melandasi kehidupan duniawi dalam segala bidang kegiatannya, fungsi demikian sesuai dengan pembangunan nasional kita.
4
Pada umumnya pendidikan adalah tugas dan tanggung jawab bersama yang dilaksanakan secara sadar baik dari pihak pendidik maupun pihak
terdidik. Kesadaran dalam melaksanakan pendidikan adalah dimaksudkan untuk mencapai kedewasaan dan kematangan berfikir yang dapat diusahakan
melalui beberapa proses pendidikan, yaitu proses pendidikan formal, informal dan nonformal.
Pendidikan agama merupakan usaha sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga
mengimani, bertakwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya yakni kitab suci Al-
Qur’an dan Al-Hadist, melaui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman,
dibarengi tuntutan untuk menghormati penganut beragama dalam masyarakat sehingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.
Gambaran manusia yang diharapkan melalui proses pendidikan adalah seorang muslim yang beriman kepada Allah SWT, bertakwa, berakhlak mulia
serta menguasai ilmu untuk dunia dan akhirat serta memikul tanggung jawab dan amanat yang dibebankan kepadanya sesuai dengan kemampuan masing-
masing. Keberhasilan seseorang dalam menyiarkan ajaran Islam sangat
tergantung kepada metode manhaj yang digunakan sebagai media dakwah. Media dakwah dapat berupa pendidikan formal, non formal, informal maupun
forum-forum incidental seperti tabligh akbar, ceramah-ceramah agama khususnya yang berkaitan dengan sosio-kultural masyarakat.
Oleh sebab itu, lembaga non formal seperti majelis ta’lim diharapkan
dapat memberikan kontribusi berupa sarana pemberdayaan masyarakat untuk menanamkan dan meningkatkan pengetahuan agama yang nantinya dapat
membentuk sikap keagamaan pada pribadi mereka.
4
H. M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam Islam dan Umum, Jakarta: Bumi Aksara, 1995. Cet. I, h. 120.
Menurut pengamatan penulis, majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami
merupakan salah satu lembaga non formal yang dalam rangka meningkatkan pedidikan agama Islam khususnya bagi kaum ibu. Semenjak didirikanya
hingga kini telah banyak memberikan kontribusi bagi masyarakat sekitar bahkan lebih luas lagi.
Sesuai dengan latar belakang di atas maka penulis bermaksud untuk mengadakan penelitian dengan judul
“PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU MTGKI AD-
DA’WATUL ISLAMI DALAM MEMBINA SIKAP KEAGAMAAN JAMAAH
”. Studi kasus di lingkungan
RT 1213 Kelurahan Sahabat kecamatan Cengkareng Timur Jakarta Barat.
B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka identifikasi masalah yang dapat dirumuskan penulis antara lain :
a. Majelis ta’lim merupakan salah satu wahana atau sarana dalam rangka
transfer nilai-nilai agama b.
Peranan majelis ta’lim dalam membina sikap keagamaan jamaah c.
metode yang dikembangkan oleh para pengurus di majelis ta’lim Ad- Da’watul Islami
d. Fungsi dan Manfaat yang dirasakan oleh jamaah dan masyarakat
sekitarnya. e.
Pemahaman dan pengalaman peserta majelis ta’lim dalam memahami dan mengamalkan nilai-nilai keagamaan tersebut.
C. Pembatasan Masalah
Agar dalam penulisan skripsi ini tidak melebar terlalu luas yang nantinya akan sulit menemukan permasalahan yang dituju, maka masalah
penelitian ini dibatasi, yakni: 1.
Majelis ta’lim yang dimaksud adalah kegiatan atau aktifitas yang dilakukan di
majelis ta’lim Gabungan Kaum Ibu MTGKI Ad Da’watul Islami Cengkareng Timur, Jakarta Barat.
