Materi dan Metode Yang Dikaji Majelis Ta ’lim Materi

Ada beberapa metode yang di gunakan di majelis ta’lim, diantaranya : a. Majelis ta’lim yang diselenggarakan dengan metode halaqah. Dalam hal ini pengajar atau ustadzah atau kiayi memberikan pelajaran biasanya dengan memegang suatu kitab tertentu. Peserta mendengarkan keterangan pengajar sambil menyimak kitab yang sama atau melihat ke papan tulis dimana menuliskan apa-apa yang hendak diterangkan. b. Majelis ta’lim yang diselenggarakan dengan metode mudzakarah. Metode ini dilaksanakan dengan cara tukar menukar pendapat atau diskusi mengenai suatu masalah yang disepakati untuk dibahas. c. Majelis ta’lim yang diselenggarakan dengan metode ceramah. Metode ini dilksanakan dengan dua cara. Pertama, ceramah umum, dimana pengajar atau ustadzah atau kiayi bertindak aktif dengan memberikan pelajaran atau ceramah, sedangkan peserta pasif, yaitu tinggal mendengar atau menerima materi yang diceramahkan. Kedua. Ceramah terbatas, dimana biasanya terdapat kesempatan untuk bertanya jawab. Jadi baik pengajar atau ustadzah atau kiayi maupun peserta atau jamaah sama-sama aktif. d. Majelis ta’lim yang diselenggarakan dengan metode campuran. Artinya satu majelis ta’lim menyelenggarakan kegiatan pendidikan atau pengajian tidak dengan satu maacam metode saja, melainkan dengan berbagai metode secara berselang-seling. 12 Barangkali dalam m ajelis ta’lim dewasa ini Majelis ta’lim umum metode ceramah telah sangat membudaya, seolah-olah hanya metode ini saja yang dapat dipakai dalam majelis ta ’lim. Dalam rangka pengembangan dan peningkatan mutu majelis ta’lim ada baiknya metode yang lain mulai dipakai. 12 Nurul Huda, Pedoman …, h. 29

B. Membina Sikap Keagamaan 1. Pengertian Membina

Menurut kamus bahasa Indonesia Membina adalah membangun, mendirikan atau mengusahakan supaya lebih baik atau lebih maju maju, sempurna. 13

2. Pengertian Sikap Keagamaan

Sebelum sampai pada pengertian sikap keagamaan terlebih dahulu ada baiknya penulis akan menguraikan tentang pengertian sikap dan pengertian agama yang merupakan kata dasar dari keagamaan. Menurut bahasa etimologi, sikap adalah “Perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan pada pendirian, pen dapat atau keyakinan”. 14 Sikap atau dalam bahasa Inggris disebut attitude menurut Ngalim purwanto adalah “Perbuatan atau tingkah laku sebagai respon atau reaksi terhadap suatu rangsangan atau stimulus”. 15 G.W.Allport 1953 mengemukakan bahwa “sikap adalah keadaan mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya ”. 16 Jadi, sikap merupakan kesiapan merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi secara konsisten. Apabila individu memiliki sikap yang positif terhadap obyek ia akan siap membantu, memperhatikan, berbuat sesuatu yang menguntungkan obyek itu. Sebaliknya bila ia memiliki sikap yang negatif terhadap suatu obyek, maka ia akan mengecam, mencela, menyerang bahkan membinasakan obyek itu. 13 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, Edisis III, 152. 14 Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1976, Cet. I, h. 499 15 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995, Cet. 10, h. 141 16 Michael Adryanto, Psikologi Sosial, Jakarta: Erlangga, 1994, Cet. III, h. 137. Dari uraian di atas jelaslah bahwa sikap merupakan kesediaan bertindak atau bertingkah laku seseorang individu yang berdasarkan pendirian dan pendapat terhadap suatu hal atau objek tertentu . tidak ada satu sikappun yang tanpa objek. Misalnya: sikap seseorang muslim terhadap gading babi yang dianggapnya sebagai makanan yang haram dan kotor. Dengan demikian sikap adalah konsep yang membantu kita untuk memahami tingkah laku. Sejumlah perbedaan perbedaan tingkah laku dapat merupakan pencerminan atau manifestasi dari sikap yang sama. A. Aspek-aspek sikap Bila kita membicarkan tentang sikap keagamaan seseorang berarti kita secara langsung membicarakan pengalaman ajaaran agamanya, karena ajaran agaama seseorang merupakan perwujudan dari sikap keagamaannya. Sikap merupakan predisposisi unutk bertindak senang atau tidak terhadap objek tertentu yang mencakup komponen kognisi, afektif, dan konasi yang merupakan evaluasi yang bersifat personal, yang membentuk kecenderungan untuk bertindak. 17 Jika keagamaan adalah suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama. Merunjuk kepada rumusan di atas terlihat bahwa ada tiga aspek sikap keagamaan, yaitu: 1. Aspek kognisi, adalah segala hal yang berhubungan dengan intelek jiwa manusia, dimana akal pikiran merupakan potensi manusia yang dapat dikembangkan untuk mendorong melakukan perbuatan yang baik dan menghindarkan perbuatan yang buruk. Dengan adanya manusia berfikir dan memahami perbuatan-perbuatan maka manusia membutuhkan pegangan hidup yang disebut agama, sehingga dalam jiwa manusia mengakui adanya zat yang maha kuasa tempat berlindung dan memohon pertolongan. 17 Jujun Suniassumantri, Hindarkan Indoktrinasi, Jakarta: Panjimas, 1989, cet. I.