maupun yang dikelola industri itu sendiri Djojonegoro, 1999. Salah satu bentuk hubungan timbal balik tersebut adalah pihak dunia usahaindustri harus dapat
merumuskan standar kebutuhan kualifikasi SDM yang diinginkan, untuk menjamin kesinambungan usaha atau industri tersebut. Sedangkan pihak lembaga sekolah akan
menggunakan standar tersebut sebagai acuan dalam mengembangkan program keahlian
dan kurikulum,
sedangkan pihak
birokrat pemerintah
akan menggunakannya sebagai acuan dalam perumusan kebijakan dalam pengembangan
SDM secara makro. Salah satu pemikiran yang telah dirumuskan adalah dipergunakan model
standar kompetensi untuk acuan pengembangan SDM. Standar kompetensi program keahlian merupakan refleksi atas kompetensi yang diharapkan dimiliki seseorang
yang akan bekerja di bidang tersebut. Karena itu pengembangan standar kompetensi adalah hal yang sangat menjanjikan bagi strategi pengembangan dunia usaha melalui
institusi pendidikan Djojonegoro, 1999.
2.8. Penelitian Sebelumnya
Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan industri kecil pada umumnya terdiri dari 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Meskipun demikian hasil penelitian tersebut terutama faktor internal dapat dijadikan sebagai rujukan dalam penelitian tentang perencanaan pendidikan kejuruan berbasis
pengembangan industri kecil.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Indarti dan Langenberg dalam Riswidodo 2007, dalam penelitiannya tentang usaha kecil dan menengah di Indonesia menjelaskan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kesuksesan usaha khususnya usaha kecil dan menengah adalah umur pengusaha, jenis kelamin, pengalaman usaha, tingkat pendidikan yang merupakan
faktor pengusaha. Dari hasil analisis diperoleh bahwa tingkat pendidikan dan sumber dana berpengaruh secara signifikan terhadap kesuksesan usaha.
Hasil penelitian Tambunan 2008, mangatakan bahwa daya saing perusahaan ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya adalah keterampilan atau tingkat
pendidikan pekerja, keahlian pengusaha, ketersediaan modal, ketersediaan teknologi. Dengan demikian faktor pendorong daya saing perusahaan adalah sumber daya
manusia SDM baik pekerja maupun pengusaha dan prasyarat utama untuk meningkatkan daya saing perusahaan adalah pendidikan, modal, teknologi, informasi
dan input krusial lainnya. Jaffaruddin 2006, mengatakan bahwa pengalaman kerja, upah dan jaminan
sosial berpengaruh positif terhadap produktivitas tenaga kerja pada PT. Pabelan Surakarta. Peningkatan produktivitas dengan model regresi diketahui pengaruh
variabel pengalaman kerja, upah dan jaminan sosial yang hasilnya r = 50 ini menunjukkan adanya pengaruh yang cukup besar antara pengalaman kerja, upah dan
jaminan sosial terhadap produktivitas yang dapat dijelaskan oleh variabel penjelasnya, sedangkan sisanya sebesar 50 dapat dijelaskan oleh varaibel yang lain
diluar model penelitian. Peningkatan produktivitas ini dengan sendirinya akan
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
meningkatkan tingkat efisiensi dan efektifitas perusahaan, sehingga dengan sendirinya akan meningkatkan pendapatan.
Demikian juga hasil penelitian Purwaningsih 2006, menemukan bahwa pelatihan dan pengalaman kerja berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas
tenaga kerja pada PT. Batik Keris Sukoharjo. Dari tabel Model Summary R Square diketahui nilai uji determinasi sebesar 0,786. Dapat dikatakan bahwa pengaruh
Pelatihan dan Pengalaman Kerja terhadap Produktivitas Tenaga Kerja adalah sebesar 78,6.
Hasil penelitian Syarif 2007, menunjukkan bahwa pendidikan formal, status kesehatan, masa kerja, dan jam kerja berpengaruh positif dan signifikan, baik
terhadap produktivitas maupun terhadap upah pada industri udang beku di Kota Makassar. Pendidikan formal, status kesehatan, masa kerja, dan jam kerja
berpengaruh positif dan signifikan, baik secara langsung direct effect terhadap upah maupun secara tidak langsung indirect effect terhadap upah melalui produktivitas
pekerja. Sukarti 2007, menyimpulkan permasalahan UKM yang sangat krusial secara
internal yang terdiri dari masalah terbatasnya kepemilikan aset produksi, rendahnya kemampuan SDM, dan kelembagaan usaha belum berkembang secara optimal.
Kelemahan tersebut dapat dikatakan sebagai sebuah lingkaran yang saling mempengaruhi. Oleh karena itu peningkatan kualitas SDM supaya terampil,
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
berpengetahuan dan memiliki etos, serta komitmen moral yang tinggi perlu dilakukan terus menerus untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Setyaningsih 2008, menyimpulkan bahwa berdasarkan hasil analisa faktor- faktor penyebab ketidakterserapan tenaga kerja tamatan SMK dan kompetensi yang
dibutuhkan oleh pasar kerja di Surabaya, dapat digambarkan bahwa untuk mengantisipasi kebutuhan perlu adanya kesesuaian antara program keahlian yang ada
di SMK dengan sektor-sektor yang memberi peluang dalam memasuki dunia kerja. Adapun faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam hal ketenagakerjaan ini
adalah jumlah ketersediaan dan keterserapannya, sehingga terjadi keseimbangan antara permintaan dan penawaran. Keberadaan SMK dengan program keahlian yang
sesuai dengan permntaan maka dapat diharapkan mengatasi ketidakterserapan tenaga kerja tamatan SMK serta masalah pengangguran yang semakin meningkat di kota
Surabaya.
2.9. Kerangka Konseptual