BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Kondisi Geografis
Secara geografis Provinsi Banten terletak antara 105° 01’11” sampai 106° 07’’12” Bujur Timur, serta 05° 07’50” sampai 07° 01’01”. Batas-batas wilayah
Banten, sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur dengan Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat, sebelah selatan dengan Samudra Hindia, dan
sebelah barat dengan Selat Sunda. Luas wilayah Provinsi Banten berdasarkan Undang -Undang Nomor 23 Tahun 2000 adalah 8.651,20 km², pada awalnya,
Provinsi Banten terdiri dari empat kabupaten yaitu Kabupaten Pandeglang, Lebak,Tangerang, Serang dan dua kota yaitu Kota Tangerang dan Kota Cilegon.
Dalam perkembangannya terjadi pemekaran wilayah, Kabupaten Serang menjadi Kabupaten Serang dan Kota Serang. Selanjutnya, Kabupaten Tangerang dimekarkan
menjadi KabupatenTangerang dan Kota Tangerang Selatan. Sehingga, Provinsi Banten saat ini terdiri dari empat kabupaten dan empat kota.
Letak geografis Provinsi Banten sangat strategis karena merupakan jalur penghubung antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Bila dikaitkan posisi geografis
dan pemerintahan maka wilayah Provinsi Banten terutama Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang merupakan wilayah penyangga bagi
Jakarta. Secara ekonomi wilayah Provinsi Banten memiliki banyak industri. Wilayah Provinsi Banten juga memiliki beberapa pelabuhan laut yang
dikembangkan sebagai antisipasi untuk menampung kelebihan kapasitas dari pelabuhan laut di Jakarta dan ditujukan untuk menjadi pelabuhan alternatif di ujung
pulau jawa. Kondisi strategis ini bisa di manfaatkan guna perkembangan Provinsi
6
Banten yang akan berdampak pada pembangunan nasional.
2. Kondisi Kemiskinan di Provinsi Banten
Kemiskinan merupakan masalah yang menyangkut banyak aspek karena berkaitan dengan pendapatan yang rendah, buta huruf, derajat kesehatan yang rendah
dan ketidaksamaan derajat antara jenis kelamin serta buruknya lingkungan hidup. Kemiskinan tidak lagi dipandang hanya sebatas kemampuan ekonomi, tetapi
kegagalan dalam memenuhi hak-hak dasar yang mengakibatkan perlakuan yang berbeda dalam menjalankan kehidupan secara bermartabat. Oleh karena itu
pemerintah berupaya keras untuk mengatasi masalah kemiskinan tersebut sehingga pembangunan dilakukan secara terus menerus termasuk dalam menentukan batas
ukur untuk mengenali siapa si miskin tersebut. Badan Pusat Statistik mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan memenuhi standar minimum kebutuhan dasar
yang meliputi kebutuhan makanan maupun non makanan. Berikut data persentase penduduk miskin di Provinsi Banten :
Tabel 4.1 Presentase Kemiskinan Provinsi Banten Tahun 2009-2012
Kabupaten Kota 2009
2010 2011
2012 kab.Pandegelang
12,01 11,4
9,8 9,27
kab.lebak 10,63
10,38 9,2
8,62 kab.tanggerang
6,55 7,18
6,42 5,71
kab.serang 5,8
6,34 5,63
5,28 kota tanggerang
6,42 6,88
6,14 5,55
kota cilegon 4,14
4,46 3,98
3,81 kota serang
6,19 7,03
6,25 5,69
kota tanggerang seelatan 2,35
1,67 1,5
1,33
Sumber : BPS Banten
Pada tabel 4.1 menunjukan terjadinya peningkatan penduduk miskin di beberapa kota di Provinsi Banten pada tahun 2010 dan pada tahun berikutnya
kembali menurun, walaupun begitu perbedaan persentase angka kemiskinan di setiap daerah yang cukup besar dapat memicu kecemburuan sosial dan konflik antar daerah
yang berdampak pada kembalinya peningkatan jumlah penduduk miskin di Provinsi Banten.
3. Produk Domestik Regional Bruto di Provinsi Banten