Interprstasi Hasil Analisis TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

48 bagian dari akhlakul karimah, sudah barang tentu menjadi barometer bagi pengamalan amal dan ibadah seseorang dalam agamannya. Mengingat pentingnya hukum dan metode pembentukan karakter ini maka dapat kita gunakan melalui akhlakkul karimah yang terbentuk melalui Tazkiyatu An- Nafs, bersumber hukum utamanya adalah Al-Quran dan hadits nabi, kitab –kitab ulama salafiyah sebagai rujukannya. Dan metode berdasarkan analisis penulis adalah metode Al- Ghozali dalam kitab Ihya Ulum al-Din Berdasarkan analisis, penulis tertarik untuk mengungkapkan arti pentingnya Pembentukan karakter beragama didalam pembentukan akhlak, melalui Tazkiyyatu Al-Nafs perspektif Al-Ghozali, berharap dapat menjadikan solusi bagi perbaikan moral, karakter beragama, baik secara individu, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, Oleh karena itu penulis menginterpretasikan Hasil Analisisnya sebagai berikut: 1.Konsep Dasar Pembentukan Karakter Beragama 2.Tazkiyyatu al-Nafs Perspektif al-Ghozali dalam Pembentukan Karakter Beragama 3.Pembentukan Karakter Beragama Malalui Mujahada dan Riyadha sebagai Tazkiyyatu Al-Nafs

