44
Tabel 6. Jumlah Responden Petani Bawang Merah Berdasarkan Umur
Sumber : Data Hasil Olahan Penelitian
Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa persentase terbesar pada umur 26 – 45 tahun yaitu sebesar 58,2 dan pada umur 46 – 68 tahun memiliki presentase
sebesar 41,8. Departemen kesehatan 2009, mengatakan bahwa umur 26 – 45 tahun tergolong dalam kategori umur dewasa sedangkan umur 46 – 68 tergolong
dalam kategori umur lansia. Melihat perbedaan umur tersebut, maka dilakukan uji beda dua rata-rata
dimana uji ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat perbedaan rata-rata tingkat produksi antara petani dengan kategori dewasa dan lansia. Hipotesis dari uji ini
adalah sebagai berikut: H
o
: Tidak terdapat perbedaan rata-rata tingkat produksi petani dewasa dengan rata-rata tingkat produksi petani lansia
H
1
: Ada perbedaan rata-rata tingkat produksi petani dewasa dengan rata-rata tingkat produksi petani lansia.
Tabel 7. Hasil Olahan Independent Sampel Test Berdasarkan Perbedaan Umur
T Df
Sig. 2-t
ailed
Produksi Equ
al variances assumed
-.127 65
.899
Sumber: Data Primer diolah, 2014
Kelompok Umur tahun Jumlah Responden
Orang Presentase
26 - 45 39
58,2 46 - 68
28 41,8
Jumlah 67
100
45
Pada Tabel 7, dapat dilihat bahwa nilai t hitung sebesar -.127, sedangkan nilai df 65 dan nilai Sig.2-tailed 0.899. Dilihat dari nilai Sig.2-tailed
menyatakan bahwa nilai Sig. tersebut lebih besar dari taraf nyata 0.05 yang berarti terima H
o
. Artinya tidak ada perbedaan rata-rata tingkat produksi petani dewasa dengan rata-rata tingkat produksi petani lansia. Hal ini sesuai dengan Soekartawi
1993 yang menyatakan bahwa petani-petani yang lebih muda lebih miskin pengalaman dan keterampilan dari petani-petani tua, tetapi memiliki sikap yang
lebih progresif terhadap inovasi baru. Sikap progresif terhadap inovasi baru akan cenderung membentuk perilaku petani muda usia untuk lebih berani mengambil
keputusan dalam berusahatani.
5.1.2 Pengalaman Bertani
Berdasarkan pengalaman bertani, responden pada penelitian ini dikelompokan ke dalam 3 kelompok, yaitu responden pengalaman 1 – 9 tahun, 10
– 19 tahun, 20 – 40 tahun. Adapun jumlah dan presentase responden dari masing- masing kelompok umur tersebut dapat disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Tingkat Pengalaman Bertani Responden dalam Usahatani Bawang Merah di Desa Kupu
Tingkat Pengalaman Jumlah Orang
Presentase 1 - 9 tahun
8 11,9
10 – 19 tahun 17
25,4 20 – 40 tahun
42 62,7
Jumlah 67
100
Sumber : Data Hasil Olahan Penelitian
Berdasarkan Tabel 8 terlihat bahwa rata-rata responden memiliki tingkat pengalaman bertani selama 20 hingga 40 tahun. Tigkat pengalaman bertani
terendah yaitu selama satu tahun.
46
Tingkat pengamalan bertani terlihat berbeda dari sisi lamanya berusahatani oleh karena itu dilakukan uji anova satu arah dimana uji ini digunakan untuk
menguji ada tidaknya perbedaan rata-rata lebih dari dua sampel yang bersifat bebas satu sama lain. Hipotesis akan ditolak jika probabilitas 0,05
.
Adapun hipotesis yang digunakan adalah: H
o
: Tidak terdapat perbedaan rata-rata tingkat produksi antara petani dengan tingkat pengalaman 1 - 9 tahun dan pengalaman 10 – 19 tahun serta petani
dengan tingkat pengalaman 20 – 40 tahun. H
1
: Ada perbedaan rata-rata tingkat produksi antara petani dengan tingkat pengalaman 1 - 9 tahun dan pengalaman 10 – 19 tahun serta petani dengan
tingkat pengalaman 20 – 40 tahun. Tabel 9. Hasil Olahan Uji Anova Satu
Ar
ah Berdasarkan Tingkat Pengalaman Bertani
ANOVA
produksi Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Between Groups
809576.989 2
404788.495 .220
.803 Within Groups
117928517.787 64
1842633.090 Total
118738094.776 66
Sumber: Data Primer diolah, 2014
Berdasarkan Tabel 9, dapat diketahui bahwa nilai F
hitung
sebesar 0.220 dan nilai signifikan sebesar 0.803. Nilai signifikan lebih besar dibandingkan dengan
taraf nyata sebesar 0.05 0.803 0.05. yang berarti terima H
o
, hipotesis H
o
diterima artinya bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat produksi antara petani
47
dengan tingkat pengalaman 1 - 9 tahun dan pengalaman 10 – 19 tahun serta petani dengan tingkat pengalaman 20 – 40 tahun. Hal ini dikarenakan bahwa faktanya,
kondisi di lapangan kebanyakan petani memiliki ilmu bertani turun temurun dari nenek moyangnya, dimana petani di pedesaan belajar pertaniannya melalui cara-
cara yang praktis dan sederhana, sebagai contoh meniru orang tua nya, atau bahkan tetangganya yang bekerja sebagai petani sehingga tidak terdapat
perbedaan yang signifikan di antara mereka.
