Fransiska Delima Silitonga : Analisis Kekuatan Surat Perjanjian Perdamaian Dibawah Tangan Dalam Kasus Penyelesaian Sengketa Pers Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999, 2009.
105
yang melakukan advokasi melalui wakil seperti pengacara.
113
B. Masyarakat Makin Sadar Menggunakan Undang-undang Pers
Perkembangan pers akibat terjadinya reformasi di Indonesia jelas sangat berkembang. Berbagai Media Cetak dan Elektronik bertumbuhan di Tanah air. Sejak
aturan SIUPP atau Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers dihapuskan, tidak terhitung berbagai Koran, Tabloid dan Majalah terbit di Indonesia. Hingga saat ini, Dewan Pers
telah menerima banyak pengaduan masyarakat terkait pelanggaran pemilu yang baru saja usai. Dewan Pers misalnya menerima pengaduan seorang caleg dari Padang dan
Batam. Caleg tersebut mengadu karena Pers melakukan pencemaran nama baik. Dua tahun terakhir ini jumlah pengaduan yang diterima Dewan Pers
meningkat. Sejak tahun 2000 ketika Dewan Pers indenpenden didirikan, sudah lebih dari 2000 pengaduan yang masuk. Tahun lalu 2008 ada sekitar
424 pengaduan, dari sebelumnya 2007 mencapai 319. Jumlahnya memang meningkat terus. Selama Januari hingga Maret 2009 ini, jumlah pengaduan
telah mencapai 142 buah. Ini menunjukkan bahwa masyarakat makin mengetahui hak mereka dan mereka menggunakan Undang-undang Pers bila
merasa dirugikan. Ini tentu sebuah perkembangan yang bagus.
114
Sebagian besar adalah pelanggaran etika jurnalistik. Karena media, wartawan tidak memahami kaidah jurnallstik sehingga mereka menulis sepihak, tanpa ada
verifikasi kepada nara sumber. Ini yang paling banyak. Waktu pilkada misalnya, banyak calon yang bertarung menggunakan media untuk merusak atau
113
Ibid
114
Sujarwito, Perkembangan Pers di Indonesia Pasca Reformasi, Jakarta, Media Bangsa, 2006, halaman 6.
Fransiska Delima Silitonga : Analisis Kekuatan Surat Perjanjian Perdamaian Dibawah Tangan Dalam Kasus Penyelesaian Sengketa Pers Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999, 2009.
106
menghancurkan saing politiknya. Ini banyak terjadi di daerah. Dan banyak media yang menjadi kuda tunggang calon tertentu.
Hal ini tentu sangat kita sayangkan, karena media tidak melakukan kegiatan jurnalistik yang sebenarnya dan menjadi alai politik tertentu. Di Jakarta, ada media
yang didirikan untuk memeras. Ada media yang menggunakan nama lembaga negara seperti Koran atau media yang bernama KPK dengan kepanjangan yang beda.
Di Batam Dewan Pers menerima pengaduan untuk koran bernama Investigasi. Koran ini memuat berita yang melanggar kode etik karena langsung menghakimi
orang. Judulnya, Caleg PPP Bohongi Warga, Terima Puluhan Rupiah Satu Tahun, Urusan Tidak Selesai. Ini berita menghakimi dan melanggar kode etik jurnalistik.
Karena itu kami meminta koran mencabut berita itu dan memuat permohonan maaf. Berita tidak boleh menghakimi tanpa bukti. Kata membohongi itu jelas menghakimi
dan bisa dipidana dengan denda maksimal Rp. 500 juta, Ujar Sofyan Tahir dari Biro Hukum DPC PPP Batam”
115
Sebaiknya pihak yang merasa dirugikan tidak terburu-buru melapor ke polisi dan menggunakan KUHP. Karena pers memiliki mekanisme yang telah
ditetapkan dalam Undang-undang Pers. Jika telah diselesaikan melalui Undang-undang Pers, pelapor juga diharapkan tidak meneruskannya ke polisi.
