1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perencanaan merupakan
sebuah upaya
untuk mengantisipasi
ketidakseimbangan yang terjadi yang bersifat akumulatif. Artinya, perubahan yang terjadi pada sebuah keseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada
sistem sosial yang kemudian akan membawa sistem yang ada menjauhi keseimbangan semula. Perencanaan memiliki peran yang sangat penting dalam
proses pembangunan. Salah satu peran perencanaan adalah sebagai arahan bagi proses pembangunan untuk berjalan menuju tujuan yang ingin dicapai disamping
sebagai tolok ukur keberhasilan proses pembangunan yang dilakukan. Sedangkan pembangunan sendiri dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto PDB di tingkat nasional atau Produk Domestik Regional Bruto PDRB di tingkat daerah.
Pemerintah Indonesia menyadari bahwa pembangunan nasional adalah salah satu upaya untuk menjadi tujuan masyarakat adil dan makmur. Sejalan
dengan tujuan tersebut, berbagai kegiatan pembangunan telah diarahkan kepada pembangunan daerah khususnya daerah yang relatif mempunyai kemiskinan yang
terus naik dari tahun ke tahun. Pembangunan daerah dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan sesuai prioritas dan kebutuhan masing-masing daerah dengan
akar dan sasaran pembangunan nasional yang telah ditetapkan melalui pembangunan jangka panjang dan jangka pendek. Oleh karena itu, salah satu
2
indikator utama keberhasilan pembangunan nasional adalah laju penurunan jumlah penduduk miskin. Efektivitas dalam menurunkan jumlah penduduk miskin
merupakan pertumbuhan utama
dalam memilih
strategi atau
instrumen pembangunan. Hal ini berarti salah satu kriteria utama pemilihan sektor titik berat
atau sektor andalan pembangunan nasional adalah efektivitas dalam penurunan jumlah penduduk miskin. Pantjar Simatupang dan Saktyanu K, 2003.
Kemiskinan sendiri merupakan masalah yang menyangkut banyak aspek karena berkaitan dengan pendapatan yang rendah, buta huruf, derajat kesehatan
yang rendah dan ketidaksamaan derajat antar jenis kelamin serta buruknya lingkungan hidup Word Bank, 2004. Menurut Bank Dunia salah satu sebab
kemiskinan adalah karena kurangnya pendapatan dan aset lack of income and assets untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, perumahan
dan tingkat kesehatan dan pendidikan yang dapat diterima acceptable.
Pemerintah baik pusat maupun daerah telah berupaya dalam melaksanakan berbagai kebijakan dan program-program penanggulangan kemiskinan namun
masih jauh dari induk permasalahan. Kebijakan dan program yang dilaksanakan belum menampakkan hasil yang optimal. Masih terjadi kesenjangan antara
rencana dengan pencapaian tujuan karena kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan lebih berorientasi pada program sektoral. Oleh karena itu diperlukan
suatu strategi penanggulangan kemiskinan yang terpadu, terintegrasi dan sinergis sehingga dapat menyelesaikan masalah secara tuntas.
3
Permasalahan yang dihadapi oleh pemerintahan di Provinsi Banten tidak jauh berbeda dengan permasalahan yang terdapat di pemerintahan pusat, yaitu
tingginya angka kemiskinan dan pengangguran. Namun pemerintah daerah provinsi Banten telah memfokuskan kegiatan ekonominya pada peningkatan
Produk Domestik Regional Bruto PDRB.
Tabel 1.1 Presentase Kemiskinan Provinsi Banten Tahun 2009-2012
Kabupaten Kota 2009
2010 2011
2012 kab.Pandegelang
12,01 11,4
9,8 9,27
kab.lebak 10,63
10,38 9,2
8,62 kab.tanggerang
6,55 7,18
6,42 5,71
kab.serang 5,8
6,34 5,63
5,28 kota tanggerang
6,42 6,88
6,14 5,55
kota cilegon 4,14
4,46 3,98
3,81 kota serang
6,19 7,03
6,25 5,69
kota tanggerang seelatan 2,35
1,67 1,5
1,33
Sumber : BPS Banten
Penurunan tingkat kemiskinan di provinsi Banten dari tahun 2009 sampai tahun 2012 menunjukkan adanya indikasi program pembangunan yang dijalankan
telah berhasil. Penurunan tingkat kemiskinan ini terjadi seiring dengan peningkatan PDRB di provinsi Banten. Selama periode 2010-2011 penurunan
tingkat kemiskinan berkisar antara 2 sampai 2,5.
4
Tabel 1.2 PDRB Provinsi Banten Atas Dasar Harga Konstan 2000 Miliar
Rupiah Tahun 2009-2012
Kabupaten Kota 2009
2010 2011
2012 kab.Pandegelang
4032.4 4321.1
4547.85 4803.37
kab.lebak 3895.5
4152.2 4387.62
4607.59 kab.tanggerang
17382.1 18549.1
19725.85 20951.89
kab.serang 6850.9
7135.1 7536.1
7920.12 kota tanggerang
27562.5 29402.9
31414.1 33428.91
kota cilegon 16246.8
17111.2 18228.29
19470.57 kota serang
2678.3 2884.2
3110.51 3330.16
kota tanggerang seelatan 4947.9
5378.3 5823.83
6303.48
Sumber : BPS Banten
Produk Domestik Regional Bruto PDRB provinsi Banten digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun, sehingga arah
perekonomian daerah akan lebih jelas. PDRB juga indikator untuk mengatur sampai sejauh mana keberhasilan pemerintah dalam memanfaatkan sumber daya
yang ada dan dapat digunakan sebagai perencanaan dan pengambilan keputusan yang salah satunya untuk mengurangi jumlah kemiskinan
Seperti halnya PDRB Pendidikan pun dapat mempengaruhi setiap peningkatan maupun penurunan jumlah kemiskinan. Pendidikan adalah upaya
paling efektif untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sosial-ekonomi, kesehatan, dan gizi yang baik tidak akan dapat bertahan tanpa
adanya manusia yang memiliki pendidikan yang berkualitas. Pemerintah melakukan kebijakan wajib belajar 9 tahun untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di indonesia agar masyarakat indonesia menjadi SDM yang
5
berkualitas,selain itu juga agar dapat mengurangi kemiskinan dan yang ada dengan banyaknya orang-orang yang dapat mengenyam pendidikan untuk
merubah taraf kehidupannya.
