Hubungan Kepribadian dan Sikap Keagamaan 1

82 kecenderungan bahwa teori Freud tentang Id meirip dengan karakter hati yang tidak berisi iman, yaitu qalb yang selalu menuntut kepuasan dan menganut perinsip kesenangan Pleasure Principle, ia menghendaki agar segala sesuatu segera dipenuhi atau dilaksanakan. Kalau satu segi sudah terpenuhi, ia menuntut lagi yang lain dan begitu seterusnya. Ia menjadi anak manja dari kepribadian. 53 b. Fuad Fuad adalah perasaan yang terdalam dari hati yang sering kita sebut Hati Nurani cahaya mata hati dan berfungsi sebagai penyimpan daya ingatan. Ia sangat sensitive terhadap gerak atau dorongan hati dan merasakan akibatnya. Kalau hati Kufur, fuad pun kufur dan menderita. Kalau hati bergejolak karena terancam oleh bahaya, atau hati tersentuh oleh siksaan batin, fuad terasa seperti terbakar . kalau hati tenang, fuad pun tentram dan senang, satu segi kelebihan fuad dibanding dengan hati ialah, bahwa fuad itu dalam situasi yang bagaimana pun, tidak bisa dusta. Ia tidak bisa menghianati kesaksian terhadap apa yang dipantulkan oleh hati dan apa yang diperbuat oleh ego. Ia berbicara apa adanya, berbagai rasa yang dialami oleh fuad dituturkan dalam Alquran sebagai berikut : 1 Fuad bisa bergoncang gelisa Qs Al-Qashash :10 Dan fuad ibu Musa menjadi bingung kosong, hampir saja ia menumbuhkan rahasia Musa, jika aku tidak meneguhkan hatinya, sehingga ia menjadi orang yang beriman. 53 . Jalaludin Edisi Revisi 2012. Psikologi Agama , memahami prilaku dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip psikologi . h. 215-216 83 2 Dengan diwahyukannya Alquran kepada Nabi, fuad Nabi menjadi teguh Qs. Al-Furqon : 32 “ Dan orang-orang kafir bertanya “ mengapa Alquran tidak diturunkan kepadanya dengan sekaligus “ ? Demikianlah, karena dengan cara itu, aku hendak mengubahkan fuadmu, dan aku bacakan itu dengan tertib sebaik-baiknya. 3 Fuad tidak bisa berdusta QS Al-Najm :11 Fuad tidak berdusta dengan apa yang dilihatnya 4 Orang yang zalim hatinya kosong bingung. Qs Ibrahim :43 Dengan terburu-buru sambil menundukkan kepala, mereka tidak berkedi, tetapi fuadnya kosong bingung 5 Orang Musrik, fuad dan pandangan merka kaum musyrikin sebagaimana sejak semula mereka tidak mau beriman, dan aku biarkan mereka dalam kedurhakaannya mengembara tanpa arah tertentu. c. Ego Aspek ini timbul karna kebutuhan organism untuk berhubngan secara baik dengan dunia kenyataanrealitas. Ego atau aku bisa dipandang sebagai aspek eksekutif kepribadian, mengontrol cara-cara yang ditempuh, memilih kebutuhan-kebutuhan, memilih objek-objek yang bisa memenuhi kebutuhan, mempersatukan pertentangan-pertentangan antar qalb, dan fuad dengan dunia luar. Ego adalah derivate dari qalb dan bukan untuk merintanginya, kalau qalb hanya mengenal dunia sesuatu yang subjektif dan yang objektif dunia realitas. Di dalam fungsinya, ego berpegang pada prinsip kenyataan reality principle tujuan prinsip kenyataan ini ialah, mencari objek yang tepat serasi untuk menundukkan ketegangan yang timbul dalam organism. 84 Ia merumuskan suatu rencana untuk pemuasan kebutuhan dan mengujinya biasanya dengan tindakan untuk mengetahui apakah rencana itu berhasil atau tidak. Berangkat d. Tingkah Laku Nafsiologis kepribadian dari kerangka acuan dan asumsi- asumsi subjektif tentang tingkah –laku manusia, karena menyadari bahwa tidak seorangpun bisa bersikap objektif sepenuhnya dalam mempelajari manusia. Tingkah laku ditentukan oleh keseluruhan pengalaman yang disadari oleh pribadi. Kesadaran merupakan sebab dari tingkah laku. Artinya, bahwa apa yang dipikir dan dirasakan oleh individu itu menentukan apa yang akan dikerjakan. Adanya nilai yang dominan mewarnai seluruh kepribadian seseorang dan ikut serta menentukan tingkah lakunya. 