D. Pembahasan 1. Konsep Dasar Pempentukkan Karakter Beragama

Manusia memiliki nilai yang sangat sempurna secara fisik dibandingkan dengan makhluk ciptaan alllah yang lainnya, kelebihan ini yang menjadikan manusia memiliki nilai yang berbeda satu dengan yang lainnya. Sehingga manusia dikatakan sebagai khalifah fil Arrd Pemimpin di muka bumi. Sebagai insan yang memiliki akal, maka manusia mempunyai cirta budi pekerti yang tak terlepas dari hasil pembentukan jiwanya, disinilah karakter rmanusia terbentuk dari pola kehidupan yang berdasarkan gen, kebiasaan dan lingkungan. untuk mendapatkan budi pekerti yang luhur maka diperlukan sebuah pemahaman tentang pengendalian diri dari hal 49 hal yang menjadikan budi pekerti yang luhur menjadi rusak atau yang rusak menjadi luhur. Berdasarkan pengamatan dan penelitian para akhli dibidang kejiwaan dan psikologi, maka karakter dapat dibentuk berdasarkan kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus dan pengaruh lingkungan yang mempengaruhinya. Separti konsep karakter yang di miliki oleh al- Ghazali tenta ng akhlak yang terkait dengan pembentukan karakter yaitu “ bahwa karakter atau akhlak mempunyai tiga demensi, yaitu : a Dimensi diri, yakni orang dengan dirinya dan tuhannya, seperti ibadah dan sholat b Dimensi sosial, yakni masyarakat, pemerintah dan pergaulannya dengan sesama. c Dimensi metafisis, yakni akidah dan pegangan dasarnya. 21 Dengan demikian “ Akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa manusia yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbanga. jika sikap yang darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segala akal dan syarah’ maka ia disebut akhlak yang baik. Dan jika lahir darinya perbuatan yang tercela, maka sikap tersebut akhlak yang buruk Beranjak dari pemahaman al-Ghazali dapat kita ketahui bahwa dalam pembentukan akhlak diperlukan beberapa kesadaran diri akan perubahan dan pengaruh yang melibatkan diri kita dapat memilih mana yang harus dilakukan dan mana yang harus ditinggalkan. Melalui jalan Riyadha An-Nafs wa Tanzib al-akhlak maka konsep dasar pembentukan karakter beragama dapat diwujutkan. Riyadha An- Nafs Tanzib al-akhlak meliputi cara pembentukan akhlak yang baik, cara mengetahui keburukan-keburukan diri sendiri, bersabar menahan gangguan, pendidikan merupakan alat pembentukan karakter. Adapun uraiannya sebagai berikut: 1. Pembentukan akhlak yang baik dan buruk 21 . Mo. Ardani, akhlak –Tasawuf, Jakarta :CV. Karya Mulia,Cet.II, 2005. h.28 50 Dalam Pembentukan akhlak yang baik maka diperlukan suatu pengajaran yaitu pendidikan. Didalam pendidikan maka karakter terbentuk, untuk mendapatkan akhlak yang baik maka diperlukan pendidikan akhlak yang baik , lingkungan yang baik dan intergrasi dan adaptasi sosial yang baik. Berdasarkan tujuan pendidikan Islam maka, pembentukan karakter dapat dimulai dengan adanya kesadaran tentang penghambaan diri kepada Allah Aja wa jalla sebagai tuhan yang maha besar, tiada yang menandinginya. Hal ini menjadikan manusia memiliki rasa takut yang dalam akan ancaman dan berharab mendapat ampunan dan keridhohanya. Pendidikan Islam merupakan pola pembentukan karakter beragama yang sesuai dengan tutunan Illahi yaitu Al-Quran dan al- hadis, dimana al-Quran sebagai pedoman umat Islam dan al-hadis sebagai bentuk pengimplementasian al-Quran. Disini figur yang dapat kita contoh adalah para NabiRasul dan manusia yang saleh budi pekertinya. Hal ini terdapat dalam Q.S.Al-Ahzab33:21 yang menerangkan Rasul Nabi sebagai suritauladan yang dapat dicontoh sebagai berikut:                   21. Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. Al-Ghazali berpendapat “bahwa untuk meluruskan karakter dan mendidik akhlak di perlukan pendidikan budi pekerti. 22 Dari pendidikan budi pekerti maka konsep dasar pembentukkan karakter beragama dapat di wujutkan dimana akhlak 22 .Fhatiyah Hasan Sulaiman, Sistem Pendidikan Versi Al- Ghazali,Trej..Fathur Rahman dan Syamsudin Asyarafi, dari Judul asli Al-Mazhabut Tarbawi Inda al-Gahazali , Bandung : Al- Ma’arif, 1986, Cet.1, h.66 51 merupakan hasil dari pendidikan, latihan, pembinaan, perjuangan keras dan sungguh-sungguh, menurut para ulama-ulama Islam yang cenderung kepada pendidikan akhlak. Adapun yang berpendapat bahwa akhlak merupakan gambaran batin sebagaimana terpantul dalam perbuatan lahir. Perbuatan lahir ini tidak akan sanggup mengubah batin, dikarenakan akhlak merupakan insting garizah, yang di bawa manusia sejak lahir. Hal ini bertentangan dengan pendapat Al- Ghazali yang mengatakan “bahwa seandinya akhlak tabiat tidak dapat dirubah tentu nasehat dan bimbingan tidak ada gunanya. Jadi menurut al-Ghazali akhlak karakter tentu dapat dirubah walau hadirnya akhlakkarakter berdasarkan bawaan sejak lahir. Disinilah al-Ghazali memiliki beberapa pandangan tentang pembentukan karakter yang merupalan landasan dasarnya adalah mengendalikan Nafsu dengan membiasakan dan merubah kebiasaan yang buruk dengan yang baik dan mempertahankan yang baik dengan meningkatkan keimaanan dan ketakwaan kepada ketentuan yang telah Allah berikan. Dengan demikian akhlak itu mempunyai empat syarat: a. Perbuatan baik dan Buruk b.. Kesanggupan melakukan c. Mengetahuinya d. Sikap mental yang membuat jiwa cenderung kepada salah satu kedua sifat tersebut, sehingga mudah melakuakan yang baik atau yang buruk. Mernurut al-Farabi, ia menjelaskan bahwa akhlak itu bertujuaan untuk memperoleh kebahagiaan yang merupakan tujuan tertinggi yang dirindui dan diusahakan oleh setiap orang. Jika diperhatikan pendapat al-Farabi ini memiliki devinisi akhlak yang saling melengkapi tentang hadirnya akhlak dalam diri manusia yaitu suatu sikap yang tertanam kuat dalam jiwa yang Nampak dalam