Tabel 1.3 Persentase penduduk yang menamatkan pendidikan menegah pertama
SMP Provinsi Banten Tahun 2009-2012
Kabupaten Kota 2009
2010 2011
2012 kab.Pandegelang
13,65 15,11
16,81 17,62
kab.lebak 12,2
11,99 13,01
13,03 kab.tanggerang
19,84 22,77
21,62 23,67
kab.serang 19,35
17,48 22,00
19,86 kota tanggerang
20,04 21,69
23,38 21,01
kota cilegon 21,21
21,26 20,45
23,30 kota serang
17,75 17,34
16,36 17,79
kota tanggerang seelatan 16,77
17,68 18,75
19,48
Sumber : BPS Banten
Peningkatan persentase penduduk yang menamatkan pendidikan menegah pertama SMP di setiap daerahnya menujukan bahwa adanya indikasi kebijakan
wajib belajar 9 tahun telah berhasil. Banyak orang miskin yang mengalami kebodohan bahkan kebdohan secara sistematis. Karena itu, penting bagi kita untuk
memahami bahwa kemiskinan bisa menjadikan kebodohan dan kebodohan jelas identik dengan kemiskinan winardi, 2010.
6
Tabel 1.4 Persentase Tingkat Pengangguran Terbuka TPT Provinsi Banten
Tahun 2009-2012
Kabupaten Kota 2009
2010 2011
2012 kab.Pandegelang
10,98 11,34
11,32 9,3
kab.lebak 13,42
13,35 12,1
9,07 kab.tanggerang
15,86 14,01
14,42 11,46
kab.serang 14,45
16,19 13,29
12,96 kota tanggerang
15,57 14,09
12,89 8,31
kota cilegon 18,26
19,84 13,14
11,31 kota serang
17,55 17,11
13,84 10,8
kota tanggerang seelatan 8,17
8,22 11,98
8,07
Sumber : BPS Banten
Meskipun tingkat PDRB meningkat dan tingkat kemiskinan menurun, namun tingkat pengangguran terbuka tidak sepenuhnya menurun juga hal ini
dapat di lihat pada kota tanggerang selatan tahun 2010 yang tadinya sebesar 8,22 menjadi 11,98 pada tahun 2011. Hal ini disebabkan karena adanya peertumbuhan
penduduk yang masuk dalam usia kerja namun belum mendapatkan pekerjaan karena tidak adanya lapangan pekerjaan yang tersedia.
Dari data yang sudah di paparkan sebelumnya masalah perbedaan angka kemiskinan yang cukup besar diantara kabupatenkota di dalam Provinsi Banten
dan di tambah juga masuknya kota tanggerang selatan pada tahun 2008 karena pemekaran wilayah menegaskan adanya variasi kemiskinan antar kabupaten
dengan kota. Untuk itu diperlukan analisisa kembali kemiskinan yang terjadi di kabupatenkota. Agar dapat di ketahui perbedaan kondisi dan perkembangan
kemiskinan terutama faktor-faktor PDRB, Pendidikan, Pengangguran yang
7
mempengaruhi kemiskinan di kabupatenkota di Provinsi Banten tersebut, untuk nantinya bisa diambil kebijakan-kebijakan yang tepat agar perbedaan angka
kemiskinan antara kabupatenkota di Provinsi Banten bisa dikurangi. Sebab, jika tidak disikapi dengan kebijakan yang tepat, perbedaan angka kemiskinan yang
cukup tajam ini bisa jadi akan memicu kecemburuan sosial dan konflik di daerah sehingga nantinya dapat membuat peningkatan jumlah kemiskinan yang
semamkin besar di setiap daerahnya di Provinsi Banten.
Pada hakekatnya
pembangunan daerah dianjurkan
tidak hanya
memusatkan perhatian
pada pertumbuhan
ekonomi saja
namun juga
mempertimbangkan bagaimana kemiskinan yang dihasilkan dari suatu proses pembangunan daerah
tersebut. Menurut
Esmara dalam
ilmu ekonomi
dikemukakan berbagai teori yang membahas tentang bagaimana pembangunan ekonomi harus ditangani untuk mengejar keterbelakangan Deni tisna.2008.
Sampai akhir tahun 1960, para ahli ekonomi percaya bahwa cara terbaik untuk mengejar
keterbelakangan ekonomi
adalah dengan
meningkatkan laju
pertumbuhan ekonomi setinggi-tingginya, sehingga dapat melampaui tingkat pertumbuhan penduduk. Dengan cara tersebut angka pendapatan per kapita akan
meningkat sehingga secara otomatis terjadi pula peningkatan kemakmuran masyarakat.
Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya, maka penulis tertarik untuk mengetahui dan memahami lebih jauh seputar masalah tersebut. Oleh karena itu,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh
8
PDRB, Pendidikan Dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan Di Provinsi Banten Tahun 2009-2012.
B. Perumusan Masalah