Memang pada saat melapor, ada persetujuan kedua boleh pihak bahwa persoalan akan selesai di Dewan Pers saja, dan tidak ada alasan lagi bagi
penggugat untuk mengadukan kasusnya ke polisi. Tapi dalam banyak hal, Sedangkan Muhammad Basrah sebagai pengamat pers di Batam menilai
bahwa kasus sengketa pers hendaknya diselesaikan dengan Undang-Undang pers, sehingga untuk ke depan tidak akan terjadi lagi tindakan kriminalisasi pers.
115
Ibid
Fransiska Delima Silitonga : Analisis Kekuatan Surat Perjanjian Perdamaian Dibawah Tangan Dalam Kasus Penyelesaian Sengketa Pers Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999, 2009.
107
penggugat mengajukan masalahnya ke polisi. Kalau itu terjadi, kita akan mengajukan saksi ahli yang akan menjelaskan ketentuan dan kekuatan tentang
perdamaian serta penjelasan Undang-Undang Pokok Pers kepada Aparat Penegak Hukum.
116
Pengaduan masyarakat mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari faktor-faktor : Pertama, bukti masyarakat makin sadar menggunakan Undang-Undang
Pers jika dicemarkan nama baiknya, Kedua, mungkin juga karena makin banyak Pers tidak jelas. Pers tidak jelas ini makin tidak punya tempat dalam masyarakat dan
Dewan Pers memperoleh wewenang menyelesaikan sengketa media dan masyarakat sesuai Pasal 15 Undang-undang Pers. Dalam hal semacam itu maka
Dewan Pers berusaha selalu melakukan mediasi, sebab dengan jalan ini tidak ada orang yang merasa dikalahkan atau dimenangkan. Proses yang kita capai adalah win-
win solution. Kalau kita temukan media melakukan kesalahan, kita kenakan sanksi sesuai etika jurnalistik. Sanksi itu bisa dilakukan oleh Pemimpin Redaksi dan juga
organisasi pers. Dalam hal sengketa, bila menemukan kesalahan di pihak pers, maka korban
pemberitaan pers meminta pers hendaknya memenuhi kewajibannya untuk melayani hak jawab dan meminta maaf Jika pers tidak meminta maaf, maka bisa dibawa ke
hukum pidana. Perlu diketahui, Dewan Pers adalah dewannya masyarakat, yang harus menjamin hak publik tidak diinjak oleh pers. Tapi di satu pihak, masyarakat banyak
berharap agar Dewan Pers harus menjamin kebebasan pers, namun sayangnya, Dewan Pers tidak punya wewenang untuk menindak.
116
Ibid
Fransiska Delima Silitonga : Analisis Kekuatan Surat Perjanjian Perdamaian Dibawah Tangan Dalam Kasus Penyelesaian Sengketa Pers Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999, 2009.
108
mereka hanya jadi kuda tunggang pihak tertentu. Dewan Pers berharap agar masyarakat menggunakan Undang-undang Pers ini
bila menghadapi masalah dengan media massa. Kita juga berharap agar polisi, ketika menerima pengaduan, harus melihat apakah pengaduan itu menyangkut hukum
pidana pencemaran atau tidak. Kalau soal pemberitaan maka kasus itu sebaiknya masuk etika menggunakan Undang-undang Pers.
Untuk itu, Ketua Mahkamah Agung MA beberapa waktu lalu juga telah mengeluarkan surat edaran kepada semua hakim yang berisi, kalau menerima
pengaduan, pengadilan hendaknya ineminta pertimbangan dewan pers untuk.
menilainya. Kalau ada pengaduan, maka diharapkan polisi mengutamakan Undang-
undang Pers.