54 Masalah normal dan abnormal tentang tingkah laku, dalam nafisiologi ditentukan oleh nilai dan norma yang sifatnya universal. Orang yang disebut normal adalah orang yang seoptimal mungkin melaksanakan iman dan amal saleh disegala tempat. Kebalikan dari ketentuan itu adalah abnormal, yaitu sifat-sifat zalim, fasik, syirik, kufur, nifak, dan sejenis itu. e. Faktor-faktor pembentukan Jiwakarakter beragama Jiwa keagamaan atau pembentukan karakter beragama dapat dibentuk dengan memperhatian apa saja yang menjadi faktor terbentuknya jiwa tersebut antara lain : 1. Penddikan keluarga 54 Jalaludin Edisi Revisi 2012. Psikologi Agama , memahami prilaku dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip psikologi . h. 214 85 Pendidikan adalah salah satu alat untuk menjadikan manusia memililki pengetahuan berdasarkan ilmu-limu dan falsafah-falsafah kehidupan, adapun factor pendidikan yang sangat dominan dalam pembentukan karakter bagaimana memfungsikan keluarga sebagai peroes pembelajar dan percontohan dalam pembentukan kebiasaan yang dapat membentuk jiwa dalam kehidupannya. Gilbert Highest menyatakan pemebntukan karakter akan terbentuk dari pendidikan yang dimulai dari sejak bayi hingga usia sekolah memiliki lingkungan tunggal yaitu keluarga. dimana sejak dari bangun tidur sampai tidur kembali anak-anak menerima pengaruh dan pendidikan dari lingkungan keluarga. Gilbert Highest, 1961 : 78 55 Keluarga merupakan pendidikan dasar bagi pembentukan jiwa keagamaan. Perkembangan agama menurut W.H Clark. Adalah terjalin dari unsur-unsur kejiwaan sehingga sulit untuk diindentifikasi secara jelas, karena maalah yang menyangkut kejiwaan, manusia demikian rumit dan kompleksnya. Namun demikian,melalui fungsi-fungsi jiwa yang masih sangat sederhana tersebut, agama terjalin dan terlihat didalamnya. 56 Melalui jalinan unsur-unsur dan tenaga kejiwaan inilah agama berkembang W.H. Clarak, 1964:4. Disini terlihat peranan pendidikan keluarga dalam menanamkan jiwa keagamaan pada anak maka, tak heran jika Rasulullah menekankan tanggung jawab pendidikan agama pada anak kepada kedua orang tua. 55 Gilbert I. Rieda Lumoidong, Pelacuran dibalik seragam sekolah : Tinjauan Etis Teologis Terhadap Praktik hubungan sek Pranikah, Yogyakarta : Yayasan Andi 1996 h. 78 56 Witheringtion, H.C, Psikologi pendidikan Educational Psychologi, terj. M. Buchori . Bandung :Jemmars, 1982 . h: 4 86 Menurut Rasul Saw, fungsi dan peran orang tua bahkan mampu untuk membentuk arah keyakinan anak-anak mereka. Menurut beliau, setiap bayi yang dilahirkan sudah memiliki potensi untuk beragama, namun bentuk keyakinan agama yang akan dianut anak sepenuhnya tergantung dari bimbingan, pemeliharaan, dan pengaruh kedua orang tua mereka. 57 2 .Pendidikan Kelembagaan Lembaga adalah wadah pengembangan suatu pengetahuan dan pendidikan yang berkonsep dan mendidik setelah pendidikan dilingkungan keluarga. Pendidikan Agama di lembaga pendidikan bagaimanapun akan memberi pengaruh bagi pembentukan jiwa keagamaan pada anak-anak. Namun demikian besar kecilnya pengaruh tergantung pada berbagai factor yang dapat memotivasi anak untuk memahami nilai-nilai agama. Sebab pada hakekatnya pendidikan agama adalah pendidikan nilai, yang membentuk kebiasaan yang selaras dengan tutunan agama. M.Buchori, 1982: 115 mengatakan bahwa Kebiasaan adalah cara bertindak atau berbuat seragam. Dan pembentukan kebiasaan ini menurut Wetheringtion melalui dua cara. Cara pertama, dengan cara pengulangan dan kedua dengan disengaja dan direncanakan, M.Buchori, 1982:116. 58 Dalam pandangan ini, cara pertama adalah cara yang dilakukan dengan pendidikn Agama dilingkungan keluarga dan cara kedua melalui pendidikan kelembagaan ini yang dinilai lebih efektif hasilnya. Sehingga pendidikan kelembagaan merupakan kelanjutan dari pendidikkan keluarga. 57 . Nabi,Malik Bin. Membangun Dunia Baru Islam, Terj. Afif Muhammad dan Abdul Adhiem, Bandung : Mizan, 1994 58 . M. Buchori, Psikologi pendidikan Educational Psyhology Bandung : Jemmars, 1982 .h. 115 87 Pendidikan Kelembagaan sering disebut dengan sekolah dimana terdapat proses belajar dan mengajar. Sebagai pengajar guru sangatlah dituntut untuk dapat mampu memberikan pemahaman kepada anak didik tentang materi pendidikan yang diberikannya, Pemahaman dalam pendidikan akan mudah diserap jika pendidikan agama yang diberikan dikaitan dengan kehidupan sehari-hari. Jadi, tidak terbatas pada kegiatan yang bersifat hapalan semata. Sedangkan penerimaan materi pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan nilai bagi kehidupan anak didik. 59 Untuk tercapainya antara materi dan kebutuhan anak didik maka diperlukan keahlian seorang pengajar dalam bidang pendidikan agama dan sikap pendidik yang sesuai dengan ajaran agama seperti jujur dan dapat dipercaya. Karena kedua tersebut yang akan sangat menentukan dalam mengubah sikap para anak didik. 60 3. Pendidikan di Masyarakat Masyarakat merupakan lapangan pendidikan ketiga, para pendidik umumnya sependapat bahwa lapangan pendidikan yang ikut mempengaruhi perkembangan anak didik adalah kleluarga, kelembagaan dan lingkungan masyarakat. Keserasian dari ketiga ini akan member dampak positif bagi perkembangan anak, termasuk dalam pembentukan jiwa keagamaan mereka. Ke-idealan sosok yang memiliki kepribadian dalam pertumbuhan maka diperlukan aspek mencangkup, fisik, pisikis, moral, dan spiritual. Wetherington berpendapat untuk mencapai keserasian maka diperlukan pengasuhan pertumbuhan itu, adapaun aspek pengasuhan ada 5 aspek yaitu: 1 fakta-fakta 59 . M. Buchori, Psikologi pendidikan Educational Psyhology Bandung : Jemmars, 1982 .h. 116 60 . Mc. Guire, Meredith B. Religion: The Social Context, California: Wadworth, Inc.1981 88 asuhan, 2 alat-alatnya, 3 Regularitas, 4 Perlindungan, 5 Unsur Waktu. 61 Asuhan pada pertumbuhan anak, harus dilakukan dengan cara teratur dan terus-menerus, oleh karena itu lingkungan masyarakat akan memberi dampak dalam pertumbuhan itu. Jika pertumbuhan pisik akan berhenti ketika anak tumbuh dewasa, sedangkan pertumbuhan pisikis akan berlanjut seumur hidup. Dari sini terlihat bahwa pola asuh pendidikan lembaga, memiliki keterbatasan waktu tertentu, sebaliknya asuhan oleh masyarakat, akan berjalan seumur hidup. Dalam kaitan ini pula terlihat besarnya pengaruh masyarakat terhadap pertumbuhan jiwa keagamaan sebagai bagian dari aspek kepribadian yang terintregrasi dalam pertrumbuhan psikis. Jiwa keagamaan yang memuat norma-norma kesopanan tidak akan dapat dikuasai hanya dengan mengenal saja. Karena nilai-nilai kesopanan menghendaki adanya norma-norma kesopanan pula pada orang lain. Menurut Emerson. Dalam ruang lingkup yang lebih luas dapat diartikan bahwa pembentukan nilai-nilai kesopanan atau nilai-nilai yang berkaitan dengan aspek-aspek spiritual akan lebih efektif jika seseorang berada dalam lingkungan yang menjunjung tinggi nilai –nilai tersebut. Dengan demikian, fungsi dan peran masyarakat dalam pembentukan jiwa keagamaan akan sangat tergantung dari seberapa jauh masyarakat tersebut menjunjung norma-norma keagamaan tersebut. 