Fransiska Delima Silitonga : Analisis Kekuatan Surat Perjanjian Perdamaian Dibawah Tangan Dalam Kasus Penyelesaian Sengketa Pers Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999, 2009.
112
dan elit politik, untuk itu mendewasakannya, Pers hares ter-us menerus radar diri bahwa kiner anya masih jauh dari sempuma sehingga hares
melakukan pembenahan yang menyeluruh, terutama dalam segi standar profesionalisme dan etika, dilengkapi pula dengan pembenahan
manajerial. J ika pers bersalah, tegurlah dengan proporsional termasuk menggnakan perangkat hukum yang mengatur pers, dalam hal ini
Undang-Undang Pers, dengan niat konstruktif, dan bukan dengan keinginan tersembunyi untuk membatasi ruang gerak pers lewat berbagai cara.
Kedua, haruslah pula dipahami bahwa sisi lemah yang dibawa oleh kemerdekaan pers seyogianyalah masih dapat ditoleransi dibandingkan manfaat
yang dihadirkannya. Berbagai literatur telah menguraikan manfaat ini dengan panjang lebar, yang apaibla dirinci menunjukkan bahwa pers yang merdeka
akan memainkan peran sebagai forum dialog yang demokratis, termasuk memberikan kesempatan bagi suara yang selama ini mungkin terabaikan,
sebagai sumber infarmasi yang berharga, sebagai pelengkap atau bahkan bisa pula menjadi alai utama bagi proses pendidikan, serta sebagai alat kontrol yang
efektif terhadap kineda penguasa dan proses pernbangunan.
122
E. Penyelesaian Sengketa Menurut Undang-Undang Pers dan Kode Etik
Atau dalam rumusan Presiden Bank Dunia James D. Wolfensohn yang khusus menyiapkan artikel untuk dalam kaitan dengan Hari Kebebasan Pers Sedunia tahun
ini, Tiada lagi keraguan bahwa sumbangsih media sangatlah tak ternilai untuk
mencapai kemajuan ekonomi, memerangi korupsi, membuat keseimbangan antara, si
kaya dan si miskin, dan lebih dari itu, mengurangi kemelaratan di muka bumi.
Dalam Undang-undang Pers maupun aturan main yang di sepakati dan dirumuskan dewan pers bersama DPR dan berbagai kelompok masyarakat terkait
dalam sidang tanggal 6 Juni 2000, Komisi 1 DPR sependapat dengan saran Dewan Pers mengenai penyelesaian kasus konflik media dengan publik ditempuh melalui 3
jalur; Pemenuhan Hak Jawab nara sumber oleh media pers, sesuai dengan Undang-
122
Ibid
Fransiska Delima Silitonga : Analisis Kekuatan Surat Perjanjian Perdamaian Dibawah Tangan Dalam Kasus Penyelesaian Sengketa Pers Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999, 2009.
113
undang Nomor 40 Tahun 1999 Pasal 5 ayat 2 dan Kode Etik Wartawan Indonesia atau KEWI butir ketujuh, Pengaduan melalui Dewan Pers Undang-Undang Nomor
40 Tahun 1999 Pasal 15 ayat 2, Jalur Pengadilan. Dalam menjalankan peran dan fungsinya, pers wajib memberi akses yang
proporsional kepada masyarakat untuk ikut berpartisipasi memelihara kemerdekaan pers dan menghormati Hak Jawab yang dimiliki masyarakat.
Dalam Peraturan Dewan Pers, hak jawab didefinisikan sebagai hak seseorang, sekelompok orang, organisasi atau badan hokum untuk menanggapi dan
menyanggah pemberitaan atau kaya jurnalistik yang melanggar Kode Etik Jurnalistik, terutama kekeliruan dan ketidaktahuan fakta, yang merugikan
nama baiknya kepada pers yang mempublikasikan. Hak jaab berisi sanggahan dan tanggapan dari pihak yang dirugikan. Hak jawab berfungsi; Memenuhi
hak masyarakat untuk mendapatkan informasi yang akurat, Menghargai martabat dan kehormatan orang yang merasa dirugikan akibat pemberitaan
pers, Mencegah atau mengurangi munculnya kerugian yang lebih besar bagi masyarakat dan pers dan sebagai bentuk pengawasan masyarakat terhadap
pers.
123
Mekanisme yang lain dapat ditempuh oleh musyarakat atau pihak yang merasa dirugikan oleh pemberitaan media cetak-selain penyelesaian langsung dengan
pers yang bersangkutan adalah mengajukan permasalahannya kepada dewan pers. Undang-undang Pers, khususnya pasal 15 ayat 2, telah secara tegas dan khusus
memberikan tujuh fungsi kepada dewan pres, melindungi kemerdekaan pers dari campur tangan pihak lain, Melakukan pengkajian untuk pengembangan kehidupan
pers, menetapakan dan mengawasi pelaksanaan kode etik jurnalistik, Memberikan, mempertimbangkan dan mengupayakan penyelesaian pengaduan masyarakat atas
kasus-kasus yang berhubungan dengan pemberitaan pers, mengembangkan
123
Ketentuan ketentuan yang mengatur tentang hak jawab diatur dalam Peraturan Dewan Pers Nomor 9Peraturan-DPX2008 tentang Pedoman Hak Jawab.
Fransiska Delima Silitonga : Analisis Kekuatan Surat Perjanjian Perdamaian Dibawah Tangan Dalam Kasus Penyelesaian Sengketa Pers Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999, 2009.
114
komunikasi antar pers, masyarakat dan pemerintah, memfasilitasi organisasi organisasi pers dalam menyusun peraturan peraturan di bidang pers dan
meningkatkan kualitas profesi kewartawanan dan Mendata perusahaan pers. Tugas dewan pers adalah sebagai mediator antara masyarakat dan pers.
Dewan pers ini merupakan lembaga yang melakukan pengawasan terhadap penegakan etika pers, sedangkan sanksi pelanggarannya menjadi tanggung
jawab perusahaan atau organisasi pers. Karena itu, dewan pers tidak beker a pads ranah hukum. Walau demikian, Dewan Pers dapat merekomendasikan
kepada perusahaan pers atau organisasi pers tersebut untuk memberikan sanksi kepada wartawan yang terbukti melakukan pelanggaran kode etik
jurnalistik, berupa teguran keras, skorsing, atau pemecatan.
124
Sepanjang tahun 2008, Lembaga Bantuan Hukum Pers LBH Pers mencatat kondisi kebebasan pers di Indonesia sangat memprihatinkan. Sejak 1998 reformasi
digulirkan bukannya kebebasan pers semakin membaik, pads tahun 2008 justru kondisi pers di Indonesia mengalami kemunduran yang signifikan. Kasus-kasus
kekerasan fisik dan non fisik terhadap juralis masih dominan, hal ini menjadi Dewan Pers akan menguji dan mengkaji pengaduan yang terkait dengan
pemberitaan atau karya jurnalistik untuk kemudian memberikan penilaian mengenai kualitas berita tersebut. Jika diperlukan, dewan pers akan mengundang redaksi yang
bersangkutan untuk menjawab pertanyaan atau membela diri. Selanjutnya akan apakah berita yang dimaksud telah melanggar etika, atau sekedar tidak akurat.
Rumusan solusi atas pelanggaran etika mencakup. Ralat atau koreksi, hak jawab, atau permintaan maaf secara terbuka. Hal-hal yang terkait dengan pengaduan ke dewan
pers diatur dalam Prosedur Pengaduan yang disusun oleh dewan pers.
124
IbId
Fransiska Delima Silitonga : Analisis Kekuatan Surat Perjanjian Perdamaian Dibawah Tangan Dalam Kasus Penyelesaian Sengketa Pers Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999, 2009.
115
ancaman sangat serius terhadap keselamatan jurnalis dalam menjalankan tugas profesinya. Di luar itu gugatan terhadap pers karena pemberitaannya terus
bermunculan. Ditinjau dari perubahan kondisi pers dari periode ke periode terus mengalami
pergerakan seising perubahan politik dan pers kekuatan di Indonesia. Tahun
.
2008 merupakan rektor sejarah terburuk atas kondisi kebebasan pers di Indonesia sepanjang reformasi. Dimana tahun ini 3 orang jurnalis dipidanakan
karena tulisan pemberitaan yang dibuat, dan kini ditahun 2008, 2 orang warga negara Indonesia yang menggunakan sarana media informasi yang tersedia pada
surat pembaca dalam surat kabar harian diancaman dengan tuntutan ganti rugi
secara perdata dan juga diancam tuntutan penjara. Kebijakan hukum kolonial masih diterapkan dengan tetap diberlakukannya pasal-pasal pencemaran nama
baik dalam KUHP ditambah ketentuan hukum baru yang lebih refresif dengan berlakunya Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 Informasi dan Transaksi
Elektronik ITE menjadi ancaman serius bagi aktivitas jurnalisme oleh wartawan tennasuk jumalisme yang dibuat oleh masyaakat melalui surat
pembaca maupun blog.
125
Di luar Itu Kwe Meng Luan dan Khoe Seng Seng setelah digugat perdata juga dilaporkan ke polisi dan sedang dalam proses peradilan pidana karena tulisannya di
surat pembaca. Narliswandi Piliang menulis di blog di laporkan oleh anggota DPR RI Kasus yang terjadi terhadap. lipi Asmaradhana di Makasar merupakan beatuk
nyata represi yang dilakukan pemerintah untuk mengekang kemerdekaan pers. Upi Asmaradhana dilaporkan pidana karena menggalang koalisi yang menentang
pernyataan Kapolda Sulawesi Selatan Sisno Adhiwinoto yang menyatakan wartawan. bisa langsung dipidanakan tanpa harus menempuh mekanisme penyelesaian sengketa
pers.
125
Pasal pasal pencemaran Hama baik dalam KUH ditambah ketentuan hukum baru yang lebih refresif dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Informasi dan
Transaksi Elektronik IT menjadi ancaman serius bagi aktivitas jumalisme oleh wartawan.
Fransiska Delima Silitonga : Analisis Kekuatan Surat Perjanjian Perdamaian Dibawah Tangan Dalam Kasus Penyelesaian Sengketa Pers Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999, 2009.
116
dengan
.
mendasarkan pada Undang-undang Informasi Transaksi Elektronik atau ITE yang ancaman pidananya 6 tahun dan denda 1 miliar rupiah sesuai dengan Pasal 27
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan transaksi Elektronik. Setiap rentetan kejadian penghalang-penghalang memperoleh informasi dan
mengemasnya sebagaimana pers beker a Lembaga Bantuan Hukum Pers mencatat dan menanganinya dengan variasi melawan pers. Dekadensi semacam ini disebabkan
diantaranya karena tidak ada semangat atua kemauan politik, baik dari kalangan aparatur negara atau bahkan dikalangan masyarakat, hal ini dibuktikan dengan
diterbitkannya Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers, ternyata bukan merupakan sebuah jaminan atas pelaksanaan kebebasan pers.
Dengan kata lain lebih cenderung menyukai cara-cara politik yang lama, status quo, Bahwa perspektif ini setidaknya dapat dilihat dari vonis perkara
Koran Tempo melawan P.T. RAPP atas pemberitaannya di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang mengalahkan Koran Tempo, Koran Tempo melawan
Asian Agri di Pengadilan Jakarta Pusat, Gugatan Munarman terhadap Koran Tempo di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, pelaporan secara pidana oleh
PT. Duta Pertiwi, Tbk terhadap Sdr. Khoe Seng-seng dan Kwee Meng Luan dalam wilayah hukum Pengadilan Negeri Jakarta Timur, pelaporan pidana di
kepolisian oleh Alvin Lie terhadap narliswandi Piliang, pengaduan pidana oleh Polda, Makasar terhadap Upi Asmaradhana, dan penyerangan terhadap
seorang wartawan RCTI yang bernama Delvis oleh TN AL; serta juga penyerangan terhadap wartawan Indosiar yang bernama Endro Bawono oleh
mahasiswa Universitas Kristen Indonesia, yang kesemuanya dalam rangka menjalankan tugas dan fungsi profesinya sebagai jurnalis dan insan pers.
Kasus Bersihar Lubis wartawan yang menulis opini di Koran Tempo dijatuhi hukuman pidana juga sebuah kemunduran bagi dunia pers.
126
Serta ditambah pula dengan penolakan permohonan Judicial Review atas
126
Siaran Pers Hendrayana, Direktur Eksekutif Kadiv. Litigasi Kadiv. Non. Lifignsi, Lembaga Bantuan Hukum, Jakarta, 23 Desember 2008.
Fransiska Delima Silitonga : Analisis Kekuatan Surat Perjanjian Perdamaian Dibawah Tangan Dalam Kasus Penyelesaian Sengketa Pers Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999, 2009.
117
ketentuan hukum sanksi pidana yang masih mengancam kebebasan berekspresi dan kebebasan pers secara konstitusional melalui Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia, yakni pengujian Pasal 207, 310, 311, dan 316 KUHP terhadap UUD 1945.
Pemenjaraan jurnalis, dan ancaman secara perdata dan pidana bagi warga negara Indonesia yang menggunakan sarana media informasi yang tersedia jelas akan
menjadi preseden buruk bagi kebebasan pers. di masa yang akan datang karena akan menimbulkan ketakutan bagi jurnalis dan media serta warga negara Indonesia dalam
menggunakan peran dan fungsi pers sebagai pilar demokrasi yang ke-empat dalam melakukan pengawasan, koreksi, dan kontrol sosial terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan kepentingan umum. Hal ini perlu dicermati mengingat, lahirnya Undang-undang Nomor 40 Tahun
1999 Tentang Pers masih sebatns law reform diatas kertas saja, keadaan tersebut tidak diimbangi dengan suatu pengetahuan serta kemauan politik terhadap
perkembangan peradaban menusia yang tumbuh di dalam suatu Negara terhadap masyarakatnya dalam bidang kebebasan memperoleh informasi.
Di tahun 2008 ini pula terjadi keprihatinan juga terhadap, persoalan perburuhan di institusi pers. Banyaknya kasus Pemutusan Hubungan Kerja PHK
akan menjadi hambatan bagi pers juga dalam melanjutkan tugas dan fungsinya secara optimal. Minimnya kesejahteraan para jurnalis secara tidak langsung dapat
mempengaruhi suatu nilai informasi kebenaran yang disampaikan kepada masyarakat, dengan kata lain para jurnalis beserta pendukungnya lebih mementingkan nilai jual
Fransiska Delima Silitonga : Analisis Kekuatan Surat Perjanjian Perdamaian Dibawah Tangan Dalam Kasus Penyelesaian Sengketa Pers Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999, 2009.
118
atau keuntungan semata daripada menghasilkan sebuah karya jurnalistik yang bermutu, karena alasan kesejahteraan, sehingga bisa mengarah pada budaya
sogoksuap yang akan berpengaruh pada independensi atau berakibat pada pemberitaan yang tidak fear atau tidak berimbang.
Dalam kurun waktu Januari – Desember tahun 2008, LBH Pers telah menerima 32 tiga puluh dua pengaduan, dan berdasarkan jenis perkaranya terbagi
dalam 18 kasus sengketa perburuhan pers, 11 perkara pidana 2 pengaduan perkara perdata, dan 1 pengaduan perkara tata, usaha negara.
Tabel 1. Kasus Kekerasan Pers di Indonesia Periode Januari sd Desember 2008 No
Bulan Kasus Pengaduan
Penanganan
01 Januari sd Mei 2008 Mendapat 13 tiga belas
kasus kekerasan pers 4 empat kasus ditangani
sedangkan 9 sembilan kasus hanya konsultasi
02 Juni sd Des. 2008
Mendapat 20 dua puluh kasus kekerasan pers
14 empat belas kasus ditangai dan 6 enam
kasus konsultasi
Sumber : Berdasarkan Catatan Direktur Eksekutif Bidang Ligitasi Lembaga Bantuan Hukum LBII, Jakarta, hingga 23 Desember 2008.
127
Di samping LBH Pers langsung menangani kasus baik di pengadilan maupun di luar pengadilan oleh Divisi Litigasi, LBH Pers juga melakukan penelitian melalui
127
Penanganan Kasus kekerasan pers Periode Januari – November 2008 telah dibagi dalam dua periode. Periode Januari – Mei 2008, Divisi Litigasi telah menerima 13 tiga belas pengaduan. Dari
13 tiga belas pengaduan tersebut 4 empat kasus yang di tangani dan 9 sembilan kasus sifatnya hanya konsultasi. Sedangkan periode Juni-Desember 2008, Divisi Litigasi menerima 20 dua puluh
pengaduan, 14 empat belas ditangani dan 6 enam kasus lainnya bersifat pemberian konsultasi, Jumlah pengaduan dan penangaan kasus di LBH Pers ini lebih banyak daripada tahun sebelumnya
yang hanya menerima pengaduan sebanyak 25 kasus.
Fransiska Delima Silitonga : Analisis Kekuatan Surat Perjanjian Perdamaian Dibawah Tangan Dalam Kasus Penyelesaian Sengketa Pers Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999, 2009.
119
Divisi Litigasi. Dimana dalam kasus tersebut terdapat beberapa kasus yang dapat di selesaikan sebelum dan sesudah ligitasi di lakukan.
Penyelesaian sebelum ligitasi dapat berupa perdamaian yang dilakukan oleh kedua belah pihak sebelum kasus tersebut di bawa ke pengadilan. Namun,
perdamaian tersebut seringkali hanya dilakukan secara internal oleh para pihak dan surat perdamaian tersebut di buat dengan akta atau surat pedanjian di bawah tangan.
Dalam kaitan tersebut, maka hal ini akan sexing menyebabkan atau terjadinya masalah di kemudian hari. Karena hal ini, apabila terjadi ketidak-sesuaian antara para
pihak dan surat perdamaian tersebut memerlukan pembuktian yang lebih lanjut, karena bukan akta otentik dan tidak memiliki kekuatan alat bukti yang sempurna serta
pembuatannya juga tidak di lakukan di hadapan pejabat umum atau Notaris. Dalam temuan LBH Pers, kekerasan fisik yang menimpa wartawan semakin
memprihatinkan, temuan LBH Pers berdasarkan monitoring, yang diambil Bari sampling 18 online nasional, dan 5 media cetak nasional menunjukkan kebebasan
pers di Indonesia semakin mendapat ancaman serius. Kekerasan fisik terhadap wartawan berdasarkan temuannya diantaranya
penganiayaan, pelemparan, pemukulan dan pengeroyokan. Aparat hukum yaitu Tentara Nasional Indonesia TNI dan polisi adalah pelaku yang mendominasi meraih angka
tertinggi, sehingga bisa diartikan bahwa tindakan represif terhadap wartawan tahun 2008 cenderung melawan kekuasaan atau kekuatan Negara bersenjata.
Perlakuan kekerasan yang juga thalami oleh Wartawan Seputar Indonesia, M.
Fransiska Delima Silitonga : Analisis Kekuatan Surat Perjanjian Perdamaian Dibawah Tangan Dalam Kasus Penyelesaian Sengketa Pers Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999, 2009.
120
Yusuf dikeroyok oleh lurah di wilayah Bulu Kumba Sulawesi Selatan, Makasar, Lurch bernama Andi Baso dan stafnya menyendera di ruangan keda dan
memukulinya beramai-ramai, juga tindakan yang premanisme yang tidak bisa ditolerir.
Selain kekerasan fisik yang dikategorikan kekerasan non fisik di dapat 7 kasus dengan jenis pelarangan peliputan dengan cara melarang memasuki area kegiatan
yang akan diliput, pemukulan peralatan seperti perusakan kamera, pengusiran dengan mendorong, perampasan alat keda seperti merebut paksa kamera.
Terlihat situasi bare dimana ormas yang bernama Kafilah Syuhada, Media
Center di Sulawesi Selatan, bentuk pelarangan peliputan, mengharuskan memakai ID
card yang dikehiarkan oleh kafilah tersebut. Media center adalah media pppghublIng antar wartawan dan masyarakat atas suatu yang layak diketahui masyarakat.
Bukannya, membuka luas informasi tapi media center ini mempersempit ruang mendapatkan informasi.
Tabel 2. Kasus Gugatan Perdata, Pidana dan kasus Kekerasan Fisik Dalam Kekerasan Pers Periode Januari sd Desember 2008
No Kasus
Jumlah Kasus Penanganan
01 Perdata
Terdapat 30 tiga puluh kasus
Diselesaikan dengan 11 sebelas kasus di pengadilan
dan 19 kasus dengan perdamaian
Fransiska Delima Silitonga : Analisis Kekuatan Surat Perjanjian Perdamaian Dibawah Tangan Dalam Kasus Penyelesaian Sengketa Pers Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999, 2009.
121
02 Pidana
Terdapat 25 dua puluh lima kasus
Diselesaikan semuanya di pengadilan
03 Kekerasan fisik
Terdapat 10 sepuluh kasus
Tidaka da penyelesaian karena dilakukan oleh oknum
TNI dan Kepolisian
Sumber :Berdasarkan Catatan Direktur Eksekutif Bidang Ligiatasi Lembaga Bantuan Hukum LBH, Jakarta, hingga 23 Desember 2008.
128
Dalam hal ini kekuatan politik masih terns menjadi musuh pers, pengusaha dan tokoh masyarakat menggugat pers artinya wartawan atau pers
menghadapi kekuatan modal, kalangan pers sendiri belum sepenuhnya memahami proses penyelesaian kasus pers dalam perkara pidana, sehingga
keinginan aparat Negara dalam hat ini polisi tetap tidak mau menggunakan Undang-undang Pers, belum adanya kepastian hukum dalam setiap kasus pers
yang diadili di pengadilan, Hakim dalam memutuskan perkara pers tidak menggunakan acuan putusan terdahuluyurisprudensi menjadikan sistem.
Sebagai catatan perjalanan dan ancaman pers yang tercatat di tahun 2008 adalah sebagai berikut : Aparat Negara, TNI dan Polisi menjadi pelaku kekerasan terhadap
Pers yang dominan, DPR dan Pemerintah dalam membuat undang-undang tidak mencerminkan atau mengakomodasi kebebasan pers, seperti lahirnya Undang-undang
ITE yang membuat ancaman hukuman lebih tinggi daripada KUHP.
129
Berdasarkan gambaran kondisi kebebasan pers sekarang ini, Lembaga Bantuan Hukum Pers melihat kebebasan pers di Indonesia masih dalam ancaman
dengan regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk mengitervensi kebebasan pers, Berta masih rentannya tekanan, ancaman yang dihadapi wartawan dalam
128
Gugatan kasus perdata terhadap media pers berjumlah 30 kasus, pidana 25 kasus dan kekerasan fisik ber umlah 10 kasus Berta non fisik 7 kasus, hal ini merupakan bentuk nyata bahwa
pers dalam belenggu ancaman yang mengarah untuk mematikan kebebasan pers di Indonesia.
129
Catatan Perjalanan dan Ancaman Pers di Indonesia berdasarkan laporan Direktur Eksekutif Kadiv.Litigasi dan Kadiv. Non.Litigasi, Lembaga Bantuan hukum, Jakarta, 23 Desember 2008.
Fransiska Delima Silitonga : Analisis Kekuatan Surat Perjanjian Perdamaian Dibawah Tangan Dalam Kasus Penyelesaian Sengketa Pers Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999, 2009.
122
melaksanakan pekerjaan juralistik, dan bayang-bayang PHK yang dilakukan manajemen terhadap karyawannya, sehingga perlu adanya jaminan perlindungan
hukum. Kepada Pemerintah; setiap regulasi yang dibuat harus menjamin kebebasan pers
dan kebebasan berekspresi, Jaminan pemenuhan hak mencari, memperoleh dan menyebarluaskan gagasan dan informasi bagi masyarakat, Memperkuat peran Dewan
Pers sebagai lembaga penyelesaian sengketa pers dalam penyelesaian sengketa pers, Merubah paradigma rezim ketertutupan dengan membuka akses informasi kepada
masyarakat untuk terwujudnya clean and good goverment, tidak melakukan intervensi terhadap kebebasan pers dengan menghambat dan menekan pers.
Kepada Lembaga Penegak Hukum Hakim, Polisi, Jaksa dan Advokat: Mendahulukan penggunaan Undang-undang Pers dalam menyelesaikan kasus yang
terkait dengan sengketa pers, Aparat penegak hukum terutama hakim dalam menerima, memeriksa dan mengadili sengketa pers hendaknya menggunakan
Undang-undang Pers sebagai landasan hukum dibandingkan menggunakan aturan hukum lainnya seperti KUHP, Aparat penegak hukum terutama kepolisian dalam
menyidik kasus pers terlebih dahulu harus memerintahkan pihak pengadu untuk menempuh mekanisme hak jawab, hak koreksi dan atau pengaduan ke Dewan Pers
terlebih dahulu jika mengadukan tindak pidana yang berkaitan dengan sengketa pers dan meminta keahlian Dewan pers sebelum menentukan proess hukum lebih lanjut.
Aparat penegak hukum terutama Advokat harus menghormati dengan tidak mengadukan kepada kepolisian danatau melayangkan gugatan kepada, pengadilan
Fransiska Delima Silitonga : Analisis Kekuatan Surat Perjanjian Perdamaian Dibawah Tangan Dalam Kasus Penyelesaian Sengketa Pers Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999, 2009.
123
melainkan terlebih dahulu menyelesaikan sengketanya kepada Dewan Pers sebagaimana ditetapkan oleh Undang-undang Pers.
Kepada Parlemen Legislatif DPR RI: Memberikan partisipasi yang luas kepada masyarakat dalam setiap pembuatan, pembahasan rancangan undang-undang
dan meningkatkan fungsi kontrol terhadap pemerintah dalam mengawal kebebasan pers di Indonesia.
Kepada Perusahaan media : Memberikan ruang yang luas kepada wartawan untuk meningkatkan profesionalisme wartawan, Menghargai hak-hak karyawan
dengan menghindari terjadinya pemutusan hubungan kerja, apalagi di Pemutusan Hubungan Kerja PHK atas dasar tulisan kritis wartawannya, meningkatkan
solidaritis antar media dalam memperjuangkan kemerdekaan pers. Kepada Pekerja Pers ; Kalangan jurnalis harus menguasai Undang-undang
Pers dan Kode Etik Jurnalistik, terus meningkatkan profesionalisme wartawan dalam melaksanakan kerja jurnalistik, wartawan dituntut untuk menulis dengan dasar KEJ
dan Undang-undang Pers 1999, agar menghindari jeratan hukum dan atau gugatan perdata, tetap terus melaksanakan pers dan fungsi pers dengan melakukan
pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum, merapatkan barisan terhadap, setiap kebijakan yang menghambat
dan mengancam kebebasan pers. Kepada masyarakat: adanya pemahaman masyarakat terhadap, peran dan fungsi
pers dalam menyebarluaskan gagasan dan informasi kepada public, menempuh upaya penyelesaian sengketa pers melalui mekanisme sebagaimana diatur dalam undang-
Fransiska Delima Silitonga : Analisis Kekuatan Surat Perjanjian Perdamaian Dibawah Tangan Dalam Kasus Penyelesaian Sengketa Pers Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999, 2009.
124
undang pers yakni melalui hak jawab, hak koreksi, mengadukan ke organisasi wartawan atau ke Dewan Pers sebagai bentuk partisipasi masyarakat dalam mengontrol
pers.
130
130
Siaran Pers Hendrawan, Direktur Eksekutif Kadiv. Litigasi dan Kadiv. Non. Litigasi, Lembaga Bantuan Hokum, Jakarta, 23 Desember 2008.
Fransiska Delima Silitonga : Analisis Kekuatan Surat Perjanjian Perdamaian Dibawah Tangan Dalam Kasus Penyelesaian Sengketa Pers Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999, 2009.
125
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN