002 menyatakan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara interaksi bakteri, virus
dan parasit dengan malnutrisi. Mereka menekankan interaksi yang sinergis antara malnutrisi dengan penyakit infeksi dan juga infeksi akan
mempengaruhi status gizi dan mempercepat malnutrisi. Mekanisme patologisnya dapat bermacam-macam, baik secara sendiri-sendiri
maupun bersamaan, yaitu:
a. Penurunan asupan zat gizi akibat kurangnya nafsu makan, rendahnya absorpsi dan kebiasaan mengurangi makan pada saat
sakit. b. Peningkatan kehilangan cairan atau zat gizi akibat diare,
mualmuntah dan pendarahan terus menerus. c. Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebutuhan akibat
sakit human hostparasit yang terdapat didalam tubuh.
1. Tuberculosis Infeksi pernafasan seperti tuberculosis, pneumonia, asma,
dll berhubungan dengan tingginya kesakitan pada ibu hamil dan harus ditindaklanjuti dengan segera. Infeksi pernafasan banyak
terjadi pada ibu hamil khususnya trimester II dan III. Perempuan dengan infeksi pernafasan seharusnya menerima konseling sebelum
hamil dan pendidikan tentang risiko dari kehamilan dan pengobatan yang berkelanjutan. Tuberculosis biasanya ditunjukkan dengan
gejala batuk, penurunan berat badan dan keringat di malam hari Stone Sophia, 2009.
Tuberculosis merupakan suatu penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, biasanya
terdapat pada paru tetapi mungkin juga terdapat pada organ lain seperti pada kelenjar getah bening, ginjal, jantung dan lain
sebagainya. Reaksi pertama akibat penyakit tuberculosis adalah batuk, demam, berat badan menurun, dan badan lemah. Hal ini
menyebabkan metabolisme dalam tubuh meningkat, sehingga tubuh membutuhkan energi lebih yang diperoleh dari makanan. Badan
yang lemah biasanya dipengaruhi oleh nafsu makan yang menurun sehingga asupan makanan yang seharusnya diberikan lebih tidak
dapat tercukupi sehingga menyebabkan berat badan menurun, efek TB pada kehamilan akan berpengaruh terhadap status nutrisi yang
buruk yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortaliltas maternal http:digulib.unimus.ac.id
. Dalam jurnal Tuberculosis and Pregnancy oleh Arora, et.al 2003 menyatakan bahwa dampak TB
pada kehamilan diataranya akan mengakibatkan kekebalan tubuh
menurun, stress kehamilan dan akan berpengaruh terhadap status gizi ibu hamil.
Untuk mengetahui tentang penderita tuberculosis dengan baik harus dikenali tanda dan gejalanya. Seseorang ditetapkan
sebagai tersangka penderita tuberculosis paru apabila ditemukan gejala klinis utama cardinal symptom pada dirinya. Gejala utama
pada tersangka tuberculosis adalah: a. Batuk berdahak lebih dari tiga minggu
b. Batuk berdarah c. Sesak nafas
d. Nyeri dada Gejala lainnya adalah berkeringat pada malam hari, demam tidak
tinggimeriang, dan penurunan berat badan. Dengan strategi DOTS directly observed treatment shourtcourse, gejala utamanya adalah
batuk berdahak danatau terus menerus selama 3 minggu atau lebih. Berdasarkan keluhan tersebut, seseorang sudah dapat ditetapkan
sebagai tersangka Widoyono, 2008. Dalam Riskesdas 2007, gej
ala tuberculosis yaitu batuk ≥2 minggu disertai dahak atau dahak bercampur darah dan berat badan sulit bertambah atau menurun.
2. Diare
Diare menyebabkan kurangnya nafsu makan sehingga mengurangi asupan gizi, dan diare dapat mengurangi daya serap
usus terhadap sari makanan. Dalam keadaan infeksi, kebutuhan sari makanan yang mengalami diare akan meningkat, sehingga setiap
serangan diare akan menyebabkan kekurangan gizi. Beberapa gejala dan tanda diare antara lain: berak cair atau lembek dan sering
adalah gejala khas diare, muntah, demam dan gejala dehidrasi Widoyono, 2008. Gejala dan tanda dari diare yaitu buang air besar
lembek atau cair bahkan dapat berupa cairan saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya biasanya 3 kali atau lebih dalam sehari
Sarjana dkk, 2007. Infeksi mempengaruhi status protein. Misalnya infeksi
ringan sekalipun akan mengakibatkan bertambahnya kehilangan nitrogen melalui urin. Infeksi juga membantu terjadinya kekurangan
protein karena menyebabkan berkurangnya nafsu makan. Seperti kita ketahui infeksi cacing bisa mengurangi absorpsi nitrogen apa
lagi jika disertai diare. Telah banyak sekali penyelidikan yang menunjukkan bahwa kekurangan kalori protein yang berat terjadi
jika menderita diare atau penyakit infeksi lainnya Sastroamidjo, 1980.
Banyak infeksi mengganggu absorpsi nutrient dalam saluran cerna. Pada penyakit diare, absorpsi lemak dari makanan
hanya 58 dari keadaan normalnya, dan absorpsi protein dari makanan hanya 44 dari keadaan normalnya. Karena hal inilah,
absorpsi energi dari makanan hanya sekitar 71 dari keadaan normalnya Gibney, et al, 2008.
2.3.3 Sosial Ekonomi