2. Sikap keagamaan yang dimaksud adalah pelaksanaan nilai-nilai ibadah
serta sikap sosial yang dilakukan jama’ah dalam kehidupan sehari-hari
setelah mereka mendapatkan pendidikan agama Islam yang diperolehnya.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan yakni: Bagaiman peranan
majelis ta’lim Gabungan Kaum Ibu MTGKI Ad Dawatul Islami dalam membina sikap
keagamaan para jamaahnya di lingkungan RT 1213 Kelurahan Sahabat kecamatan Cengkareng Timur Jakarta Barat.
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui bagaimana peranan
majelis ta’lim Islam Ad-
Da’watul Islami dalam membina sikap keagamaan
jama’ah.
Kegunaan Penelitian:
1. Berguna bagi penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah sebagai tugas
akhir perkuliahan. 2.
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan serta informasi agar lebih memperhatikan lagi kualitas serta kuantitas
peranan di MTGKI Ad- Da’watul Islami.
3. Dengan data ini diharapkan akan menjadi bahan informasi pula bagi
semuanya untuk dapat meningkatkan pengajaran pendidikan agama
Islam bagi lembag formal maupun non formal.
7
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Peranan dan Majelis Ta’lim
1. Peranan Peranan berasal dari kata peran yang mempunyai arti: seperangkat
tingkat yang diharapkan dapat dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. Sumber lain mengartikan kata peran sebagai karakter yang
dimainkan oleh objek.
1
Setelah mendapat akhiran an kata peran memiliki arti yang berbeda diantaranya sebagai berikut:
a. Peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan. b. Peranan adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh indifidu atau suatu
lembaga. c. Peranan adalah tindakan yang dilakukan seseorang dalam suatu
peristiwa.
2
Dari pengertia-pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa peranan adalah suatu kewajiban yang harus dilaksanakan baik oleh pribadi
1
WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1985, h. 33.
2
Em Zul Fajri dan Ratu Aprilia, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta: Difa Publiser, h. 641.
maupun institusi. Kewajiban yang dilaksanakan dimaksudkan untuk mencapai maksud dan tujuan.
2. Pengertian Majelis Ta’lim
Majelis ta’lim menurut bahasa terdiri dari dua kata yaitu “majelis” dan “ta’lim”, yang keduanya berasal dari bahasa Arab. Kata majelis ta’lim adalah
bentuk isim makna dari akar kata “” Yang berarti “tempat duduk, tempat sidang atau dewan”.
3
Tuti Alawiyah As dalam bukunya “strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Ta’lim”, mengatakan bahwa salah satu arti dari majelis adalah
“pertemuan atau perkumpulan orang banyak” sedangkan ta’lim berarti “pengajaran atau pengajian agama Islam”.
4
Kini apabila kedua istilah tersebut disatukan maka yang akan muncul kemudian gambaran sebuah suasana dimana para muslimin berkumpul untuk
melakukan kegiatan yang tidak hanya terikat pada makna pengajian belaka melainkan kegiatan yang dapat menggali potensi dan bakat serta menambah
pengetahuan dan wawasan para jama’ahnya. Musyawarah majelis ta’lim se DKI Jakarta yang berlangsung tanggal
9-10 Juli 1980 memberikan batasan ta’rif majelis ta’lim.
“Yaitu lembaga pendidikan non formal Islam yang memiliki kurikulum tersendiri, diselenggarakan secara berkala dan teratur, dan
diikuti oleh jama’ah yang relatif banyak, dan bertujuan untuk membina
dan mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara manusia dengan Allah swt. Antara manusia sesamanya, dan antara mansuia dan
lingkungannya; dalam rangka membina masyarakat yang bertaqwa kepada Allah SWT.”
5
3
Ahmad Waeson Munawir, Kamus Al-Munawwir, Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1997, Cet. 14, h. 202
4
Tuti Alawiyah As, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Ta ’lim Bandung: MIZAN,
1997, h.5
5
Nurul Huda, Pedoman Majelis Taklim, Jakarta: KODI DKI Jakarta, 1990, Cet. II, h. 5