4. Sikap Keagamaan dan Pola Tingkah Laku Pembentukan karakter beragama dalap dilihat dari sebuah hasil pembentukan sikap. Mengawali pembahasan sikap keagamaan, maka terlebih dahulu akan dikemukaaan pengertian mengenai sikap itu sendiri. Dalam pengertian umum sikap 61 . M. Buchori, Jemmars, 1982 . 89 dipandang sebagai seperangkat reaksi-reaksi afektif terhadap objek tertentu berdasarkan hasil penalaran, pemahaman, dan penghayatan individu. Dengan demikian sikap terbentuk dari hasil belajar dan pengalaman.Sesorang dan bukan sebagai pengaruh bawaan faktor interen seseorang, serta tergantung kepaa onjek tertentu. Objek sikap oleh Edwards disebut sebagai psychological objekct . Prof .Dr.Mar’at , melengkapi pandangan Allport mengenai sikap yang terhimpun sebanyak 13 pengertian sikap. Dari 13 pengertian ini dirangkum menjadi 11 rumusan mengenai sikap. Rumusan umum tersebut adalah bahwa : a. Sikap merupaka hasil belajar yang diperoleh melalui pengalaman dan interaksi yang terus menerus dengan lilngkungan Attitudes are learned. b. Sikap selalu dihubungkan dengan Objek eperti manusia, waasan, peristiwa ataupun ide Attitutdes behe referent. c.. Sikap diperoleh dalam berinteraksi dengan manusia lain baik di rumah, sekolah, tempat ibadat ataupun tempat lainnya melalui nasihat, teladan atau percakapan Attitut are social learnings. d.. Sikap sebagai wujud dari kesiapan untuk bertindak dengan cara respondcara tertentu terhadap objek Attitudes have readiness to e. Bagian yag dominan dari sikap adalah perasaan dan efektif, seperti yang tampak dalam menentukan pilihan apakah positif, negative atau ragu attitudes are affective F. Sikap memiliki tingkat intensitas terhadap objek tertentu y akni kuat atau lemah attitudes arevery internsive g. Sikap bergabung kepada situasi kepada situasi dan waktu, sehingga dalam situasi dan saat tertentu mungkin sesuai, sedangkan di saat dan situasi yang berbeda belum tentu cocok Attitudes havea time dimension 90 h. Sikap dapat bersifat relative consitstent dalam sejarah hidup individu Attitudes haveduration factor i. Sikap merupakan bagian dari konteks presepsi ataupun kognisi individu Attitudes are complex j. Sikap meupakan penilaian terhadap sesuatu yang mungkin mmpunyai konsekkuensi tertentu bagi seorang atu yang berangkutan attitudes are evalutions k..Sikap merupakan penafsiran dan tingkah laku yang mungnkin menjadi indikatoryang sempurna atau bahkan tidak memadai attitudes are inferred Dari ke 11 sikap tersebut berupa rumusan yang mennjukan bahwa sikap merupakan predoposisi untuk bertindak senang atau tidak senang terhadap objek tertentu yang mencangkup komponen kognisi, afeksi, dan konasi. Dengan demikian, sikap merupakan interaksio dan komponen-komponen tersebut secara kompleks . Merujuk kepada rumusan diatas, bahwa hubungan sikap dengan pola tingkah laku seseorang, maka tiga komponen diatas merupakan bagian yang menentukan sikap seeorang terhadap objek, baik yang terbentuk konkret maupun objek yang abstrak. Komponen kognisi akan menjawab tentang apa yang dipikirkan atau dipersepsikan tentang objek senang atau tidak senang. Sedangkan, komponen konasi berhubungan dengan kesediaan atau kesiapan untuk bertindak terhadap objek. Demikian, sikap yang ditampilkan seseorang merupakan hasil proses berfikir, merasa, dan pemilihan motif-motif tertentu sebagai reaksi terhadap sesuatu objek. Hal ini merupakan mata rantai antara sikap dan tingkah laku yang