kepadanya didalam hubbungannya dengan Tuhan-Nya dengan kehidupannya.
19
Berdasarkan pada pengertian di atas, syari’ah berpusat pada dua segi yang mendasar, yaitu segi hubungannya dengan tuhan yang
disebut ibadah, dsn segi hubungan manusia dengan sesama yang di sebut muamalah.
Antara ibadah dan muamalah mempunyai kaitan yang sangat erat, tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya, dalam
arti keduanya harus bernilai ibadah sebagai proses, sesuai dengan maksud dan tujuan manusia diciptakan Tuhan. Seperti dalam firman
Allah yang berbunyi:
Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya untuk mengabdi ibadah kepada-
Ku” Surat Adz-Dzariyat : 56
3. Akhlak
Pengertian akhlak dari segi bahasa berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tabiat, watak dasar kebiasaan, sopan dan santun agama.
Secara linguistik kebahasaan kata akhlak merupakan isim jamid atau isim ghairu mustaq, yaitu isim yang tidak mempunyai akar kata, melainkan kata
tersebut memang begitu adanya. Kata akhlak adalah jama dari kata khuluqun atau khuluq yang artinya sama dengan arti akhlaq sebagaimana telah
disebutkan di atas.
20
Prof. Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan kehendak, contohnya bila kehendak itu dibiasakan memberi, maka kebiasaan
itu ialah akhlak dermawan.
19
Zuhairini, et. All., Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, cet. 11, h. 36.
20
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf Nilai-Nilai Akhlak atau Budipekerti dalam Ibadah dan Tasawuf, Jakarta: CV. Karya Mulia, 2005, h. 25-26.
Di dalam ensiklopedi pendidikan dikatakan bahwa akhlak ialah budi pekerti, watak, kesusilaan, kesadaran etika dan moral yaitu kelakuan baik
yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya dan terhadap sesama manusia.
Al- Mu’jam al-wasit menyebutkan definisi akhlak sebagai berikut:
Akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahir macam- macam perbuatan baik dan buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan
pertimbangan.
21
Akhlak dalam konsepsi Al-Ghazali, sebagaimana yang telah dikutip oleh Muhammad Ardani, bahwa akhlak tidak hanya terbatas pada apa yang
dikenal dengan “teori menengah” dalam keutamaan seperti yang disebut oleh Aristoteles, dan pada sejumlah sifat keutamaan yang bersifat pribadi, tapi juga
menjangkau sejumlah sifat keutamaan akali dan amali, perorangan dan masyarakat. Semua sifat ini bekerja dalam suatu kerangka umum yang
mengarah kepada suatu sasaran dan tujuan yang telah ditentukan. Akhlak menurut Al-Ghazali, sebagaimana yang telah dikutip
Muhammad Ardani, bahwa akhlak mempunyai tiga dimensi: a.
Dimensi diri, yakni orang dengan dirinya dan tuhannnya, seperti ibadah dan shalat.
b. Dimensi sosial, yakni masyarakat, pemerintah dan pergaulannya
dengan sesamanya. c.
Dimensi metafisis, yakni akidah dan pegangan dasarnya.
22
Dalam konsep akhlak adalah suatu sikap mental halun lin nafs yang mendorong untuk berbuat tanpa piker dan pertimbangan. Keadaan atau sikap
jiwa ini terbagi dua: ada yang berasal dari watak tempramendan ada yang berasal dari kebiasaan dan latihan. Dengan kata lain tingkah laku manusia
21
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994, cet. Ke- 11, h. 2.
22
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf Nilai-Nilai Akhlak Atau Budi Pekerti Dalam Ibadah Dan Tasawuf, Jakarta: CV.Karya Mulia, 2005, h. 25
mengandung dua unsur-unsur watak naluri dan unsure usaha lewat kebiasaan dan latihan.
Sedangkan menurut al-Farabi, sebagaimana yang telah dikutip oleh Muhamad Ardani, ia menjelaskan bahwa akhlak itu bertujuan untuk
memperoleh kebahagian yang merupakan tujuan tertinggi yang dirindui dan diusahakan oleh setiap orang.
23
Jadi, pada hakikatnya khuluk budi pekerti atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian
hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran.
24
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya yang selalu ada
padanya, sifat itu dapat terlahir berupa perbuatan baik disebut akhlak yang mulia atau perbuatan buruk yang disebut akhlak yang tercela sesuai dengan
pembinaannya. Ruang lingkup akhlak mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Pola hubungan dengan Allah, seperti mentauhidkan Allah dan
menghindari syirik, bertaqwa kepada-Nya, memohon pertolongan kepada-Nya dan lain-lain
b. Pola hubungan manusia dengan Rasullah, yaitu menegakkan sunah
rasul, menziarahi makamnya di madinah dan membacakan shalawat.
c. Pola hubungan manusia dengan dirinya, seperti menjaga kesucian
diri dari sifat rakus dan mengumbar nafsu, mengembangkan keberanian dalam menyampaikan yang hak dan membrantas
kedzaliman. Pola hubungan dengan masyarakat, dalam konteks kepemimpinan,
seperti menegakkan keadalian, berbuat ihsan, menjungjung tinggi
23
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf..., h. 29
24
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994, Cet. II, h.1