Pengaruh Store Environment Terhadap Minat Pembelian Ulang Konsumen Metro Supermarket Medan Plaza.

(1)

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PROGRAM STRATA-1

MEDAN

PENGARUH STORE ENVIRONMENT TERHADAP MINAT

PEMBELIAN ULANG PADA KONSUMEN METRO

SUPERMARKET MEDAN PLAZA

SKRIPSI OLEH

FENNY K MARPAUNG 070502187

DEPARTEMEN MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

Medan 2011


(2)

ABSTRAK

Fenny K. Marpaung, (2011). Pengaruh Store Environment Terhadap Minat Pembelian Ulang Konsumen Metro Supermarket Medan Plaza. Dibimbing oleh Dr. Beby Karina Fawzeea, SE, MM, Dr. Endang Sulistya Rini SE, MSi sebagai Ketua Departemen Manajemen, Dra. Ulfah, MSi sebagai dosen penguji I, dan Dr.Yeni Absah, SE, MSi. sebagai dosen penguji II.

Minat pembelian ulang didefenisikan sebagai pernyataan tentang keinginan konsumen untuk melakukan pembelian kembali di Metro Supermarket, Medan Plaza. Perusahaan harus mempelajari keinginan, persepsi, preferensi, dan perilaku belanja konsumen sasaran mereka guna menerapkan strstegi yang tepat guna menumbuhkan minat pembelian ulang terhadap perusahaan ritel mereka. Lingkungan toko (Store environment) mampu mempengaruhi perilaku membeli konsumen. Pada umumnya perusahaan ritel menerapkann lingkungan toko yang baik agar para konsumen tertarik untuk mengunjungi dan berbelanja kembali di perusahaan ritel tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Store Environment Terhadap Minat Pembelian Ulang Konsumen Metro Supermarket Medan Plaza dan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh paling dominan terhadap Minat Pembelian Ulang Konsumen Metro Supermarket Medan Plaza. Pengambilan sampel dengan metode purposive sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsumen yang melakukan pembelanjaan lebih dari dua kali di Metro Supermarket Medan Plaza dan telah berusia antara 16-45 tahun. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik yang terdiri dari analisis regresi linear berganda, pengujian signifikan simultan, dan pengujian signifikan parsial, dan pengujian koefisien determinasi.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel independen store image, store atmosphere, dan store theatric memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap minat pembelian ulang konsumen pada Metro Supermarket Medan Plaza. Faktor store theatric merupakan variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi minat pembelian ulang pada Metro Supermarket Medan Plaza.

Kata kunci: Faktor Store Image, Store Atmosphere, dan Store Theatric, Minat


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji, hormat dan syukur hanya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang hanya oleh atas kasih dan anugerah-Nya telah memperkenankan penulis dapat menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Ekonomi, hingga akhirnya menyelesaikan penyusunan skripsi ini.untuk menyelesaikan dan mempersembahkan skripsi ini. Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Manajemen Departemen Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis telah mendapat dukungan dan motivasi, saran, serta, doa, dari beberapa pihak selama menjalani perkuliahan dan selama menyelesakan penyusunan skripsi ini. Adapun pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini SE, MSi selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayanie SE, MSi selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

4. Ibu Dr. Beby Karina F. SE, MM selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia membimbing, mengarahkan, dan memberikan masukan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Dra.Ulfah, M.Si selaku dosen penguji I saya.


(4)

7. Drs. Chairuddin Nasution selaku dosen wali dan pembimbing akademik 8. Drs. Togu Pasaribu selaku Kepala Personalia PT Metro Makmur

Nusantara Medan Plaza, yang telah banyak memberikan bantuan dan informasi selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staf pegawai Fakultas Ekonomi yang telah banyak membantu dan membimbing penulis selama masa perkuliahan.

10.Teristimewa orangtua tercinta, Bapak Ir.Annel Girsang dan Mama Nella Samosir,S.Pd, Opung Gian serta saudara-saudara tersayang (Ka Ika, Abang Hardi, Ka Imelda, Ka Mona, Adik Icha), saudara ipar (Bang Hendra, Eda Martha, Bang Indra, Bang Sonder) yang senantiasa memberi kasih sayang, semangat, dan doa bagi penulis. Skripsi ini penulis persembahkan untuk bapak dan mama.

11. Sahabat-sahabat terbaik, Iin ‘Dya’, Junita ‘Juntek’, Monica ‘Momon’, Ayu ‘Joelin’, anggota PMI yang mengasih hari-hari penulis selama masa perkuliahan dengan canda-tawa, suka dan duka. Terimakasih sobatku. 12.Teman sekosku, Ka Erna, Ka Ruth, Ka Finolia. Terima kasih buat bantuan

dan dukungan yang selalu penulis rasakan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, banyak kekurangan karena keterbatasan penulis. Penulis berharap ini dapat bermanfaat


(5)

bagi seluruh pihak, dan penulis juga mengharapkan sumbangsih saran dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Terimakasih

Medan, Januari 2011 Penulis,


(6)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR... . vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Kerangka Konseptual ... 5

D. Hipotesis ... 8

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

1. Tujuan Penelitian ... 9

2. Manfaat Penelitian ... 9

F. Metode Penelitian ... 9

1. Batasan Operasional Variabel ... 9

2. Definisi Operasional Variabel ... 10

3. Skala Pengukuran Variabel ... 12

4. Tempat dan Waktu Penelitian... 13

5. Populasi dan Sampel ... 13

6. Jenis Data ... 13

7. Teknik Pengumpulan Data ... 15

8. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 16

9. Uji Asumsi Klasik ... 17

10. Analisis Data ... 18

BAB II URAIAN TEORETIS A. Penelitian Terdahulu ... 21

B. Bisnis Ritel ... 23

1. Pengertian Ritel ... 18

2. Lingkungan Toko Ritel ... 29

2.1. Store Image ... 30

2.2 Store Atmosphere ... 31

2.3. Store Theatrics ... 34

C. Roda Analisis Konsumen ... 38

1. Afeksi dan Kognisi Konsumen ... 39

2. Perilaku Konsumen ... 39

3. Lingkungan Konsumen ... 39

D. Perilaku Konsumen ... 43

1. Pengertian Perilaku Konsumen... 43

2. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ... 44

E. Proses Pengambilan Keputusan ... 45


(7)

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

A.Gambaran Umum Perusahaan... 48

B.Visi dan Misi Perusahaan ... 48

C.Modal Perusahaan dan Susunan Direksi ... 49

D.Event Metro Supermarket ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Uji Validitas dan Reliabilitas ... 53

1.Uji Validitas ... 53

2.Uji Reliabilitas ... 55

B. Analisis Deskriptif ... 56

1.Deskriptif Responden ... 57

2.Deskriptif Variabel ... 59

C. Uji Asumsi Klasik ... 63

1. Normalitas ... 63

D. Analisis Statistik ... 65

E. Uji Hipotesis ... 67

1. Uji Simultan (Uji F) ... 67

2. Uji Parsial(Uji t) ... 69

3. Koefisien Determinan ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 72

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75 LAMPIRAN


(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ... 8

Gambar 2.1 Jalur Distibusi Barang Pada Usaha Eceran ... 23

Gambar 2.2 Roda analisis Konsumen ... 37

Gambar 2.3 Pola Perilaku Konsumen Pada Usaha Ritel ... 41

Gambar 2.4 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian ... 44


(9)

\\\

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Kondisi Pasar Ritel Modern Indonesia 2007-2008 ... 4

Tabel 1.2 Definisi Operasional Variabel ... 11

Tabel 1.3 Jumlah Konsumen Supermarket Medan Plaza ... 13

Tabel 4.1 Item Total Statistics Validitas ... 54

Tabel 4.2 Validitas Instrumen ... 55

Tabel 4.3 Statistics Reliability ... 56

Tabel 4.4 Karakteristik Berdasarkan Usia ... 57

Tabel 4.5 Karakteristik Berdasarkan Gender ... 57

Tabel 4.6 Karakteristik Berdasarkan Kuantitas Kunjungan ... 58

Tabel 4.7 Karakteristik Berdasarkan Alasan Kunjungan ... 58

Tabel 4.8 Distribusi Penilaian Responden Terhadap Store Image ... 59

Tabel 4.9 Distribusi Penilaian Responden Terhadap Store Atmosphere ... 61

Tabel 4.10 Distribusi Penilaian Responden Terhadap Store Theatric ... 59

Tabel 4.11 Distribusi Penilaian Responden Terhadap Minat Beli Ulang ... 62

Tabel 4.12 Pendekatan Normalitas Kolmogorov-Smirnov ... 63

Tabel 4.13 Variables Entered/Removed ... 59

Tabel 4.14 Analisis Regresi Linear Berganda ... 66

Tabel 4.15 Hasil Uji F ... 68

Tabel 4.16 Hasil Uji t ... 70


(10)

ABSTRAK

Fenny K. Marpaung, (2011). Pengaruh Store Environment Terhadap Minat Pembelian Ulang Konsumen Metro Supermarket Medan Plaza. Dibimbing oleh Dr. Beby Karina Fawzeea, SE, MM, Dr. Endang Sulistya Rini SE, MSi sebagai Ketua Departemen Manajemen, Dra. Ulfah, MSi sebagai dosen penguji I, dan Dr.Yeni Absah, SE, MSi. sebagai dosen penguji II.

Minat pembelian ulang didefenisikan sebagai pernyataan tentang keinginan konsumen untuk melakukan pembelian kembali di Metro Supermarket, Medan Plaza. Perusahaan harus mempelajari keinginan, persepsi, preferensi, dan perilaku belanja konsumen sasaran mereka guna menerapkan strstegi yang tepat guna menumbuhkan minat pembelian ulang terhadap perusahaan ritel mereka. Lingkungan toko (Store environment) mampu mempengaruhi perilaku membeli konsumen. Pada umumnya perusahaan ritel menerapkann lingkungan toko yang baik agar para konsumen tertarik untuk mengunjungi dan berbelanja kembali di perusahaan ritel tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Store Environment Terhadap Minat Pembelian Ulang Konsumen Metro Supermarket Medan Plaza dan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh paling dominan terhadap Minat Pembelian Ulang Konsumen Metro Supermarket Medan Plaza. Pengambilan sampel dengan metode purposive sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsumen yang melakukan pembelanjaan lebih dari dua kali di Metro Supermarket Medan Plaza dan telah berusia antara 16-45 tahun. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik yang terdiri dari analisis regresi linear berganda, pengujian signifikan simultan, dan pengujian signifikan parsial, dan pengujian koefisien determinasi.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel independen store image, store atmosphere, dan store theatric memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap minat pembelian ulang konsumen pada Metro Supermarket Medan Plaza. Faktor store theatric merupakan variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi minat pembelian ulang pada Metro Supermarket Medan Plaza.