terjalin dengan hubungan factor penentu, yaitu motif yang mendasari sikap. Motif sebagai tenaga pendorong arah 91 sikap negative atau positif akan terlihat dalam tingkah laku nyata Overt behavior pada diri seseorang atau kelompok. Pada tingkat tertentu motif akan berperan sebagai central attitudes yang akhirnya akan membentuk preodiposisi. Proses ini terjadi dalam diri sesorang terutama semenjak usia dini. Prediposisi menurut Mar’at merupakan sesuatu yang dimiliki seseorang semenjak kecil sebagai hasil pembentukan dirinya sendiri. Dalam hal ini hubungan pembentukan sikapkarakter keagamaan dapat menghasilkan bentuk pola tingkah laku keagamaan dengan jiwa keagamaan. Berangkat dari telaah dan pandangantersebut akan membawa pada kesimpulan bahwa jiwa keagamaan sebenarnya merupakan bagian dari komponen interen psikis manusia. Pembentukan kesadaran agama pada diri seseorang pada hakekkatnya tak lebih dari usaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi dan daya psikis. Namun, yang menjadi permasalahn krusial adalah bagaimana usaha yang dilakukan agar bimbingan yang diberikan sejalan dengan hakekat potensi yang luhur tersebut.

D. Implementasi Musyahada, Riyadha, Tazkiyyatual-Nafs dalam Pembentukan Karakter beragama

Keterkaitan Agama dalam pembentukan karakter merupakan Implementasi dari Musyahada, Riyadah dan Tazkiyatun al-Nafs. Bagaimana hubungan dalam pembentukkan karakter agamanya harus diiringi dari sikap dan prilaku atau tingkah laku yang mendukung terbentuknya karakter beragama dalam diri seseorang. dimana diperlukan sebuah pengetahuan tentang prilaku dan jiwa yang membentuk karakter beragama sesuai dengan tuntunan agama yang dianutnya. Disini akan dibahas pembentukan karakter agama yang dibatasi dengan pandangan agama Islam. oleh sebab itu sesuai dengan pandangan 92 al- Ghozali dalam bukunya Arba’in Al-Ghazali, yaitu 40 dasar Agama menurut Hujjah Al- Islam, mengatakan bahwa Karakter jiwa yang terbentuk dimulai dengan rasa sebagai keyakinan. Dimana „Rasa adalah musyahadah, yaitu keyakinan hadir dikarenakan adanya sesuatu yang meragukan apa yang kita lihat, maka kita menggunakan rasa untuk menentukannya. 62 Jika kita pahami bahwa setiap yang tidak terlihat dan diragukanakan kebenarannya atas permasalahan yang ditata maka rasalah yang menjadikan pijakan untuk sebuah kebenaran. Ternyata hal tersebut merupakan bagian dari sebuah keyakinan yang terbentuk sehingga manusia dapat mengatakan ini benar sesuai rasa dan manfaat yang dirasakan. Pendapat al-Ghazali tersebut sudah dapat dikatakan secara kepekaan rasa telah menjadikan sikap manusia dalam berpendapat untuk mencari kebenaran. Hal tersebut tidak secara langsung telah membentuk sikap dan karakter dalam pembentukan jiwa keyakinan yang terlahir dari kepekaan terhadap rasa yang dirasakan. Untuk membentuk karakter beragama, maka diperlukan beberapa pijakan yang menjadikan manusia memiliki rasa musyahadah dalam beragama. Cara pandangan Piskologi Agama maka Musyahada merupakan bagian dari hadirnya agama, karena agama terbentuk dari berbagai macam rasa sehingga keyakinan dan keimanan menjadi kuat. Menurut Tokoh Psikologi Agama berpandangan “ Hal-hal yang bersifat keagamaan atau berbagai masalah keagamaan menjadi penyebab ragam prilaku manusia”, hal ini terungkap dengan proses suatu rasa yang menjadi pengalaman. 63 disini musyahada berperan dalam pembentukannya suatu agama. Pandangan Filsafat pendidikan di abad ke 19 dan ke 20 tokoh- tokoh Pragmatisme, Thomas Paine dan Thomas Jefferson mengatakan 62 . Al- Ghazali, Arba’in Al-Ghazali pustaka Sufi Yogyakarta:Penerbit Pustaka Sufi, 2003 h. 45 63 . Gazi, dan Faojah . Psikologi Agama memahami pengaruh Agama terhadap prilaku Manusia . Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakatra 2010 93 bahwa Agama bukanlah hal yang dogmatis, agama adalah demokrasi yang meiliki nilai nilai kehidupan. Jadi agama merupakan rasa kebebasan yang dimiliki setiap manusia dalam mengatur pola kehidupannya. Carles S. Peirce , dalam pendapatnya tentang berfikir dan pikiran itu hanya berguna dan berarti bagi manusia apa bila pikiran itu “bekerja”, yaitu memberikan pengalaman hasil baginya. Fungsi berfikir tidak lain dari pada membiasakan manusia untuk berbuat. 64 Perasaan dan gerak jasmani perbuatanadalah manifestasi- manifestasi yang khas dari pada aktivitas manusia dan kedua hal itu tidak dapat dipisahkan dari kegiatan intelek berfikir. Jika dipisahkan, perasaan dn perbuatan menjadi abstrak dan dapat menyesatkan manusia. Pendapat Carles.S.P ini menekankan bahwa perasan tidak dapat dipisahkan dengan gerak jasmani perbuatan, untuk menghasilkan sebuah prinsip dan keyakinan dalam mencapai tujuan hasil yang diinginkan. 65 \ Dari pandangan dua pengetahuan diatas maka musyahada menjadikan sebuah pengetahuan , pengalaman ilmu dan perbuatan manusia yang membentuk sikap dan prilaku manusia dalam menentukan hidup dan keyakinannya. Berkaitan dengan hal tersebut maka musyahada dapat lebih kuat dalam pembentukan karakter manusia dalam beragama maka perlu diimbangi dengan dasar perjalanan yang sesuai dengan kehandak illahi, karena semua yang ada sebagai penentunya adalah Illahi Rabbi. Proses pembentukan karakter merupakan perjalan yang berakhir dengan penentuan yang baik dan buruk dalam hasilnya, unruk itu Riyadha adalah proses perjalanan manusia dalam mendapatkan sebuah kebaikan sesuai dengan peraturan penciptanya Allah Azza Wa jalla dengan cara membersihkan diri dan berbagai latihan jiwa riyadha yang di tempuh melalui berbagai fase maqam, antara lain : tobat, tawwakal, syukur, sabar, 64 Joe Park, Solected Readings in the Philosophy of Education, New York, Mac Millan publishing Co, inc. 1974. 65 Op. Cit. Joe Park, Inc.1974 94 rela, ikhlas, dalam al-Quran menjelaskan tenang pelatihan jiwa, antara lain : 69. dan orang-orang yang berjihad untuk mencari keridhaan Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. S.al-ankabut ayat :69 186. dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka jawablah, bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintah-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.S. Al-baqoroh ayat :186 “ dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, S. Al-Qof ayat:16  3. Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin[1452]; dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu. Pelatihan jiwa riyadhah adalah merupakan bentuk dari pembersihan diri terhadap nafsu yang cenderung kepada perbuatan tercela, untuk itu diperlukan zakkaha mensucikan jiwa. Tazkiyyah adalah pemebrsihan jiwa. Rasul bersabda “ Kebersihan adalah sebagian dari imam,” Oleh sebab itu dapat dipahami bahwa kesempurnaan iman terletak pada kebersihan hati dari perbuatan –perbuatan yang tidak disukai oleh Allah Azza Wa Jalla dan menghiasinya dengan perbuatan –perbuatan yang disukai-Nya, karena tazkiyyah adalah bagian dari iman. Untuk melaksanakan tazkiyyah maka diperlukan pemahaman tentang Maqam dan Hal yang merupakan dasar tazkiyyah al-Nafs. Adapun bagian dari Maqam adalah sebagai berikut : Taubat, Zuhud, Faqr, Sabar, Tawakkul, Ridha,Mahabbah, Ma’rifat, sedangkan Hal adalah :Khauf, Raja,