Kriminalisasi Sengketa Pers di Indonesia

Fransiska Delima Silitonga : Analisis Kekuatan Surat Perjanjian Perdamaian Dibawah Tangan Dalam Kasus Penyelesaian Sengketa Pers Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999, 2009. 54 yang sempurna dan mengikat tersebut bukannya tidak dapat berubah status kekuatan dan pemenuhan syarat batas minimalnya. Akta Otentik dapat saja mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna serta batas minimalnya dapat berubah menjadi bukti permulaan tulisan atau begin van bewijs bij geschrifte yaitu apabila terhadapnya diajukan bukti lawan atau tegenbewijs yang setara dan menentukan. Jadi yang perlu dipahami disini adalah bahwa bukti Akta Otentik tersebut adalah bukti yang sempurna dan mengikat namun tidak bersifat menentukan atau beslissend atau memaksa atau dwinged. Disinilah kedudukan yang sebenarnya dari akta Otentik dalam sistem hukum pembuktian.

D. Kriminalisasi Sengketa Pers di Indonesia

Selama era reformasi ini, pidana penjara bagi kalangan pers terkait dugaan pencemaran nama baik, nampaknya bakal sering terjadi. Meski dinilai berlebihan, pidana atas wartawan ternyata membayangi para kuli tinta. Sudah tentu bagi kalangan pers dan media, sanksi berupa denda dianggap lebih baik bagi kasus yang melibatkan pers ketimbang pidana penjara. Dengan menyatakan pendapat, seseorang, tidak pantas dipenjarakan, bahkan sekalipun itu menyangkut pencemaran Hama baik. Sanksi berupa denda dinilai cukup. Jika denda dianggap kurang memuaskan, penggugat masih bisa menuntut secara perdata. Namun terbukti, saat ini ada sejumlah wartawan dan penulis yang bernasib menyedihkan. Risang, wartawan Radar Yogya, adalah salah satu contoh wartawan Fransiska Delima Silitonga : Analisis Kekuatan Surat Perjanjian Perdamaian Dibawah Tangan Dalam Kasus Penyelesaian Sengketa Pers Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999, 2009. 55 yang mengalami nasib buruk ini. la terpaksa mendekam di penjara selama enam bulan, karena terbukti melakukan tindak pidana menista dengan tulisan secara berlanjut, sebagaimana diatur dalam pasal 310 ayat 2 dan Pasal 64 ayat 1 KUHP. Dia divonis akibat pemberitaan di Surat kabar tempat is bekerja, mengenai kasus pelecahan seksual oleh Direktur Utama Harian Kedaulatan Rakyat, H. Soemadi M. Wonohito, terhadap karyawannya. Risang baru akan dibebaskan pada 7 Juni mendatang. 49 Kasus Bersihar Lubis adalah contoh lainnya. Penulis yang sering muncul dalam kolom di Koran Tempo tentang pelarangan dan pembakaran buku-buku bersejarah oleh Kejaksaan Agung itu dijatuhi hukuman masa percobaan selama tiga bulan. Bila melanggar hukum dalam periode tiga bulan itu, niscaya ia akan dipenjara selama sebulan” 50 Pertumbuhan pers pasea-reformasi memang sangat pe g at. Selama 30 tabors hingga menjelang perubahan politik pada medio Mel 1998. Menurut tokoh pers nasional Jakob Oetama, pers yang lulus seleksi ketat dari monopoli kriteria rezim Orde Baru hanya bedumlah 289 buah. Terhadap kebebasan pers, peran dan intervensi negara era Orde Baru memang amat menonjol . 51 Sudah tentu, yang juga menonjol dalam perkembangan ekonomi kapitalis 49 Kasus pelecehan seksual oleh Direktur Utama Harian Kedaulatan Rakyat, H. Soemadi M. Wonohito, terhadap karawannya, menista dengan tulisan secara berlanjut, sebagaimana diatur dalam Pasal 310 ayat 2 dan pasal 64 ayat 1 KUHP. Dia divonis akibat pemberitaan di Surat kabar yang dilakukan oleh Risang, wartawan Radar Yogya. 50 Catalan Kasus Bersihar Lubis, dalam catatan Tempo Edisi 3 Maret 2008, halaman 34 51 Jakob Oertama, Kebebasan Pers Peran dan Intervensi Negara Era Orde Baru, berdasarkan laporan Oepartemen Penerangan melaporkan selama era reformasi, terdapat 1.800-2.000 izin penerbitan pers pada periode sejak mundurnya Soerhato, Mei 1998 sampai 1999. Fransiska Delima Silitonga : Analisis Kekuatan Surat Perjanjian Perdamaian Dibawah Tangan Dalam Kasus Penyelesaian Sengketa Pers Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999, 2009. 56 selama Orde Baru, adalah intervensi negara yang disertai oleh kecenderungan ke arah pemusatan kekuasaan politik dan ekonomi di tangan Presiden. Ini juga telah mempengaurhi `kualitas intervensi, antara lain dengan munculnya kebijakankebijakan ekonomi yang menguntungkan para. kapitalis birokrat, kapitalis kroni, serta para pengusaha anggota keluarga alm Presiden Soeharto. Pemusatan modal dan usaha dengan demikian bertumpu pada para konglemerat yang menjadi kroni, pada anggota keluarga presiden dan sejumlah kapitalis birokrat. Bisnis mereka kemudian juga merambah pers dan media. Bahkan mereka kemudian menentukan sebagian wajah pers dan media kita waktu itu, tanpa kontrol demokratis seperti saat ini. Dibandingkan era Orde Baru, era pasca reformasi di taun 1999, ternyata telah lahir 582 Surat izin terbit media massa baru. Suatu jumlah yang dua kali lipat dibandingkan jumlah yang pernah muncul dalam kurun 30 tahun sebelumnya. 52 Karena itu, di tengah kecenderungan buruk ini, dalam menjalankan Berbeda dengan hitungan Jakob Oetama, Angela Ramano menyebutkan bahwa Departemen Penerangan melaporkan selama era reformasi, terdapat 1.800- 2.000 izin pener-bitan pers pada periode sejak mundurnya Soeharto, Mei 1998 sampai 1999. Namun di balik kebebasan pers yang muncul di era reformasi, kalangan pers sepertinya harus bersikap lebih cermat, akurat, dan hati-hati. Meski fungsi pers sebagai kontrol demokratis di era ini semakin menonjol, namun kalau kalangan wartawan dianggap salah menulis atau mencemarkan nama baik seseorang, bisa langsung diadili. Selama ini penegak hukum cenderung mengesampingkan Undang-undang Pers dalam menyelesaikan sengketa yang melibatkan insan pers. Artinya, di sini terjadi kriminalisasi pers. 52 ibid Fransiska Delima Silitonga : Analisis Kekuatan Surat Perjanjian Perdamaian Dibawah Tangan Dalam Kasus Penyelesaian Sengketa Pers Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999, 2009. 57 profesinya, kalangan pers dituntut terus meningkatkan profesionalisme mereka dan memperkuatnya dengan penerapan kode etik yang ketat. Bersamaan dengan itu, sudah tentu, dialog dan sikap saling mengerti antara pers, negara, masyarakat dunia usaha, harus terus diperdalam dan diperluas, untuk menghindari terjadinya praktik saling menyalahkan, situasi sudah menuntut demikian.

E. Pers Dilindungi Dengan Undang-Undang Pokok Pers