117
Kepolisian Daerah Jawa Timur dan Metro Jaya memeriksa para jurnalis terkait dugaan pencemaran nama anak Presiden Soesilo Bambang
Yudhoyono, Edhie Baskoro Yudhoyono. Pemeriksaan ini berkaitan dengan pemberitaan mengenai pembelian suara oleh talon anggota legislatif Partai
Demokrat, Edhie Baskoro Yudhoyono. Dalam berita itu, Jakarta Globe, Okezone.com dan harian Bangsa di Pnorogo, Jawa Timur, menulis bahwa
Ibas panggilan Edhie Baskoro Yudhoyono membagi-bagikan uang Rp.100.000,- kepada masyarakat di daerah pemilihannya di Pnogoro, Jawa
Timur. C. Pergunakan Hak Jawab Datum Sengketa Pers
118
Sementara menurut versi Edhie Baskoro, yang bersangkutan tak pernah ke
117
Surat edaran Makamah Agung MA yang meminta kepada semua hakim agar kalau menerima pengaduan dan sengketa pers di pengadilan hendaknya meminta pertimbagnan dewan. pers
118
Berita itu dikutip dart pernyawn Ketua Panitia Pengawas Perailu Jawa Timur, Arif Supriyadi, Pada hari Selasa, 7 April 2009 di harian Bangsa Surabaya edisi 8 April 2009; halarnan 2
Fransiska Delima Silitonga : Analisis Kekuatan Surat Perjanjian Perdamaian Dibawah Tangan Dalam Kasus Penyelesaian Sengketa Pers Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999, 2009.
109
Ponogoro dan tak pernah membagikan uang seperti ang dituduhkan atas dirinya itu. Karena pemberitaan itu, ketiga media dijerat dengan pasal pencemaran nama baik
seperti diatur pasal 310 dan 311 Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUBP dan pasal. 27 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi clan Transaksi
Elektronik, dan melanggar larangan pemberitaan kampanye di masa tenang sebagaimana. diatur Pasal 89 Undang-undang Nomor 10 tahun 2008 Tentang
Pemilihan Umum. Para jurnalis media tersebut terancam oleh pasal-pasal itu dan mereka dapat dijatuhi hukuman paling berat 6 tahun penjara.
Aliansi jurnalis Indonesia menilai tindakan manjerat tiga media itu telah melanggar prosedur penanganan perkara Pers. Undang-undang Nomor 40 Tahun
1999 Tentang Pers, yang mengatur agar setiap orang yang dirugikan oleh pemberitaan menggunakan Hak Jawab sesuai pada 5 Undang-undang Pers. Selain itu,
Dewan Pers sudah membuat Pedoman Hak Jawab, dimana mereka yang dirugikan oleh pemberitaan, wajib menempuh Hak Jawab sebelum membawa kasusnya ke jalur
peradilan.
119
Pedoman itu mengatakan bahwa apabila masih timbul sengketa, setelah Hak Jawab dilayani, mereka dapat mengadu ke Dewan Pers. Dewan Pers akan
membantu mediasi kedua pihak. Apabila mediasi tidak mencapai mufakat, maka Dewan pers akan memeriksa tulisan jurnalis yang bersangkutan dan
mengeluarkan Surat Pernyataan Penilaian dan Rekomendasi. Apabila Dewan pers menilai tulisan tersebut melanggar hukum, maka kasusnya barn bisa
diselesaikan lewat jalur peradilan. Karena Edhie Baskoro Yudhoyono, pihak yang dirugikan oleh pemberitaan oleh ketiga media tersebut, belum
menempuh Hak Jawab ataupun mengadukan ke Dewan Pers, menurut kami
119
Siaran Pers Margiono Ketua Umum AJI dan Nezar Patric, koordinator divisi Advokasi, Jakarta, 8 april 2009. Aji adalah singkatan Asosiasi jurnalis Indonesia.
Fransiska Delima Silitonga : Analisis Kekuatan Surat Perjanjian Perdamaian Dibawah Tangan Dalam Kasus Penyelesaian Sengketa Pers Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999, 2009.
110
kepolisian tidak boleh memeriksa perkara ini. Apabila polisi tetap memeriksa perkara ini, sama artinya polisi melecehkan Undang-undang Nomor 40 Tahun
1999 dan Dewan Pers.
120
D. Kemerdekaan Pers dan Komitmen Elit Politik