5.1.3 Status Kepemilikan Lahan
Status kepemilikan lahan responden dibagi menjadi tiga bagian yang terdiri dari lahan milik sendiri, sewa dan bagi hasil. Berikut sebaran distribusi
responden menurut status kepemilikan lahan petani. Tabel 10. Distribusi Status Kepemilikan Lahan Responden di Desa Kupu
Status Lahan Responden Jumlah
Persentase 100 Milik Sendiri
22 32,8
Sewa 17
25,4 Bagi Hasil
28 41,8
Jumlah 67
100
Sumber : Data Hasil Olahan Penelitian
Mayoritas lahan yang dikelola oleh petani adalah lahan dengan sistem bagi hasil, yaitu bagi hasil 10 dengan yang punya lahan. Selanjutnya lahan milik
sendiri yaitu dengan jumlah 22 orang 32,8,lahan tersebut biasanya milik keluarga petani yang sejak kecil di ajarkan bertani oleh orang tuanya, dan yang
lainnya 17 orang 25,4 ini mengelola sawahnya dengan sistem menyewa. Adapun untuk sewa lahannya dikenakan biaya sekitar 2,5 juta per tahunnya.
48
Adanya perbedaan status kepemilikan lahan tersebut menarik untuk menguji ada tidaknya perbedaan rata-rata lebih dua sampel yang bersifat bebas
satu sama lain. Hipotesis akan ditolak jika probabilitas 0,05
.
Adapun hipotesis yang digunakan adalah: H
o
: Tidak terdapat perbedaan tingkat produksi antara petani dengan lahan milik sendiri, dan petani dengan lahan menyewa serta petani dengan lahan bagi
hasil . H
1
: Ada perbedaan tingkat produksi antara petani dengan lahan milik sendiri, dan petani dengan lahan menyewa serta petani dengan lahan bagi hasil .
Pengujian hipotesis probabilitas 0,05 maka kesimpulan Tolak H
probabilitas 0.05 maka kesimpulannya Terima H Tabel 11. Hasil Olahan Anova Satu Arah Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan
ANOVA
produksi Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Between Groups
9047203.210 2
4523601.605 2.621
.081 Within Groups
110449966.193 64
1725780.722 Total
119497169.403 66
Sumber: Data Primer diolah, 2014
Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat bahwa nilai F hitung sebesar 2.621 dan F tabel sebesar 3.140 dan nilai probabilitas sebesar 0.081. Nilai probabilitas
sebesar 0.081 lebih besar dibandingkan dengan taraf nyata sebesar 0,05 sesuai dengan hipotesis awal yaitu terima H
artinya tidak terdapat perbedaan tingkat
49
produksi antara lahan milik sendiri, menyewa dan bagi hasil. Tidak adanya perbedaan tersebut dikarenakan sesuai dengan kondisi di lapangan bahwasannya
petani yang menggarap lahan baik milik sendiri, menyewa ataupun bagi hasil mereka memiliki motivasi dan kemauan yang cukup tinggi dikarenakan oleh
tekanan-tekanan di dalam keluarga seperti pemenuhan kebutuhan hidup sehingga mereka tidak membeda-bedakan lahan yang digarap baik milik sendiri, menyewa
maupun bagi hasil.
5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah di Desa
Kupu
Produksi akan suatu barang merupakan suatu fungsi yang dipengaruhi oleh banyak faktor atau variabel. Begitu pula halnya dengan produksi bawang merah,
ada beberapa faktor yang mempengaruhi produksi bawang merah. Faktor tersebut akan mempengaruhi sejauh mana tingkat produksi bawang merah, dan faktor itu
pula merupakan variabel dalam penelitian ini. Akan tetapi tidak semua variabel dapat mempengaruhi tingkat produksi bawang merah secara nyata. Berdasarkan
hasil dari analisis akan diketahui variabel apa saja yang dapat mempengaruhi produksi bawang merah secara nyata pada Desa Kupu kecamatan Wanasari
kabupaten Brebes. Pengambilan data untuk variabel penelitian ini dilakukan dengan
mengambil jumlah sampel 67 responden dari populasi sebanyak 206 petani. Adapun faktor-faktor produksi yang akan dianalisis pengaruhnya terhadap
produksi bawang merah adalah luas lahan X
1
, bibit X
2
, tenaga kerja X
3
, pupuk X
4
, pestisida cair X
5
, pestisida padat X
6
. Menganalisis faktor-faktor
50
yang berpengaruh terhadap produksi bawang merah, model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi produksi Cobb-Douglas. Berdasarkan data primer
yang telah didapatkan melalui wawancara, kuesioner dan observasi langsung dari lapangan maka data tersebut ditabulasi kemudian diolah dengan menggunakan
SPSS 14. Hasil yang diperoleh untuk perhitungan regresi berganda faktor-faktor yang mempengaruhi produksi bawang merah di desa Kupu disajikan pada Tabel
12.
Tabel 12. Hasil Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Bawang
Merah di Gapoktan Maju Bersama Variabel
Koefisien T
hitung
F
hitung
Sig Konstanta
6,982 3,500
144,533 0,001
Luas lahan 1,097
4,501 0,000
Bibit 0,365
1,546 0,127
Tenaga kerja -0,170
-0,832 0,409
Pupuk 0,058
0,475 0,636
Pestisida cair 0,008
0,120 0,905
Pestisida padat 0,058
0,990 0,326
Adjusted R
2
= 0,929 T
tabel
= 1,996 F
tabel
= 3,140 α = 0,05
Sumber : Data Primer, 2013 Diolah.
Berdasarkan Tabel 12, persamaan model regresi untuk model fungsi produksi bawang merah di desa Kupu, diperoleh persamaan sebagai berikut: