Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN

Fransiska Delima Silitonga : Analisis Kekuatan Surat Perjanjian Perdamaian Dibawah Tangan Dalam Kasus Penyelesaian Sengketa Pers Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999, 2009. 125

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kekuatan surat perdamaian di bawah tangan dalam sengketa pers, akan mengikat secara hukum antara pihak-pihak yang bersengketa sepanjang surat perdamaian itu disepakati bersama. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 1338 KUHPerdata, dimana akibat perjanjian maka para pihak harus mentaatinya layaknya sebagai Undang-undang bagi mereka. Namun apabila dikemudian hari salah satu pihak menyangkalnya, maka kekuatan surat perdamaian itu akan kembali harus dibuktikan kebenarannya oleh hakim, hal ini disebabkan karena kekuatan pembuktiannya hanya antara para pihak tersebut. Apabila para pihak tersebut tidak menyangkal dan mengakui adanya perjanjian atau mengakui isi perjanjian tersebut , maka itu menjadi Undang-undang bagi mereka. 2. Faktor-faktor penyebab tedaidnya pelanggaran sengketa pres atau trial by the press, disebabkan kurangnya pemahaman dan pelatihan wartawan terhadap kode etik jurnalistik, kurangnya pembekalan dari perusahaan perusahaan terhadap wartawan, dan tidak adanya standarisasi program pers. Sementara itu, faktor yang mempengaruhi terjadinya sengketa pers dalam dunia jurnalistik berasal dari wartawan, pemilik modal, dan organisasi pers. Dari sisi wartawan dipengaruhi 107 Fransiska Delima Silitonga : Analisis Kekuatan Surat Perjanjian Perdamaian Dibawah Tangan Dalam Kasus Penyelesaian Sengketa Pers Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999, 2009. 126 oleh latar belakang pendidikan, kepribadian, keterampilan teknis jurnalistik, kearifan menulis berita, dan penghayatan atas hak-hak kontrol masyarakat terhadap pers. Dari sisi pemilik modal yaitu berupa intervensi terhadap kebijakan pemberitaan dan persaingan bisnis. Sementara faktor yang disebabkan oleh organisasi pers yakni lemahnya pembinaan terhadap wartawan, longgamya pengawasan terhadap pelaksanaan kode etik dan Dewan Pers yang belum menjalankan tugasnya secara optimal serta belum ada standarisasi profesionalisme wartawan. Dari sisi masyarakat dan penegak hukum, juga berpengaruh terhadap teradinya sengketa pers karena belum adanya pemahaman terhadap Undang-undang Pers, tugas, dan fungsi pers. Terlebih adanya ketidakpercayaan masyarakat bahwa Hak Jawab dan Hak Koreksi dapat memulihkan keadaan atau kerugian yang diakibatkan oleh pemberitaan. Pers seringkali dengan mudah dituduh melakukan trial by the press atau menghakimi media massa oleh pihak-pihak yang merasa dirugikan dengan hasil pemberitaan. 3. Upaya dalam menyelesaikan sengketa pers dapat dilakukan, dimana pers berperan sebagai pelaksana kontrol sosial dirasakan sangat penting untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan kekuasaan baik korupsi, kolusi, nepotisme maupun penyelewenangan dan penyimpangan lainnya. Kebebasan pers merupakan hak masyarakat yang dipinjamkan kepada pers untuk dilakukan kegiatan jurnalistik dengan tujuan memperoleh informasi. Mengingat sering terjadinya kasus gugatan Fransiska Delima Silitonga : Analisis Kekuatan Surat Perjanjian Perdamaian Dibawah Tangan Dalam Kasus Penyelesaian Sengketa Pers Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999, 2009. 127 dan pengkriminalisasian terhadap jurnalis dalam menjalankan profesi jurnalistiknya. Oleh karena itu, pihak yang merasa dirugikan karena pemberitaan pers lebih memilih jalur pintas. Mereka melaporkan jurnalis yang dianggap merugikan tersebut langsung ke kepolisian. Dengan tuduhan penghinaan, pencemaran nama baik dan sebagainya. Sehingga untuk itu, sengketa pers harus diselesaikan dengan mempergunakan dan mengacu pada. Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 yang sudah jelas mengatur mekanismeprosedur penyelesaian sengketa akibat pemberitaan, pers, yakni hak jawab dan penyelesaian melalui Pengadilan atau Hakim merupakan benteng terakhir dari keadilan.

B. Saran