Elastisitas Produksi Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi bawang merah di Desa Kupu Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes

13 Output C Per TP Periode B I II III A Output Input Variabel Per Periode D E AP F MP Input Variabel 14 cepat dan mencapai maksimum di titik A, nilai kemiringan dari kurva total produksi adalah marginal produk. Jadi, dengan demikian pada titik tersebut berarti marginal produk mencapai nilai maksimum. Sesudah kurva total produksi mencapai nilai kemiringan maksimum di titik A, kurva total produksi masih terus menaik hingga titik B. Titik B, bila jumlah faktor produksi variabel yang digunakan ditambah, maka produksi naik dengan tingkat kenaikan yang semakin menurun, dan ini terjadi terus sampai di titik C. Pada titik C ini, total produksi mencapai maksimum, dan lewat titik ini total produksi terus semakin berkurang sehingga akhirnya mencapai titik 0 kembali. Di sekitar titik C, tambahan faktor produksi dalam jumlah yang sangat kecil tidak mengubah jumlah produksi yang dihasilkan. Dalam daerah ini nilai kemiringan kurva total sama dengan 0. Jadi, marginal produk pada daerah ini sama dengan 0. Hal ini nampak dalam gambar dimana antara titik C dan titik F terjadi pada tingkat penggunaan faktor produksi yang sama. Lewat dari titik C, kurva total produksi menurun, dan berarti marginal produk menjadi negatif. Dalam gambar juga terlihat bahwa marginal produk pada tingkat permulaan menaik, mencapai tingkat maksimum pada titik D titik di mana mulai berlaku hukum the law of diminishing return, kemudian menurun kembali. Marginal produk menjadi negatif setelah melewati titik F, yaitu pada waktu total produksi mencapai titik maksimum di C. Rata-rata produksi pada titik permulaan juga nampak menaik dan akhirnya mencapai tingkat maksimum di titik E, yaitu pada titik dimana marginal produk dan rata-rata produksi sama besar. Satu hubungan yang perlu diperhatikan ialah marginal produk lebih besar 15 dibanding dengan rata-rata produksi bilamana rata-rata produksi menaik, dan lebih kecil bilamana rata-rata produksi menurun. Gambar tersebut dapat membagi suatu rangkaian proses produksi menjadi tiga daerah , yaitu daerah I, II, dan III. Daerah I meliputi daerah penggunaan faktor produksi di sebelah kiri titik E, dimana rata-rata produksi mencapai titik maksimum. Daerah II meliputi daerah penggunaan faktor produksi di antara titik E dan F, dimana marginal produk di antara titik E dan F marginal produk dari faktor produksi variabel adalah 0. daerah III meliputi daerah penggunaan faktor produksi di sebelah kanan titik F, dimana marginal produk dari faktor produksi adalah negatif. Sesuai dengan daerah tersebut, maka jelas seorang produsen tidak akan berproduksi pada daerah III, karena dalam daerah ini ia akan memperoleh hasil produksi yang lebih sedikit dari penggunaan faktor produksi yang lebih banyak. Ini berarti produsen tersebut bertindak tidak efisien dalam pemanfaatan faktor produksi. Daerah I, rata-rata produksi dari faktor produksi meningkat dengan semakin ditambahnya faktor produksi tersebut. Jadi, efisiensi produksi yang maksimal akan terjadi pada daerah produksi yang ke II Ari Sudarman, 1999. 16

2.5 Penelitian Terdahulu

Keseluruhan hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu dapat dijadikan dasar dan bahan pertimbangan dalam mengkaji penelitian ini. 1. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Widyananto 2010, “Analisis Penggunaan Faktor-faktor Produksi Pada Usahatani Bawang Putih”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat pengaruh faktor-faktor produksi terhadap jumlah produksi bawang putih, serta untuk menganalisis tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi dalam usahatani bawang putih di kecamatan Sapuran, kabupaten Wonosobo. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode snow ball sampling. Responden dalam penelitian ini adalah petani bawang putih di kecamatan Sapuran yang berjumlah 99 orang. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda dan uji efisiensi untuk manganalisis data penelitian ini. Berdasarkan pengolahan data diperoleh hasil bahwa semua varibel yang secara signifikan mempengaruhi produksi bawang putih yaitu variabel luas lahan X 1 , bibit X 2 , pupuk X 3 , dan variabel tanaga kerja X 4 signifikan dalam mempengaruhi produksi bawang putih. Nilai rata-rata efisiensi teknis petani bawang putih adalah 0,58 dan nilai efisiensi harganya adalah 2,018. Nilai efisiensi ekonominya adalah 1,170. Nilai efisiensi teknis, efisiensi harga, dan efisiensi ekonomi tidak sama dengan satu, artinya tidak efisien sehingga perlu penambahan penggunaan faktor produksi. 17 Selain itu dengan adanya kondisi usahatani yang menunjukkan skala hasil yang meningkat maka dapat dikatakan bahwa kondisi usahatani bawang putih di daerah penelitian ini layak untuk dikembangkan atau dilanjutkan. Dalam proses produksi bawang putih, tingkat kesuburan tanah juga perlu diperhatikan karena lahan yang digunakan untuk penanaman bawang putih digunakan secara bergantian untuk menanam tanaman lain. 2. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Gunistiyo 2009 , “Identifikasi Faktor-Faktor Utama yang Berpengaruh Pada Efisiensi Usahatani Bawang Merah Di Desa Sisalem Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes” Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keuntungan usahatani bawang merah, mengetahui batas produksi bawang merah, mengetahui pengaruh faktor produksi dan efisiensi yang terdiri atas lahan, bibit, tenaga kerja, dan pupuk terhadap produksi bawang merah, dan untuk mengetahui mekanisme pemasaran hasil usaha tani yang lebih efektif dan efisien di Desa Sisalem kecamatan Wanasari kabupaten Brebes. Berdasarkan hasil analisis usaha tani di desa Sisalam kecamatan Wanasari kabupaten Brebes Tahun 2009 dapat disimpulkan usaha tani bawang merah di desa Sisalam kecamatan Wanasari kabupaten Brebes menguntungkan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil analisis BC ratio diperoleh rata-rata yang lebih besar dari 1, yaitu sebesar 1,52. Berdasarkan analisis break event point dapat diketahui bahwa jumlah produksi bawang merah selama ini sudah melebihi titik impas, yaitu dengan rata-rata titik impas sebesar 3.024,10 kg per hektar atau Rp13.608.438,78. Dengan demikian dapat disimpulkan tingkat produksi bawang merah pada usaha tani bawang merah di desa Sisalam