Prosedur Penelitian METODE PENELITIAN

29 Muhammmad, kemudian dipelajarinya ilmu thasawuf dari Yusuf en Nassaj, seorang sufi yang terkenal . Pada thun 476 H, Al-Ghozali berpindah ke Jurjan melanjutkan pelajarannya, ia belajar kepada Nashar el Isma’ili. Tidak puas dengan pelajaran yang diterimanya di Jurjan, maka ia kembali ke Thus selama 3 tahun lamanya. 4 Diceritakan bahwa dalam perjalanan pulangnya beliau dan kawan-kawannya dihadang sekawanan pembegal yang kemudian merampas harta dan kebutuhan – kebutuhan yang mereka bawa. Pada pembegalan tersebut merebut tas Al –Ghozali yang berisikan buku-buku filasafat dan ilmu pengetahuan yang beliau senangi, kemudian al-Ghozali berharap kepada mereka agar sudi ilmu pengetahuan yang terdapat dalam buku itu. Kawasan perampok merasa ibah hati dan kasihan kepadanya, akhirnya mereka mengembalikan buku-buku itu kepadanya. Diceritakan pula bahwa setelah kejadian itu beliau menjadi rajin mempelajari buku-bukunya, mempelajari ilmu yang terkandung di dalamnya dan berusaha mengamalkannya. Bahkan beliau selain menaruh bukku-bukunya, di situ tempat khusus yang aman. 5 Kemudian timbul fikirannya untuk mencari sekolah yang lebih tinggi. Pada tahun 471 H. Al-Ghozali berangkat menuju kota Nishapur Neisabur ia tertarik dengan sekolah tingginya “Nizamiyah” disinilah w.478 H1085 M, yang diberi gelar kehormatan “Imam Haramain” Imam dari dua kota suci Mekkah dan Madinah. Kepada imam yang serba ahlil inilah, al-Ghozali belajar langsung sebagai mahasiswa. Dia pelajari ilmu-ilmu agamna, ilmu- ilmu falsafah, keahlian al-Ghozali diakui dapat mengimbangi keahlian guru yang sangat dihormatinya itu. Dengan tidak ragu sedikitpun Imam Hawamain mengangkat al-Ghozali sebagai dosen 4 Ibid …., hal 31 5 Abudin Nata,Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2003 Cet.III, hal.82 30 diberbagai fakultas dari Nizamiyah itu. Bahkan dia mewakilinya memimpin maupun untuk menggantikannya pada setiap kali berhalangan, baik untuk mewakilinya memimpin maupun untuk menggantikannya mengajar. 6 Al-Gozali memang orang yang Cerdas dan sanggup mendebat segala sesuatu yang tidak sesuai dengan penalaran yang jernih hingga imam al-Juawini sempat memberi predikat beliau itu sebagai orang yang memiliki ilmu yang sangat luas bagaikan “laut dalam nan menenggelamkan Bahrun mughariq .” Ketika gurunya ini meninggal dunia, al-Ghozali meninggalkan Naisabur menuju istana Nizam al-Mulk yang menjadi perdana mentri Sultan Bani Saljuk. Keikut sertaan al-Ghozali dalam diskusi bersama kelompok ulam dan para intelektual dihadapan Nizam al –Mulk membawa kemenangan baginya. Hal itu tidak lain berkat ketinggian ilmu falsafahnya, kekayaan ilmu pengetahuannya, kefasihan lidahnya dan kejituan argumentasinya, Nidzam al-Mulk benar-benar kagum melihat kehebatan beliau ini dan berjanji akan mengangkatnya sebagai guru besar di Universita yang didirikannya di Bagdad. Peristiwa ini terjadi pada thun 484 H atau 1091 M.- 7 Ditengah- tengah kesibukan mengajar di Bagdad beliau masih sempat mengarang sejumlah kitab seperti Al –Basith, al-Wasih, Al- Wajiz, Khulashah ilmu Fiqih, al-Mumqil Fi Ilm al- Jaddal, Ma’Khdz al-khalaf, Lubah an-Nadzar, Tashin al- Ma’akhiz dan al-Mabadi Wa al-Ghayat fi Fann al Khalaf. Namun kesibukan dalam karangan mengarang ini tidaklah mengganggu perhatian beliau terhadap ilmu metafisika dan beliau menegakkan kebenaran adat istiadat warisan nenek moyang di mana belum ada seorangpun yang memperderbatkan soal kebenarannya atau menggali asal-usul dari timbulnya istiadat tersebut. 6 Zainal Abidin Ahmad, Riwayat Hidup Imam Al-Ghozali...., hal. 32-35 7 Fhatiyah Hasan Sulaiman, Sistem Pendidikan Versi Al-Ghozali....., hal.14