Kata kunci: Faktor Store Image, Store Atmosphere, dan Store Theatric, Minat


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sepuluh tahun yang lalu, konsumen masih betah berlama-lama di sebuah toko. Berbelanja menjadi bentuk pilihan rekreasi bagi konsumen. Konsumen meluangkan waktu untuk melihat etalase sambil mencari produk yang di-launch dan dipajang di toko itu. Kini saat berbelanja di dalam toko konsumen berjalan lebih cepat daripada beberapa tahun lalu. Berbelanja bukan lagi menjadi pilihan rekreasi. Konsumen mulai mencari alternatif bentuk rekreasi yang lain. Direktur Retailer Service The Nielsen Indonesia menyatakan adanya kecenderungan social media menjadi bentuk rekreasi yang baru bagi konsumen Indonesia. Internet menjadi pilihan otomatis rekreasi sehingga berbelanja membosankan dan menjadi pekerjaan rutin.(Aruman,”Ketika Berbelanja Bukan Lagi Rekreasi” MIX, Juli 2010, h.30).

Pelaku bisnis menyadari perubahan perilaku konsumen berbelanja. Namun banyak perusahaan ritel yang belum melakukan adaptasi terhadap perubahan. Pentingnya trade marketing tidak menjadi prinsipal akibat biaya trading. Sehingga perkembangan trade marketing di indu stri consumer goods Indonesia tidak signifikan. Perusahaan ritel hanya mengandalkan diskon yang bersifat short term. Tidak ada yang menyentuh emosi apalagi membangun loyalty. Kepuasaan panca indera dituntut, jadi dalam usaha ritel experience juga turut dijual.

Dalam menciptakan experience ini, lingkungan toko sebuah outlet memberikan pengaruh yang cukup besar. Seyogyanya desain sebuah outlet itu menjadi sebuah cerita yang baik. Setiap toko mempunyai sekuen (babak) awal,


(12)

tengah, dan akhir. Menurut Aruman berbagai studi perilaku konsumen menunjukkan bahwa persentase tertinggi dari seluruh pembelian di pasar swalayan serta gerai ritel lainnya adalah tak terencana Dalam pengertian lainnya keputusan pemilihan produk dan merek dibuat saat berada dalam toko. Lingkungan toko seperti desain toko, layout, musik, cahaya merupakan rangsangan yang berpengaruh pada sebuah toko. Karena keputusan pembelian konsumen dipengaruhi oleh rangsangan yang ada di sekitarnya pemilik toko harus dapat menciptakan rangsangan yang dapat membuat konsumen tertarik dan betah berada di dalam toko mulai memasuki toko, mengakses produk, melakukan pembelian, hingga meninggalkan kesan bagi konsumen untuk melakukan pembelian kembali ke toko tersebut.

Proses pembelian dimulai ketika konsumen mengenali kebutuhan yang belum terpenuhi. Konsumen mulai mencari informasi tentang cara memenuhi kebutuhan tersebut meliputi produk apa yang akan memberi konsumen manfaat dan bagaimana cara memperolehnya. Konsumen kemudian mengevaluasi berbagai alternatif produk melalui ritel, katalog, dan internet hingga memilih salah satu diantaranya. Pada suatu kondisi, konsumen akan mempertimbangkan ritel dan produk yang akan dibeli, mengevaluasi, melakukan keputusan pembelian, dan proses yang terakhir membuat keputusan pasca pembelian.

Minat pembelian ulang merupakan perilaku yang muncul sebagai respon terhadap objek. Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen terhadap suatu produk akan mempengaruhi perilaku selanjutnya (Kotler,2000:209). Minat pembelian ulang menunjukkan keinginan konsumen untuk melakukan pembelian ulang. Konsumen yang merasa nyaman dan puas berbelanja pada suatu toko akan


(13)

menyatakan perilakunya pasca pembelian, yaitu dengan berminat kembali berbelanja di toko tersebut.

Perusahaan ritel berformat supermarket lebih senang berfokus kepada penurunan harga produk. Tetapi tidak demikian dengan perusahaan ritel berformat hypermarket yang menyadari bahwa lingkungan toko dapat dimanfaatkan untuk membentuk arah maupun durasi perhatian konsumen bahkan mengekspresikan berbagai aspek mengenai toko kepada konsumen. Dengan keunggulan lingkungan toko, maka dengan cepat perusahaan asing dapat merebut bagian pasar (market share ) nasional.

Kehadiran berbagai perusahaan ritel berformat besar pada satu sisi sangat menggembirakan konsumen. Ekspansi peritel asing di Indonesia seperti: Hypermart, Giant, Carrefour sangat signifikan. Perusahaan ritel ini menawarkan berbagai hal positif antara lain kenyamanan saat berbelanja, keamanan, kemudahan, variasi produk yang semakin beragam, dan tentu saja harga produk yang semakin murah sehingga dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.

Perusahaan ritel modern lain yang mengalami perkembangan dengan performa yang signifikan dalam kurun lima tahun terakhir adalah minimarket. Pada tahun 2005-2008 gerai minimarket meningkat cukup tinggi yakni 16,4 % pertahun. Ditinjau dari kedekatan lokasi dengan konsumen, supermarket kalah bersaing dengan minimarket yang umumnya berlokasi di perumahan penduduk.

Supermarket merupakan format toko ritel yang memiliki posisi paling sulit dalam persaingan pasar ritel modern saat ini. Daya tarik supermarket semakin menurun seiring berkembangnya hipermarket dan minimarket . Penguasaan


(14)

pangsa omzet supermarket mengalami penurunan terus menerus. Tabel 1.1 berikut memperlihatkan kondisi pasar ritel modern di Indonesia.

Tabel 1.1

Kondisi Pasar Ritel Modern di Indonesia 2005- 2008 Keterangan Rata-Rata

Omset

Kenaikan Omset (%)

Pertumbuhan Gerai

Hipermarket 23,1 Triliun 41,7 39,8 % Supermarket 17,7 Triliun 26,2 10,9 %

Minimarket 14,5 Triliun 32,1 16,4 %

Sumber : Balai Uji,

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat disimpulkan bahwa supermarket memiliki pertumbuhan omzet dan pertumbuhan gerai paling rendah di tahun 2005-2008 dibanding hipermarket dan minimarket.

Keberadaan supermarket menjadi tanggung dan sulit di antara kepopuleran toko skala besar berformat hipermarket dan meluasnya minimarket. Konsumen tidak lagi memperhatikan selisih harga produk yang tidak terlalu banyak, tapi lebih mementingkan efisiensi waktu. Menciptakan lingkungan toko yang baik bagi konsumen berarti memuaskan konsumen. Konsumen yang merasa puas diharapkan akan melakukan pembelian ulang bahkan memberitahukannya kepada yang lain.

Dinamika persaingan bisnis ritel pada saat ini mengharuskan setiap perusahaan yang bergerak di bidang ini untuk senantiasa melakukan strategi yang dapat merebut hati konsumen. Perusahaan dapat menerapkan strategi yang tepat dalam menarik minat konsumen melakukan pembelian ulang. Store Environment yang baik adalah lingkungan toko yang menghadirkan kenyamanan bagi para pengunjungnya serta mampu merangsang mereka untuk berbelanja di toko tersebut. Pentingnya store environment terbukti dari suatu penelitian yang


(15)

menyatakan bahwa 70-80% persen dari keputusan membeli dilaksanakan di dalam toko, (Simamora,2003:164).

Medan sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia menjadi tujuan ekspansi pengusaha ritel dari luar daerah maupun peritel asing. Kehadiran peritel baik berformat hipermarket seperti: Carrefour, Hypermart serta minimarket Indomaret yang melakukan ekspansi sejak pertengahan tahun 2008 membuat posisi peritel yang berformat supermarket seperti Macan Yaohan, Gelora, Yuki, dan Suzuya menjadi sulit dalam meraih pasar akibat perubahan tren masyarakat berbelanja.

Salah satu jaringan supermarket yang berdiri di Medan adalah Metro Pasar Swalayan atau yang lebih dikenal dengan Metro Supermarket. PT Metro Makmur Nusantara yang bertempat kedudukan di Medan, Jl. Iskandar Muda No. 321 Lantai III Medan Plaza didirikan untuk jangka waktu 75 tahun lamanya berdasarkan akte No. 13 tertanggal 9 September 1982 yang dibuat di hadapan Lina Herawati SH selaku Notaris di Medan. Perusahaan ini bergerak di bidang supermarket.

Sejak berdirinya sampai sekarang PT Metro Makmur Nusantara atau Metro Supermarket telah berkembang dan membuka cabang di daerah lain di Sumatera antara lain Lhoksomawe (Aceh) dan Pematangsiantar. Metro Supermarket adalah salah satu perusahaan ritel yang bergerak melayani kebutuhan konsumsi keseharian (fast moving consumers goods) seperti: perlengkapan rumah tangga, perlengkapan sekolah dan kantor, kebutuhan bayi dan anak, makanan, minuman, pakaian, produk kecantikan, dan sebagainya.

Sebagai perusahaan ritel, tentunya Metro Supermarket memiliki preferensi tersendiri di dalam persaingan di antara pebisnis ritel yang ada. Letak Metro


(16)

Supermarket yang strategis yaitu di salah satu plaza yang telah lama dikenal masyarakat yaitu Medan Plaza, serta dapat diakses dengan kendaraan pribadi dan kendaraan umum memungkinkan masyarakat mudah untuk menjangkaunya. Metro Supermarket juga berupaya menerapkan lingkungan toko yang baik guna menarik minat konsumen untuk melakukan pembelian ulang. Lingkungan dalam toko Metro Supermarket cukup bersih dengan tata cahaya yang diupayakan menarik perhatian pengunjung, pengaturan barang dibuat berkelompok (free flow). Konsumen yang melakukan pembelanjaan di Metro didominasi wanita baik ibu rumah tangga maupun mahasiswi.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk membahas lebih lanjut tentang usaha eceran terutama dari aspek lingkungan toko dan menuangkannya dalam bentuk skripsi dengan judul : “Pengaruh Store Environment Terhadap

Minat Pembelian Ulang Konsumen Metro Supermarket Medan Plaza”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, maka perumusan masalah adalah sebagai berikut : “Bagaimana pengaruh store environment terhadap minat pembelian ulang konsumen Metro Supermarket Medan Plaza, Medan”

C. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan sintesa tentang hubungan dari beberapa variabel yang diteliti yang disusun dari beberapa teori yang dideskripsikan. Kerangka konseptual merupakan dasar pembuatan hipotesis (Sugiyono,2005:49).


(17)

Menurut model perilaku pembeli (Kotler,2003:202), proses pengambilan keputusan konsumen dipengaruhi oleh rangsangan pemasaran dan lingkungan yang masuk ke kesadaran pembeli. Perusahaan ritel berupaya mempengaruhi konsumen dengan rangsangan dalam toko agar konsumen datang dan mau membeli kembali di toko tersebut dalam upaya mempertahankan pelanggan.

Lingkungan toko (Store environment) mampu mempengaruhi perilaku membeli konsumen. Citra toko (Store image) terdiri atas kesan terhadap eksterior dan interior toko. Atmosfer toko (Store atmospherics) dapat dilihat dari atribut yang dapat menarik ke lima indera manusia, yaitu penglihatan (sight appeal), pendengaran (sound appeal), penciuman (scent appeal), peraba dan perasa (touch appeal). Pertunjukkan toko (Store theatrics) dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu tema dekorasi toko (decor themes) dan peristiwa yang special (store event) (Lewinson dalam Umar, 2003:60).

Dua variabel mental yang biasanya menjadi perhatian manajemen ritel ialah citra toko dan atmosfer toko. Keduanya berkaitan terhadap kognisi dan sikap konsumen (uyungs.wordpress.com). Menurut Sunarto (2007:92) pemilihan musik sebagai elemen atmosfer toko harus disesuaikan dengan event tertentu yang sedang berlangsung di toko tersebut. Selanjutnya Sunarto menyatakan bahwa pertunjukkan toko yang diselenggarakan oleh ritel akan menggugah keinginan konsumen untuk datang berbelanja dan melakukan pembelian ulang.

Dari uraian di atas, pengaruh lingkungan toko dengan minat pembelian ulang dapat digambarkan secara singkat yaitu lingkungan toko mampu mempengaruhi perilaku membeli konsumen. Bila teknik menata lingkungan toko menarik bagi konsumen maka konsumen akan merasa puas menghabiskan waktu dan berbelanja


(18)

dalam toko. Kepuasan pelanggan dapat mendorong minat pelanggan melakukan pembelian ulang pada suatu toko.

Berdasarkan teori pendukung dan perumusan masalah yang dikemukakan, berikut disajikan kerangka konseptual yang berfungsi sebagai penuntun, sekaligus mencerminkan alur berpikir yang merupakan dasar dari perumusan hipotesis.

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Citra Toko(Store Image) (X1)

Desain Arsitektur

Penampilan Tampak Depan Logo Toko

Pintu Masuk Etalase

Warna Ruang Toko Tata Letak Ruang Toko Ukuran Ruang Toko Kemudahan Akses Penempatan Barang Tata Cahaya

Atmosfer Toko(Store Atmospherics) (X2)

Pemandangan Toko Musik Toko

Aroma Toko

Daya Tarik Sentuhan

Sumber : Lewinson dalam Umar (2003:60), (diolah)

D. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan maka hipotesis penelitian ini adalah :

Minat Pembelian

Ulang

Pemandangan Toko(Store Threatrics) (X3)

Tema Dekorasi Toko Store Event


(19)

Terdapat pengaruh store environment terhadap minat pembelian ulang konsumen Metro Supermarket Medan Plaza.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan dan menganalisis seberapa besar pengaruh store environment terhadap minat pembelian ulang konsumen yang terjadi pada Metro Supermarket Medan Plaza.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Perusahaan

Memberikan informasi tambahan dan menjadi bahan pertimbangan perusahaan dan pihak yang berkepentingan dalam perusahaan untuk menetapkan kebijakan baru perusahaan tentang konsep lingkungan toko.

b. Bagi Peneliti

Menambah pemahaman tentang konsep lingkungan toko serta kaitannya dengan minat pembelian ulang konsumen

c. Bagi Peneliti Lanjutan

Memberikan sumbangan pemikiran atau referensi bagi pihak yang berminat melakukan penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang.

F. Metode Penelitian

1. Batasan Operasional Variabel

Pembatasan penelitian yang sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan peneliti serta keterbatasan informasi yang diperoleh pada objek penelitian


(20)

diperlukan untuk menghindari kesimpangsiuran dalam membahas dan menganalisa permasalahan.

Penelitian yang dilakukan peneliti terbatas pada faktor-faktor sebagai berikut:

a. Variabel Independent (X) terdiri atas citra toko (X1), atmosfer toko (X2),

dan pertunjukkan toko (X3

b. Variabel Dependent (Y) adalah minat pembelian ulang . )

Penelitian yang dilakukan peneliti juga terbatas pada Metro Supermarket Medan Plaza.

2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional yang terdapat dalam tulisan ini adalah: a. Variabel Independent

1. Variabel X1

Citra toko adalah gambaran apa yang dilihat dan dirasakan oleh konsumen terhadap toko tertentu. Citra konsumen terhadap sebuah toko terdiri atas kesan interior dan eksteriornya.

(Citra toko)

2.Variabel X2

Atmosfer toko adalah keseluruhan efek emosional yang diciptakan oleh atribut fisik toko. Atmosfer toko yang menyenangkan hendaknya dapat dilihat dari atribut yang dapat menarik ke lima indera manusia, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, dan perasa. Untuk menciptakan atmosfer toko yang merangsang pembelian, sebuah retailer harus mampu membangkitkan niat atau keinginan untuk berbelanja dalam benak konsumen


(21)

3.Variabel X3

Pertunjukkan toko merupakan ekspresi toko baik melalui dekorasi maupun peristiwa spesial untuk menarik pembeli potensial.

(Pertunjukkan toko)

b.Variabel Dependen (Y)

Minat pembelian ulang didefenisikan sebagai pernyataan tentang keinginan konsumen untuk melakukan pembelian kembali di Metro Supermarket, Medan Plaza.

Tabel 1.2 Operasional Variabel Variabel Definisi Variabel Indikator

Variabel

Skala Ukur

Citra Toko (X1 Gambaran apa yang

dilihat dan dirasakan oleh konsumen terhadap toko Metro

Supermarket. Citra konsumen terhadap sebuah toko terdiri atas kesan interior dan eksteriornya

) 1. Penampilan

Tampak Depan 2.Logo Toko 3.Pintu Masuk 4.Etalase 5.Warna Ruang Toko

6.Tata Letak Ruang Toko 7.Ukuran Ruang Toko 8.Kemudahan Akses 9.Penempatan Barang 10.Tata Cahaya Skala Likert Atmosfer Toko (X2 Keseluruhan efek emosional yang diciptkan oleh atribut fisik took Meto Supermarket dimana hendaknya mampu memuaskan kedua belah pihak yang terkait baik retailer maupun konsumennya. ) 1.Pemandangan Toko 2.Musik Toko 3.Aroma Toko 4.Daya Tarik Sentuhan Skala Likert


(22)

Lanjutan

Tabel 1.2

Operasional Variabel Variabel Definisi Variabel Indikator

Variabel

Skala Ukur

Pertunjukkan Toko(X3)

Ekspresi toko Metro Supermarket baik melalui dekorasi maupun peristiwa spesial untuk menarik pembeli potensial 1.Tema Dekorasi Toko 2.Acara Toko Skala Likert Minat Pembelian Ulang (Y) Pernyataan tentang keinginan

konsumen untuk melakukan pembelian kembali di Metro Supermarket Medan Plaza 1.Memilih Metro Supermarket sebagai tempat berbelanja di waktu yang akan datang 2.Keinginan berbelanja secara rutin di Metro Supermarket

Skala Likert

Sumber : Lewinson dalam Umar (2003:60), (diolah) 3. Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah skala likert, “ Skala Likert sebagai alat untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekempok orang tentang kejadian atau gejala sosial (Sugiyono, 2005:86) .Untuk keperluan analisis maka pengukuran dengan skala Likert ini dilakukan dengan pembagian:

a. Nilai 1 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) b. Nilai 2 untuk jawaban Tidak Setuju (TS)

c. Nilai 3 untuk jawaban Kurang Setuju (KS) d. Nilai 4 untuk jawaban Setuju (S)


(23)

4. Tempat dan waktu penelitian

Peneliti melakukan penelitian pada Metro Supermarket Medan Plaza. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2010 sampai dengan Januari 2010.

5. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005:73). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang pernah melakukan pembelian atau konsumen yang pernah melakukan pembelian di Supermarket Metro Supermarket Medan Plaza yang jumlahnya tidak diketahui karena tidak ada data stastistik pendukung.

b. Sampel

Menurut Supramono dan Haryanto (2003:63) alternatif formula yang dapat digunakan untuk menentukan sampel pada populasi yang sulit diketahui adalah sebagai berikut:

n =

(Z2

d

α) (p)(q)

2

dimana :

n = jumlah sampel minimal

Zα = Z tabel dengan tingkat signifikansi tertentu p = Estimator proporsi populasi

q =(1-P)


(24)

Untuk memperoleh n (jumlah sampel) yang besar dan nilai p belum diketahui, maka dapat digunakan p = 0,5. Dengan demikian, jumlah sampel yang mewakili populasi dalam penelitian ini adalah:

n

=

(Z2

d

α) (p)(q)

2

n = (1,652

0,1

) (0,5)(0,5)

2

n = 96,04 = 96 orang (pembulatan)

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan karakter dan ciri yang ditentukan terlebih dahulu untuk membatasi sampel.Adapun karakter yang ditentukan adalah pengunjung yang pernah dan sedang melakukan pembelian minimal telah 2 kali berbelanja dan telah berusia 16-45 tahun.

6. Jenis Data

Data yang digunakan sebagai informasi untuk melakukan analisis dan evaluasi adalah:

a. Data Primer

Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden terpilih pada lokasi penelitian. Data primer diperoleh dengan cara memberikan daftar pertanyaan (questionnaire).

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil publikasi media massa dan berbagai tulisan yang diperoleh berkenaan dengan Metro Supermarket Medan Plaza baik melalui buku, majalah, surat kabar, literatur, website ataupun internet untuk mendukung penelitian ini.


(25)

7. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tiga cara, yaitu: a. Pengamatan

Pengamatan dilakukan secara langsung pada obyek yang diteliti yaitu pada bangunan fisik dan lingkungan toko Metro Supermarket.

b. Kuesioner

Teknik ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan melalui daftar pertanyaan yang diisi oleh konsumen Metro Supermarket Medan Plaza. c. Studi Dokumentasi

Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara meninjau, membaca, dan mempelajari berbagai macam buku maupun artikel yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

8. Uji Validitas dan Reliabilitas

Dalam penelitian ini, data diuji melalui beberapa tahapan, yaitu :

a.Uji Validitas, dilakukan sebelum instrumen digunakan dalam penelitian. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid (Sugiyono, 2005:109). Pengujian validitas menggunakan pendekatan koefisien korelasi yaitu dengan cara mengkorelasikan antara skor butir pertanyaan dengan skor totalnya. Valid bermakna data yang diperoleh melalui kuesioner dapat menjawab tujuan penelitian.

Pengujian validitas dilakukan terhadap 30 konsumen Metro Supermarket Medan Plaza, di luar sampel, dengan menggunakan Statistic Product and Service Solution (SPSS) 16.00 for windows dengan kriteria sebagai berikut:


(26)

i.Jika rhitung > rtabel

ii.Jika r

, maka pernyataan tersebut dinyatakan valid

hitung < rtabel

b.Uji Reliabilitas, dilakukan untuk melihat kereliabelan instrumen. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama. Pengujian dilakukan dengan program Statistic Product and Service Solution (SPSS) 16.00 dengan kriteria sebagai berikut:

, maka pernyataan tersebut dinyatakan tidak valid.

i. Jika ralpha positif atau > rtabel

ii. Jika r

maka pernyataan reliabel

alpha negatif atau < rtabel 9. Uji Asumsi Klasik

, maka pernyataan tidak reliabel.

Dalam penggunaan model analisis regresi linier berganda, agar dihasilkan Fast Linier Unbiased Estimator (BLUE) harus dilakukan evaluasi ekonometri. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah penggunaan model regresi berganda sebagai alat analisis telah memenuhi asumsi klasik. Asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas

a) Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan Kolmogrov Smirnov. Dengan menggunakan tingkat signifikan 5% maka jika nilai Asymp.sig. (2-tailed) diatas nilai signifikan 5% artinya variabel residual berdistribusi normal.


(27)

10. Analisis Data

Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah : a.Metode analisis deskriptif

Metode analisis deskriptif merupakan metode penganalisisan yang dilakukan dengan cara menentukan data, mengelompokkan data dan menginterpretasikan data sehingga dapat memberikan gambaran masalah yang dihadapi. Data diperoleh dari data primer berupa kuesioner yang telah diisi oleh sejumlah responden penelitian.

b.Metode analisis statistik 1) Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengadakan prediksi nilai dari variabel terikat yaitu minat pembelian ulang konsumen Metro Supermarket Medan Plaza (Y) dengan ikut memperhitungkan nilai-nilai variabel bebas, yaitu citra toko (store image) (X1), suasana toko (store atmosphere )

(X2), dan pertunjukkan toko (store theatrics) (X3

Adapun model persamaan yang digunakan (Sugiyono, 2005:211), adalah:

) sehingga dapat diketahui pengaruh positif atau negatif dari faktor-faktor citra toko, suasana toko, dan pertunjukkan toko terhadap minat pembelian ulang konsumen pada Metro Supermarket, Medan Plaza. Analisis regresi Linear berganda dalam penelitian ini menggunakan bantuan aplikasi software SPSS (Statistic Product And Service Solution) 16.00 For Windows


(28)

Y = Pembelian ulang a = Nilai Intersep

1

b = Koefisien x1

1

x = Citra toko

2

b = Koefisien x2

2

x = Atmosfer toko b3 = Koefisien x

x

3

3

e = Standar error = Pertunjukkan toko

2) Pengujian Koefisien Determinasi (R2

Pengujian ini digunakan untuk melihat besar pengaruh besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Dari persamaan dengan model tersebut akan dapat dihitung R

)

2

Selanjutnya, dengan membandingkan besarnya nilai R

atau coefficient of determination yang menunjukkan persentase dari variasi variabel keputusan pembelian yang mampu dijelaskan oleh model.

2

Jika determinan (R

untuk masing-masing variabel lingkungan dalam toko, dapat diketahui faktor terpenting atau dominan yang menentukan pengaruhnya terhadap minat pembelian ulang.

2

) semakin besar atau mendekati satu maka variabel bebas citra toko (store image) (X1), suasana toko (store atmosphere ) (X2), dan

pertunjukkan toko (store theatrics) (X3) terhadap variabel terikat minat pembelian

ulang (Y) semakin kuat. Jika determinan (R2) semakin kecil atau mendekati satu maka variabel citra toko (store image) (X1), suasana toko (store atmosphere )


(29)

(X2), dan pertunjukkan toko (store theatrics) (X3

3) Pengujian Hipotesis

) terhadap variabel terikat minat pembelian ulang (Y) semakin kecil.

a.Uji-F (uji secara serentak)

Uji-F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat.

H0 : b1 = b2 = b3 = 0, artinya secara bersama-sama tidak terdapat pengaruh yang

signifikan dari variabel bebas (X1, X2,X3

H

) yaitu berupa citra toko (store image) , suasana toko (store atmosphere ), dan pertunjukkan toko (store theatrics), terhadap minat pembelian ulang konsumen(Y).

a : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0, artinya secara bersama-sama terdapat pengaruh yang

signifikan dari variabel bebas (X1, X2,X3

Kriteria Pengambilan Keputusan :

) yaitu berupa citra toko (store image) suasana toko (store atmosphere ), dan pertunjukkan toko (store theatrics) terhadap minat pembelian ulang konsumen(Y).

H0 diterima jika Fhitung < Ftabel

H

pada α = 5 % a diterima jika Fhitung > Ftabel

b.Uji-t (uji secara parsial)

pada α = 5 %, atau nilai signifikansi < 0,05

Uji – t menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat.

H0 : bi = 0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan


(30)

atmosphere ) (X2), dan pertunjukkan toko (store theatrics) (X3

H

) terhadap minat pembelian ulang konsumen(Y).

a : bi ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan

dari variabel bebas yaitu citra toko (store image) (X1), suasana toko (store

atmosphere ) (X2), dan pertunjukkan toko (store theatrics) (X3

Kriteria Pengambilan Keputusan :

) terhadap minat pembelian ulang konsumen(Y).

H0 diterima jika t hitung < t tabel

H

pada α = 5 %


(31)

BAB II

URAIAN TEORETIS

A.Penelitian Terdahulu

Penelitian Saragih (2009) berjudul “Analisis Faktor Penyediaan Produk Eceran Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Macan Yaohan Iskandar Muda Medan. Variabel yang diteliti adalah store contact, store image, store atmosphere, store theatric. Penentuan sampel dilakukan dengan accidental sampling, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu sesuai dengan kriteria sebagai sumber data. Jumlah sampel yang digunakan adalah 85 orang. Hasil uji koefisien determinasi (R2

Penelitian Ratna (2008) berjudul “Analisis Pengaruh Citra Toko Terhadap Loyalitas Konsumen Metro Supermarket Medan Plaza.Variabel yang diteliti adalah store image (citra toko). Penentuan sampel dilakukan dengan purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan karakter dan ciri yang ditentukan lebih dahulu untuk membatasi sampel. Hasil uji koefisien determinasi (R

) didapat store contact, store image, store atmosphere, store theatric sebesar 17,76 %. Sedangkan sisanya 82,24 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam variabel bebas yang diteliti. Hal ini berarti hubungannya sangat erat.

2

) didapat citra toko sebesar 15,20 %. Sedangkan sisanya 84,80 % dijelaskan oleh variabel bebas yang tidak diteliti.


(32)

B. Bisnis Ritel

Pemasaran adalah kegiatan memasarkan barang secara umum kepada masyarakat dan secara khusus kepada pembeli potensial. Kegiatan perdagangan besar dan perdagangan eceran (ritel) sangat penting dalam penyaluran barang dan jasa. Ada dua kemungkinan mengapa produk ditempatkan agar konsumen mudah memperolehnya. Yang pertama adalah kepentingan produsen, yakni kepentingan terhadap produknya agar ditempatkan pada posisi yang layak dengan maksud agar konsumen terstimulasi untuk membelinya. Yang kedua adalah kepentingan pengecer yang berkeinginan agar konsumen terstimulasi untuk membelinya

1. Pengertian Ritel

Perdagangan ritel atau perdagangan eceran dalam bahasa Inggris disebut dengan perdagangan retailing merupakan kegiatan penjualan barang dan jasa kepada konsumen akhir. Berman, et al. (2001:3) menjelaskan bahwa “Retailing consist of the business activities involved in selling goods and services to consumers for they personal, family or household use”. Maksudnya ritel adalah aktivitas bisnis yang meliputi penjualan barang dan jasa kepada konsumen untuk keperluan pribadi, keluarga, dan keperluan rumah tangga. Simamora (2003:163) mendefinisikan usaha eceran (retailing) meliputi semua kegiatan yang dilibbatkan dalam penjualan barang atau layanan secara langsung kepada konsumen akhir, yang membeli kebutuhan pribadi tidak untuk dibisniskan. Pengecer adalah setiap organisasi bisnis yamg sumber utama penjualannya berasal dari eceran. Usaha eceran tidak hanya menjual produk di toko (store retailing) tetapi juga di luar toko (non store retailing) tetapi juga di luar toko (nonstore retailing).


(33)

Pengelolaan bisnis eceran tidak sekedar hanya membuka toko dan mempersiapkan barang yang lengkap, lebih dari itu, pengelolaan bisnis eceran harus melihat dan mengikuti teknologi pemasaran agar dapat berhasil dan mempunyai keunggulan bersaing. Sebagaimana yang dikatan Berman et al (2001:3) : “New technologies are improving retail productivity”. Bisnis ritel meliputi produk dan jasa kepada konsumen akhir meskipun sering ditemukan konsumen pada bisnis ritel menjual kembali untuk mendapatkan keuntungan. Setiap organisasi yang melakukan penjualan langsung kepada konsumen, baik produsen, grosir, maupun pengecer berarti bertindak dalam proses usaha eceran.

Ritel adalah tahapan akhir dari prose distribusi barang dan jasa. Hal ini berbeda dengan wholeselling (distributor) yang merupakan intermediate (perantara) dalam proses distribusi barang dan jasa karena tidak menjual produk dan jasa kepada konsumen akhir melainkan kepada konsumen bisnis, seperti pabrik dan pengecer. Hali ini akan membentuk jalur distribusi antara produsen dan konsumen akhir, seperti terlihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Jalur Distribusi Barang Dagangan Pada usaha Eceran Sumber : Utami (2006)

Secara garis besar Utami, (2006:10) membedakan eceran menjadi dua jenis yaitu:

Konsumen Akhir Ritel

Pedagang Besar Produsen


(34)

a. Eceran Toko (store retailing)

Eceran toko ditandai oleh terdapatnya tempat untuk memamerkan produk secara tetap. Toko eceran memiliki berbagai macam bentuk dan ukuran.

1) Toko Khusus (Speciality Store)

Toko Khusus berkonsentrasi pada sejumlah kategori produk yang terbatas dengan level layanan tinggi. Jenis toko ini lebih khusus lagi sesuai dengan barang dagangan yang dijual

2) Departement Store

Merupakan jenis eceran yang menjual variasi produk yang luas dan berbagai jenis produk dengan menggunakan staf seperti layannan pelanggan dan tenaga sales counter. Pembelian biasanya dilakukan pada masing-masing bagian pada satu arena belanja.

3) Toko Konveniens (Conveniens Store)

Toko pengecer ini memiliki variasi dan jenis produk terbatas dengan ukuran relatif kecil dan biasanya didefinisikan sebagai pasar swalayan mini yang menjual hanya lini terbatas dan perputaran produk yang cukup tinggi.

4) Toko Super (Super Store)

Merupakan toko pengecer dengan ukuran toko hampir dua kali luas supermarket biasa dan menjual rangkaian produk yang luas yang terdiri dari produk makanan dan non makanan yang secara rutin dibeli konsumen.

5) Toko Kombinasi


(35)

6) Pasar Hiper (Hypermarket)

Merupakan toko yang memiliki luas lebih dari 18.000m2

7) Toko Diskon (Discount Store)

atau lebih luas dari toko kombinasi. Hypermarket mengkombinasikan berbagai bentuk toko pengecer seperti: supermarket, toko diskon, dan warehouse. Toko ini menjual lebih banyak produk yang rutin dibeli oleh konsumen seperti perlengkapan rumah tangga, furniture, pakaian, dan lain-lain.

Jenis ritel yang menjual sebagian besar variasi produk dengan menggunakkan layanan terbatas dan harga murah. Toko diskon menjual produk dengan label atau merek itu sendiri.

8) Rumah Pamer Catalog

Jenis toko seperti ini menjual serangkaian luas dengan mark up yang tinggi merek ternama pada harga diskon. Ruang pamer katalog memperoleh uang dengan memotong biaya margin untuk menyediakan harga rendah yang akan menarik penjualan bervolume tinggi.

b. Eceran Bukan Toko (non store retailing)

Eceran bukan toko yaitu eceran yang produknya tidak dipajang. Termasuk dalam eceran bukan toko adalah : pemasaran melalui telepon (telemarketing), pemasaran internet (internet marketing), penjualan langsung(direct selling), pemasaran langsung (direct marketing), pemasaran bertingkat (multi level marketing). Dalam eceran bukan toko, promosi penjualan, pemasaran langsung, dan iklanlah yang berperan menarik minat calon pembeli.


(36)

1) Ritel Elektronik

Format bisnis ritel menggunakan komunikasi dengan pelanggan mengenai produk, layanan, dan penjualan melalui internet guna mencapai cakupan konsumen yang luas.

2) Katalog

Pemasaran melalui katalog terjadi ketika perusahaan mengirimkan satu atau lebih katalog produk kepada penerima yang terpilih. Perusahaan mengiirimkan informasi barang dagangan secara lengkap yaitu keseluruhan lini barang dagangan atau dengan memilih barang dagangan yang akan menginformasikan secara terbatas dalam bentuk katalog konsumen khusus dan katalog bisnis.

3) Penjualan Langsung

Merupakan sistem pemasaran interaktif yang menggunakan satu atau lebih media iklan untuk menghasilkan tanggapan atau transaksi yang dapat diukur pada suatu lokasi penjualan tersebut.

4) Television Home Shopping

Format ritel melalui televisi. Pelanggan akan melihat program TV yang menayangkan demonstrasi produk dagangan dan menyampaikan pesan melalui telepon.

5) Vending Machine Retaiing

Merupakan format non store yang menyimpan barang dan jasa pada suatu mesin dan menyerahkan barang ke pelanggan dimana pelanggan memasukkan uang tunai atau kartu kredit ke dalam mesin.


(37)

Amir(2004:21) menyatakan ada beberapa aspek penting yang harus diukur untuk mengetahui sampai dimana kekuatan perusahaan eceran yaitu :

1. Lokasi

2. Tata letak toko (store layout) 3. Ragam barang dagangan 4. Proses pembelian barang 5. Strategi penetapan harga 6. Karyawan anda

7. Periklanan dan promosi penjualan 8. Teknologi

9. Pelayanan yang diberikan 10.Kekuatan manajemen 11.Keuangan

Dari aspek yang dapat menjadi sumber kekuatan, paling tidak sebuah perusahaan eceran harus menguasai satu atau beberapa aspek. Dengan demikian perusahaan eceran tersebut akan menjadi baik dibandingkan perusahaan eceran lainnya.


(38)

2. Lingkungan Toko Eceran

Suasana toko merupakan cara penampilan produk yang akan dijual oleh eceran. Pada dasarnya, sebuah eceran mempunyai dua hal yang dapat ditawarkan kepada konsumen, yaitu produk dan cara menampilkan produk tersebut. Cara menampilkan produk yang ditawarkan oleh toko itu disebut sebagai lingkungan toko (store environment). Lingkungan toko yang baik adalah lingkungan yang dapat menghadirkan kenyamanan bagi para pengunjungnya serta mampu menghadirkan kenyamanan bagi para pengunjungnya serta mampu merangsang mereka untuk menghabiskan waktu dan berbelanja di toko tersebut. Ini dikarenakan manusia selalu menggunakan keseluruhan inderanya untuk mengidentifikasi lingkungan sekitar.

Menurut Lewinson dalam Simamora (2003:169), store environment memiliki tiga elemen penting yang akan dijelaskan sebagai berikut :

a. Store Image

Tujuan utama setiap toko atau peritel adalah menciptakan dan mempertahankan citra perusahaan. Jadi store image adalah gambaran apa yang dilihat dan dirasakan oleh konsumen terhadap toko tertentu. Citra konsumen terhadap toko terdiri atas kesan interior dan ekseterior. Citra toko mengacu pada apa yang dipikirkan konsumen tentang toko tertentu yang mencakup persepsi dan sikap yang didasarkan pada sensasi stimuli yang diterima melalui indera.

Store image merupakan hal penting bagi retailer untuk memenuhi kepuasaan konsumen. Daya tarik dapat diciptakan dengan mengembangkan citra toko yang konsisten. Konsumen menilai toko sebuah toko berdasarkan pengalaman mereka


(39)

atas toko tersebut. Dan sebagai hasilnya, beberapa toko akan menetap dalam benak konsumen apabila ia merasa puas akan toko tersebut sementara toko yang lain tidak akan dipertimbangkan sama sekali.

Walaupun begitu, menciptakan sebuah citra yang baik bagi konsumen adalah tugas yang tidak mudah. Citra adalah bayangan atau gambaran yang ada di benak konsumen karena emosi dan reaksi terhadap lingkungan sekitarnya.

Adapun citra konsumen terhadap toko terdiri atas kesan terhadap eksterior dan interior toko.

1). External Impressions, secara eksternal, penempatan lokasi toko, desain arsitek, tampak muka toko, penempatan logo, pintu masuk, serta etalase muka merupakan bagian dari suatu citra toko. Pentingnya citra toko yang benar didasarkan pada kepercayaan bahwa citra toko menolong penempatan posisi suatu retailer dibandingkan para pesaingnya. Dalam penyampaian pesan yang tepat, masalah yang dihadapi adalah bagaimana sebuah retailer mampu menggunakan atribut eksternal tadi secara maksimal sehingga konsumen dapat menyerap apa yang retailer ingin mereka lihat dan rasakan.

2). Internal Impressions, secara internal, citra sebuah toko dapat diciptakan menurut warna toko, bentuk toko, ukuran toko, penempatan departemen, pengaturan lalu lintas pengunjung, pengaturan tempat display, penggunaan lampu, serta pemilihan dan perlengkapan toko. Khusus untuk memilih citra toko secara internal ini, sebuah retailer harus memperhatikan target pasar yang dituju. Citra toko yang ditujukan sebuah retailer belum tentu cocok untuk semua orang. Oleh karena itu, citra toko harus diciptakan sesuai dengan kebutuhan psikologis dan


(40)

b. Store Atmosphere

Untuk menciptakan atmosfer toko yang merangsang pembelian, sebuah retailer harus mampu membangkitkan niat atau keinginan untuk berbelanja dalam benak konsumen. Atmosfer toko adalah keseluruhan efek emosional yang diciptakan atribut fisik toko. Pada umumnya, setiap orang akan lebih tertarik pada toko yang dapat menawarkan lingkungan berbelanja yang aman dan nyaman. Menurut Levy dan Weitz (2001:576) , store atmosphere adalah rancangan dari suatu desain lingkungan melalui komunikasi visual, pencahayaan, warna, musik, dan penciuman untuk merangsang persepsi dan emosi dari pelanggan dan akhirnya mempengaruhi perilaku pembelanjaan mereka.

Sedangkan Berman, et al. (2001:602) mendefinisikan store atmosphere suasana lingkungan toko basic retailer berdasarkan karakteristik fisik yang biasanya digunakan untuk membangun kesan dan menarik pelanggan. Tujuan store atmosphere menurut Lamb, Hair, dan Mc. Daniel (2001:105-109) dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penampilan eceran toko membantu menentukan citra toko, dan memposisikan eceran toko di benak konsumen

2. Tata Letak yang efektif tidak hanya akan menjamin kenyamanan dan kemudahan melainkan juga mempunyai pengaruh yang besar pada pola lalu lintas pelanggan dan perilaku belanja.

Atmosfer toko berusaha menggugah keadaan emosional dalam toko yang mungkin tidak disadari sepenuhnya oleh konsumen saat belanja. Keadaan emosional ini sulit dilukiskan konsumen, namun yang pasti melekat agak lama dan mempengaruhi emosi konsumen, yang selanjutnya mengarah kepada perilaku konsumen. Atmosfer berbelanja yang menyenangkan adalah atmosfer dengan


(41)

atribut yang dapat menarik kelima panca indera manusia, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perasa.

1) Sight Appeal, Indra penglihatan adalah indra manusia yang memberikan informasi lebih banyak dibandingkan indra lainnya, maka sebuah retailer harus mempertimbangkan indra ini sebagai bagian yang terpenting untuk menarik perhatian konsumen. Sight appeal dapat dilihat sebagai suatu proses yang menyebarkan stimuli yang dapat menimbulkan hubungan visual dengan apa yang dilihat. Ukuran, bentuk,dan warna adalah tiga stimuli visual yang utama, yang dapat digunakan retailer untuk menarik perhatian konsumennya.

2) Sound Appeal, Suara dapat menjadikan atmosfir suatu toko menjadi lebih meriah, retailer dapat mempergunakan hal ini sebagai pencipta suasana toko yang diinginkan oleh retailer (misal:suasana meriah) atau mengingatkan konsumen akan acara special yang berlangsung di dalam toko (misal: lebaran, natal,imlek). Musik yang ditampilkan harus sesuai dengan citra toko. Tipe dan volume musik pun harus disesuaikan dengan citra yang ingin ditampilkan dengan target pasar yang dituju. Misal:butik Guess menggunakan musik ‘house’ dengan volume keras karena target pasarnya adalah kaula muda.

Yang terakhir suara dapat dipergunakan sebagai pemberi informasi tentang produk , toko, dan operasional toko tersebut sehingga dapat menciptakan suasana nyaman dan menyenangkan. Secara berkala, retailer harus memberikan informasi kepada konsumen kemana mereka harus beranja, bagaiman cara menuju arah yang dituju, dan apa yang disediakan oleh retailer tersebut.


(42)

3) Scent Appeal, Tujuan dari scent appeal adalah untuk menghindari bau yang tidak sedap dan menciptakan bau yang menyenangkan bagi konsumen sehingga mereka nyaman dalam berbelanja.

Ruangan yang harum merupakan kunci dalam merangsang konsumen untuk berbelanja dan menghabiskan waktunya dalam toko. Toko harus mempunyai aroma sesuai dengan produk yang ditawarkan, misalnya: apotik harus beraroma antiseptic yang mencerminkan kebersihan. Cara lain untuk menciptakan aroma yang menyenangkan adalah dengan memakai pewangi ruangan seperti aromatherapy.

4) Touch Appeal, bagaimana konsumen melakukan inspeksi terhadap produk yang dilihat seperti memegang, meremas, ataupun memeluknya. Pada umumnya prasyarat konsumen melakukan pembelian adalah mereka harus melihat produk yang mereka beli walaupun produk tersebut tidak dikeluarkan dari kemasannya. Oleh karena itu tata ruang, pengaturan lampu, pangaturan rak harus memungkinkan konsumen unntuk melakukan inspeksi pribadi terhadap produk yang dituju.

c. Store Theatrics

Retailing bukan hanya sekedar menjual produk tetapi lebih merupakan suatu pameran atau pagelaran. Dalam hal ini, usaha retail mampu melihat setiap kesempatan untuk menarik perhatian pengunjung. Store theatrics dapat menjadi senjata ampuh bagi kebanyakan retailer untuk mendapatkan competitive advantage yang mampu membedakan antara satu retailer dengan lainnya. Store theatrics yang baik akan menarik minat konsumen untuk berbelanja di suatu toko.


(43)

Dewasa ini konsumen memandang bahwa pergi ke suatu toko atau mal bukan hanya sekedar berbelanja tetapi lebih merupakan suatu rekreasi. Store theatrics dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu decor theme dan store event

1) Decor Themes, Kebanyakan retailer menemukan fakta bahwa penggunaan satu atau beberapa tema dapat memberikan fokus dalam mendesain dekor toko secara eksternal dan internal sehingga dapat menarik perhatian kelima indra konsumen. Retailer juga tidak harus selalu menggunakan satu tema namun mengkombinasikan beberapa tema yang sesuai dengan pasar yang dituju. Tema dekor menjadikan sebuah toko menarik dan lebih menghibur konsumen dalam berbelanja

2) Store Event, Peristiwa spesial seperti display produk, acara hiburan, demonstrasi produk, program promosi, undian berhadiah, program kemanusiaan, atau perayaan. Hal ini dilakukan dengan harapan untuk mencapai tujuan sebagai berikut:

a). Menciptkan awareness terhadap toko. b). Menyediakan informasi kepada konsumen.

c). Membangun store image yang menguntungkan pihak retailer. d). Meningkatkan frekuensi berkunjung konsumen.

Amir (2004:38) mengatakan bahwa konsumen adalah seorang manusia yang sangat mengandalkan daya visual (visual effort). Sehingga tidak mengherankan jika semakin barang yang ditampilkan maka akan semakin baik penjualan barang tersebut.


(44)

Sunarto (2007:84) mengatakan cara mengatur layout toko dan tampilan penting untuk memenangkan persaingan karena pertarungan sesungguhnya ada di dalam toko

Morgenstein dan Strongin (2000:354) mengatakan bahwa penampilan produk (display) masih merupakan salah satu alat komunikasi paling penting yang terdapat pada manajemen toko eceran, dan merupakan salah satu tipe promosi yang harus dilakukan oleh setiap toko. Dari masa awal terciptanya eceran, penampilan produk merupakan cara yang wajar untuk menarik perhatian orang yang terdapat pada manajemen toko eceran merupakan salah satu tipe promosi yang harus dilakukan oleh setiap toko. Dari masa awal terciptanya eceran, penampilan produk merupakan cara yang wajar untuk menarik perhatian orang yang sedang melintas agar berhenti, melihat barang tersebut dan membelinya.

Margenstein dan Strongin (2000:249) juga mengatakan bahwa penampilan produk dalam toko adalah sebuah pendekatan umum dalam proses menjual barang. Morgenstein dan Strongin membagi cara menampilkan produk dagangan kedalam beberapa tipe, yaitu:

1. Pemajangan Terbuka (Open Display),cara ini dirancang agar barang dagangan mudah didatangi dan diperoleh para pelanggan. Terkadang barang dagangan hanya ditumpuk tanpa ada pesanan yang sering disebut penampilan sampah (dump display). Efek secara kejiwaannya menunjukkan bahwa produk yang ditampilkan merupakan barang murahan.

2. Pemajangan Tertutup (Closed Dispaly), pada umumnya digunakan pada barang yang berharga seperti perhiasaan, kamera, perak, dan barang antik. Produk


(45)

tersebut diletakkan di belakang kaca dan mungkin ditangani oleh pramuniaga secara khusus.

3.Pemajangan Ujung-Gang(End-aisle Display), barang ditempatkan pada daerah toko yang kosong di ujung gang supermarket, toko serba ada, dan sejenis.

4.Pemajangan Barang yang berhubungan (Related-merchandise display), ditemukan pada jenis toko seperti supermarket dan toko obat yang memiliki keseragaman produk. Seperti : keju, dan biskuit keju, pasta dan saus.

5.Pemajangan Wilayah Toko (Area Display) disesuaikan untuk barang dagangan tertentu atau penyusunan untuk jangka waktu lama seperti ruangan. Contoh :dalam departemen perabotan atau peralatan olahraga (berhubungan dengan pakaian) yang berdasarkan musim.

6.Pemajangan pada Acara Khusus (Special Event Display), digunakan oleh departement store dan pedagang berukuran besar dengan bermacam-macam tema promosi toko. Sebagai contoh, sebuah departement store memperkenalkan barang-barang import dari China dengan menampilkan barang-barang dari China di seluruh toko dari pakaian sampai dengan hadiah yang diberikan.

7.Pemajangan pada Bagian Keluar (Check-out counter Display), adalah kesempatan terakhir untuk berkomunikasi dengan pengunjung. Pemajangan ini menampilkan barang yang menarik minat terletak dekat dengan kasir dan biasanya terdiri dari majalah, permen, dan rokok.

8. Pemajangan Campuran (Assortment Display), menunjukkan susunan barang yang lengkap, termasuk warna, ukuran, gaya, dan harga. Guna dari teknik ini untuk memudahkan pelanggan dan memilih barang dengan cepat.


(46)

9.Pemajangan dengan Tema (Theme Display), direncanakan sesuai dengan ide seperti “Kembali ke Sekolah” dan “Musim Berburu Mulai”. Tema yang digunakan harus mampu merangsang rasa tertarik pelanggan.

10. Pemajangan Setelan Pakaian (Ensemble Displays), adalah menyusun barang dengan kombinasi yang saling berhubungan untuk menciptakan efek sepenuhnya. Contohnya, baju renang dikombinasikan dengan jubah mandi, sandal, topi, dan sebagainya.

Dengan kesepuluh cara menampilkan barang dagangan diharapkan akan membantu toko tersebut meningkatkan volume penjualan. Volume penjualan yang meningkatkan perolehan laba perusahaan.

Levy beserta Weitz (2001:485) berusaha untuk mendefinisikan suasana toko. Suasana toko lebih lebih terkait dengan rancangan dari lingkungan toko melalui komunikasi secara visual, pencahayaan, warna, musik, dan wewangian untuk merangsang dan menghasilkan respon emosional untuk mempengaruhi perilaku pembelian pelanggan. Lingkungan toko merupakan aspek nyata yang mempengaruhi ketika perilaku konsumen terbentuk. Peter dan Olson (2000:270) membagi lingkungan toko menjadi:

1. Elemen ruangan (spatial element) terdiri dari objek nyata dari semua jenisnya seperti negara, kota, toko, dan desain interior. 2. Elemen bukan ruangan (non spatial element) terdiri dari elemen

yang tidak tampak seperti temperatur, kelembaban, penerangan, tingkat suara, dan waktu.

Pemasar harus dapat mengerti bagaimana beragam aspek dari lingkungan yang tampak ini mempengaruhi konsumen baik cara berpikir dan berperilaku.


(47)

C.Roda Analisis Konsumen

Peter dan Olson (2002:22) mengatakan bahwa dalam menganalisis konsumen dapat digunakan roda analisis konsumen yang terdiri dari tiga elemen yaitu :

1. Afeksi dan Kognisi konsumen 2. Perilaku Konsumen

3. Lingkungan Konsumen

Gambar 2.2 Roda Analisis Konsumen Sumber : Peter dan Olson (2002) 1.Afeksi dan Kognisi Konsumen

Afeksi dan kognisi mengacu pada dua tipe tanggapan internal psikologis yang dimiliki konsumen terhadap rangsangan lingkungan dan kejadian yang berlangsung. Afeksi melibatkan perasaan konsumen. Afeksi melibatkan perasaan konsumen sedangkan kognisi melibatkan pemikiran konsumen. Afeksi melibatkan emosi dari konsumen. Kognisi mengacu pada proses mental dari struktur pengetahuan yang dilibatkan dalam tanggapan seseorang terhadap lingkungannya.


(48)

Perilaku konsumen mengacu pada tindakan nyata yang dapat diobservasi secara langsung Seperti menonton iklan di TV, mengunjungi toko, atau membeli produk. Perilaku berhubungan dengan apa yang sebenarnya dilakukan oleh konsumen.

3. Lingkungan Konsumen

Lingkungan konsumen mengacu pada rangsangan fisik dan sosial yang kompleks di dunia eksternal konsumen. Termasuk di dalamnya benda-benda, tempat, dan orang lain yang mempengaruhi afeksi dan kognisi konsumen serta perilakunya. Bagian penting dari lingkungan adalah rangsangan fisik dan sosial yang diciptakan oleh pemasar untuk mempengaruhi konsumen.

Pemasar khususnya tertarik untuk menafsirkan kata lingkungan yang terkadang disebut lingkungan fungsional, dikarenakan dapat mempengaruhi tindakan konsumen. Penerimaan lingkungan pada setiap konsumen berbeda, dikarenakan setiap konsumen memiliki pengetahuan berbeda, pengertian, dan keyakinan. Pemasar bagaimanapun butuh untuk mengerti interpretasi secara umum dari lingkungan yang terbagi dalam beberapa kelompok konsumen.

Lingkungan dapat dianalisis dalam dua tingkat yaitu makro dan mikro. Makro terdiri dari kondisi perekonomian, sistem politik, dan bentuk geografi. Lingkungan makro ini memiliki pengaruh yang besar pada perilaku, seperti perekonomian suatu negara mempengaruhi kemampuan membeli rumah tangga dan persediaanya.

Mikro mengacu pada keadaan fisik yang terlihat dan aspek sosial yang mengelilingi seseorang seperti lantai toko yang kotor, pelayan yang ramah, suhu.


(49)

Faktor-faktor sederhana ini dapat mempengaruhi langsung perilaku konsumen, pemikiran, dan perasaan.

a. Keunggulan lingkungan

Gabungan dari setiap rangsangan dari strategi pemasaran dapat mempengaruhi perhatian konsumen. Walaupun begitu, setiap rangsangan pemasaran dapat mempengaruhi pengetahuan, menerima perhatian, dan dibandingkan. Pada umumnya keunggulan dari rangsangan pemasaran adalah lebih menarik perhatian konsumen oleh sebab itu, pemasar sering kali mencoba meletakkan unsur ungglan dalam lingkungan. Untuk memenangkan perhatian konsumen beberapa iklan di radio dan TV memiliki suara yang lebih keras daripada acara yang ditayangkan, jendela pemajangan pada usaha eceran dapat menarik perhatian konsumen ketika melewati toko. Banyak toko yang menggunakan pencahayaan yang kreatif yang menunjukkan barang dagangan sekaligus menarik perhatian konsumen ketika melewati toko. Banyak toko menggunakan pencahayaan yang kreatif untuk menunjukkan barang dagangan sekaligus menarik perhatian konsuemen pada produk mereka. Kaca digunakan pada toko baju dan salon untuk memusatkan perhatian konsumen pada penampilan toko.

b. Penampilan Lingkungan

Banyak aspek lingkungan menunjukkan pada informasi pemasaran untuk mempengaruhi proses pemahaman konsumen. Singkatnya, tipe toko dapat mempengaruhi bagaimana konsumen memahami produk dan merek yang dijual. Karakteristik toko seperti ukuran, desain luar toko, atau desain dalam toko dapat menimbulkan pengertian produk dan merek apa yang dipajang di toko tersebut.


(50)

Peter dan Olson juga mengatakan bahwa tahap-tahap konsumsi dalam retail terdiri atas tiga tahap, yaitu:

1. Pra pembelian (Prepurchase), yaitu pendekatan sebelum penelitian yang dilakukan oleh konsumen

2. Pembelian (Purchase), yaitu proses pembelian yang dilakukan konsumen terhadap barang yang ditawarkan kepada konsumen. Dalam hal ini terjadi proses analisa dari konsumen terhadap barang yag ditawarkan

3. Pemakaian (Usage), yaitu menggunakan barang yang telah barang yang telah dibeli konsumen. Jika konsumen puas terhadap barang tersebut maka akan dapat terjadi pembelian ulang dan akan terjadi komunikasi antara konumen dengan perusahaan dan konsumen menginformasikan kepada konsumen lainnya tentang kepuasaan yang diperolehnya.


(51)

Tipe Perilaku Contoh

Membaca koran, majalah Mendengar iklan radio Menyaksikan iklan TV

Mengambil uang dari bank Menggunakan kartu kredit Menggunakan pinjaman bank

Mencari lokasi belanja

Pergi menuju lokasi

Mencari produk dalam toko

Menemukan produk

Membawa produk ke kasir

Pembayaran dengan uang tersedia

Membawa produk ke lokasi pemakaian

Menggunakan produk

Membuang sisa produk

Pembelian ulang

Memberi informasi kepada orang lain

Mengisi kartu garansi

Memberikan informasi lainnya kepada

retailer

Gambar 2.3 Pola Perilaku Konsumen pada Usaha Eceran Sumber : Peter dan Olson (2002)

Information Contact Fund Acces Store Contact Transaction Consumption Communication Product Contact


(52)

Peter dan Olson (2002:307) mendapati bahwa khusus dalam pembelian retail terdapat pola perilaku tertentu pada konsumen. Pola perilaku ini terbagi atas tujuh kategori, dimana masing-masing kategori dapat berubah urutannya.

D. Perilaku Konsumen.

1. Pengertian Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini (Setiadi, 2003:3). Menurut Hawkins, Best, dan Coney(dalam Tjiptono, 2005:40), Perilaku konsumen merupakan studi mengenai individu, kelompok, atau organisasi dan proses-proses yang dilakukan dalam memilih, menentukan, mendapatkan, menggunakan, dan menghentikan pemakaian produk, jasa, pengalaman, atau ide untuk memuaskan kebutuhan serta dampak proses tersebut terhadap konsumen dan masyarakat.

Perilaku konsumen didefinisikan sebagai suatu unit pembelian dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi, dan penyaluran barang dan jasa, pengalaman, serta ide. Dari definisi diatas, kita mengetahui bahwa ada dua komponen kunci yang harus dilakukan perusahaan untuk memahami perilaku konsumen :

a. Perusahaan harus berusaha memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen

b. Perusahaan mempelajari proses pertukaran, yaitu dua pihak yang saling mentransfer sesuatu yang bernilai bagi orang lain.


(53)

2. Faktor-faktor yamg Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Ada empat faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli atau mengkonsumsi suatu produk dan layanan. Kotler (2000:183) menyatakan empat faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu: kebudayaan, sosial, pribadi, dan psikologis. Keempat faktor di atas secara singkat dapat diterangkan sebagai berikut :

a) Faktor Budaya

Faktor pertama yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah kebudayaan. Kebudayaan adalah simbol dan fakta yang kompleks yang diciptakan oleh manusia, diturunkan dari generasi ke generasi sebagai penentu dan pengatur tingkan laku manusia yang ada. Faktor kebudayaan ini meliputi (1) budaya, misal budaya sukses, budaya bersih, dann budaya disiplin: (2) sub budaya, misal bangsa, suku bangsa, kepercayaan atau agama, dan geografis, dan (3) kelas sosial, misal masyarakat kelas atas, kaelas menengah, dan kelas bawah.

b) Faktor Sosial

Faktor kedua yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah faktor sosial. Faktor sosial adalah faktor yang berhubungan dengan interaksi konsumen dengan sesama. Faktor ini meliputi (1) kelompok acuan, misal teman, keluaraga, dan rekan kerja; (2) keluarga, misalnya dominasi suami, dominasi istri, dominasi suami-istri, dominasi anak-anak; (3) peran dan status sosial, misalnya seorang wanita di rumah berperan sebagai ibu rumah tangga yang baik dan di kampus sebagau dosen yang bijaksana.


(54)

c) Faktor Pribadi

Faktor pribadii adalah segala karakteristik yang melekat pada diri konsumen. Karakteristik pribadi seorang konsumen antara lain umur, siklus hidup, gaya hidup, dan konsep diri.

d) Faktor Psikologis

Faktor ini berasal dari proses intern individu dan sangat berpengaruh terhadap perilaku konsumen. Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat psikologi utama yaitu motivasi, persepsi, pembelajaran, keyakonan, dan pendirian.

E. Proses Pengambilan Keputusan

Dalam proses pembelian maka ada beberapa tahap yang mungkin dilalui oleh konsumen

Gambar 2.4 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Sumber :Kotler (2000)

a. Pengenalan masalah kebutuhan, proses ini dimulai pada saat konsumen menyadari masalah kebutuhan.Konsumen harus menyadari terdapat perbedaan antara kondisi yang diinginkan dengan kondisi yang sebenarnya terjadi. Kebutuhan ini disebabkan rangsangan internal dari dalam diri konsumen

b. Pencarian Informasi, pada tahap ini seseorang konsumen yang mulai timbul minatnya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Pencarian informasi mulai dilakukan ketika konsumen menandang bahwa kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dengan membeli dan mengkonsumsi suatu produk.

Pengenalan Masalah

Pencarian Informasi

Evaluasi Alternatif

Keputusan Pembelian

Perilaku Pasca Pembelian


(55)

c. Evaluasi alternatif, yaitu mengevaluasi pilihan terhadap produk dan merek dan memilihnya sesuai dengan keinginan konsumenn dengan membandingkan berbagai pilihan yang dapat memecahkan masalah yang dihadapi.

d. Keputusan Pembelian, setelah melakukan evaluasi terhadap berbagai alternatif , konsumen akan mengurangi jumlah alternatif yang akan dipertimbangkan selanjutnya akan memilih salah satu dan melakukan pembelian.

e. Perilaku sesudah pembelian, kepuasan dan ketidakpuasan terhadap pembelian akan mempengaruhi pembelian selanjutnya bagi konsumen.

F. Minat Pembelian Ulang

Minat atau intention menurut Setyawan dan Ihwa community.gunadarma.ac.id) adalah sebagai berikut :

1.Intention dianggap sebagai sebuah ‘perangkap’ atau perantara antara faktor-faktor motivasional yang mempengaruhi perilaku.

2.Intention juga mengindikasikan seberapa jauh seorang mempunyai kemauan untuk mencoba.

3.Intention menunjukkan pengukuran kehendak seseorang. 4. Intention berhubungan dengan perilaku yang terus menerus.

Ada tiga variabel utama untuk memprediksi perilaku niat yaitu : sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control. Menurut Setiadi (2003:216), sikap merupakan suatu evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang berespons dengan cara menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan objek atau alternatif yang terkait. Norma subjektif merujuk kepada: “the person ‘s perception that most people who are important to him


(56)

think he should or not perform the behavioral in question”(Fishbein & Ajzen,1975,dalam Ma’ruf dkk,2002). Perceived behavior control adalah, “measure as a person’s self perceived ability to take some action if he or she want to take that action (East, 1997,dalam Ma’ruf dkk,2002). Minat pembelian ulang adalah perilaku yang perilaku yang muncul sebagai respon terhadap objek. Minat pembelian ulang menunjukkan keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian ulang pada waktu yang akan datang.

Perilaku pembelian dihubungkan dengan loyalitas merek. Akan tetapi, ada perbedaan di antara keduanya. Bila loyalitas merek untuk mencerminkan komitmen psikologis terhadap merek tertentu, maka perilaku pembelian ulang semata-mata menyangkut pembelian ulang semata-mata menyangkut pembelian merek tertentu yang sama secara berulang kali.

Menurut Kapferer dan Laurent (dalam Tjiptono, 2005:231), perilaku pembelian ulang (repeat purchasing behaviour) bisa dijabarkan menjadi dua kemungkinan, yakni loyalitas dan inersia. Faktor pembedanya adalah sensitifitas merek yang didefenisikan sebagai sejauh mana nama merek memainkan peranan kunci dalam pemilihan alternatif dalam kategori produk tertentu. Sensitifitas merek dipengaruhi persepsi terhadap perbedaan antar merek dan tingkat keterlibatan konsumen dalam kategori produk. Perilaku pembelian ulang dalam hal sensitifitas merek yang kuat dikategorikan sebagai loyalitas, dimana konsumen cenderung membeli ulang merek yang sama dan menganggap pilihan merek sangat penting. Sebaliknya pembelian ulang dalam situasi sensitivitas merek yang lemah dikategorikan sebagai inersia, yakni konsumen cenderung membeli ulang merek yang sama, namun ia tak menganggap nama merek itu penting, karena ia tidak


(57)

bisa membedakan berbagai merek yang ada dan tidak terlibat secara intensif dalam pemilihan kategori kategori produk.

Seorang pemasar akan berusaha keras untuk mengukur minat melakukan pembelian dari konsumen, serta mengetahui faktor-faktor apa saja yang harus mempengaruhi minat tersebut. Pemasar akan selalu menguji elemen dari bauran pemasaran yang mungkin elemen-elemen dari bauran pemasaran yang mungkin mempengaruhi minat pembelian ulang. Misalnya dengan menguji konsep produk, strategi iklan, packing (pengepakan), atau merek.

Pembelian ulang dapat pula merupakan hasil dari upaya promosi terus-menerus dalam rangka memikat dan membujuk pelanggan untuk membeli kembali merek yang sama. Bila tidak ada dominasi pasar atau usaha promosi intensif tersebut, maka pelanggan bersangkutan mungkin beralih merek. Sebaliknya pelanggan yang setia pada merek tersebut cenderung ‘terikat’ pada merek tersebut dan akan membeli produk yang sama sekalipun tersedia banyak alternatif lainnya.


(58)

BAB III

PROFIL PERUSAHAAN

A. Gambaran Umum Perusahaan

Pada tahun 1982 Metro Supermarket mulai didirikan di Medan dalam bentuk perseroan terbatas yang akhirnya sampai sekarang bernama PT METRO MAKMUR NUSANTARA . Metro bertempat di Medan, yaitu tepatnya di Jalan Iskandar Muda No.321 Lantai III Medan Plaza. Perusahaan ini merupakan perusahaan dagang yang berbentuk eceran (retail) dan diresmikan pada tanggan 10 September 1982. Metro Supermarket ini didirikan untuk jangka waktu 75 tahun lamanya berdasarkan akte No. 13 tertanggal 9 September 1982 yang dibuat di hadapan Lina Herawati SH selaku Notaris di Medan, dan setelah beberapa tahun ke depan, mendapat pengesahan dari Mentri Kehakiman Republik Indonesia No. C2-6930.HT.01.01.th.85.Tanggal 30 Oktober 1985.

Sejak berdirinya sampai sekarang dan dengan adanya peraturan pemerintah tentang perseroan terbatas, anggaran dasar perseroan telah beberapa kali dirubah. Terakhir anggaran dasar perseroan disahkan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Azazi Manusia dengan surat keputusan tertanggal 20 Oktober 2001 nomor C-11189 HT.01.04.TH.2001. Jangka waktu perusahaan dirubah menjadi untuk waktu tidak terbatas.

Perusahaan ini didirikan oleh keluarga bapak Drs. Khendra Maruli dan Agus Saman Budiman, yang sekaligus pemilik perusahaan ini. Dengan memperhatikan perkembangan ekonomi yang ada, khususnya di kota Medan, para pendiri perusahaan mengambil kesimpulann sudah saatnya untuk mendirikan usaha yang berbentuk supermarket. Dan tepatnya pada tahun 1982 Metro Supermarket didirikan dalam bentuk perseroan terbatas.


(59)

Pendirian perusahaan tersebut didukung oleh pabrikan, penyalur utama, dan pemasok lainnya baik dalam dan luar negeri ditambah dengan tenaga profesional, maka munculnya Metro suoermarket mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Hal ini sangat menguntungkan, dimana dalam waktu relatif singkat Metro telah mendapat kepercayaan dari masyarakat sebagai supermarket yang berhasil menyediakan barang terlengkap dan serba ada, mutu maupun harga barang yang dijual terjamin dan berdaya saing baik.

Untuk melayani kebutuhan dan permintaan masyarakat maka Metro tetap berusaha untuk mengembangkan sebaik mungkin dan tetap menjaga kepercayaan masyarakat atas barang yang dijual. Selain itu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang berada di luar kota daerah Medan, pihak manajemen membuat inisiatif untuk membuka cabang di luar Medan.

Sejak didirikannya, Metro telah berkembang dan membuka cabang dan mengelola supermarket ke daerah lain. Cabang-cabang yang dikelola antara lain: 1.Supermarket di kompleks PT Arum Batupahat pada tahun 1986

2.Supermarket di Pioner Camp Company Lhoksomawe pada tahun 1989 3.Supermarket di Kompleks PT PIM KREUNG GEUKUH tahun 1995 4.Supermarket di Jl.Nibung II, Medan tahun 2001

5.Supermarket di Siantar Plaza, Pematangsiantar tahun 2004

B.VISI DAN MISI PERUSAHAAN 1.Visi Perusahaan

Visi bisnis adalah sebuah imajinasi atau pandangan masa depan yang realistis tentang perusahaan. Adapun yang menjadi visi PT Metro Makmur


(60)

Nusantara adalah “Menjadi perusahaan pasar swalayan (supermarket) yang terkemuka dan profesional dalam pelayanan.”

2.Misi Perusahaan

Misi bisnis adalah tindakan atau cara yang dilakukan perusahaan yang mengarah pada tujuan yang telah ditetapkan guna mencapai visi perusahaan.

Adapun yang menjadi misi perusahaan ini adalah:

a. Menyediakan barang keperluan sehari-hari yang terlengkap dengan harga relatif murah

b. Membangun hubungan yang erat dengan konsumen secara konsisten memberikan pelayanan terbaik.

C. Modal Perusahaan dan Susunan Anggota Direksi, Dewan Komisaris

Modal dasar perseroan sebanyak Rp.500.000.000,- yang terbagi atas 500(lima ratus) lembar saham, dengan masing-masing saham bernilai nominal Rp.1.000.000,-. Dari modal tersebut ditempatkan oleh pemegang saham, yaitu :

- Drs. Khendra Maruli - Agus Saman Budiman - Leman Boediman - Mimy Lukman

Adapun susunan anggota direksi dan dewan komisaris perusahaan ini adalah:

1. Presiden Direktur : Khendra Maruli 2. Direktur : Agus Saman Budiman


(61)

3. Presiden Komisaris : Leman Boediman 4. Komisaris : Mimy Lukman

D. Event Metro Supermarket

Supermarket Mandiri mengadakan berbagai event yang akan membuat Metro Supermarket eksis di pasar supermarket di Medan. Beberapa event yang dilakukan antara lain sebagai berikut:

1. Bazar Metro Supermarket

Merupakan event dimana dibuat setiap menjelang hari raya nasional dengan memberikan diskon khusus.

2. Harga Diskon Khusus

Merupakan kegiatan dimana setiap bulan Metro Supermarket akan mengadakan event diskon harga untuk barang-barang cuci gudang dengan media informasi koran, radio, dan telekomunikasi.

3. Buletin Bulanan

Event yang dilakukan setiap bulan bekerjasama dengan pihak supplier dengan harga diskon khusus. Media buletin bulanan ini dibagikan kepada konsumen Metro Supermarket dengan media selebaran dan spanduk.

Selain dengan konsep terlengkap dan termurah, Metro Supermarket berusaha mengadakan kebijakan berupa :

1. Senantiasa menyediakan barang keperluan sehari-hari dengan lengkap dan harga relatif murah

2. Memberikan pelayanan terbaik, artinya setiap konsumen dilayani dengan baik, ramah.dan sopan baik ketika berbelanja maupun saat membayar pada kassa.


(1)

a. Peningkatan citra toko yang baik dengan memberikan kesan nyaman baik eksterior maupun interior toko. Hal ini akan menarik dan memenuhi kepuasaan konsumen Metro Supermarket Medan Plaza.

b. Peningkatan atmosfer toko untuk menciptkan efek emosional dan menyenangkan selama konsumen berbelanja.

c. Berkaitan dengan teater toko yaitu acara toko seperti program undian berhadiah dan program point berhadiah harus ditingkatkan. Hal ini mendukung pembelian ulang konsumen. Pihak manajeman harus berupaya mempertahankan variabel ini untuk mendapatkan penilaian yang baik dari konsumen. Mempertahankan acara toko yang menarik memberikan posisi tawar toko.

4. Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliiti tentang minat pembelian ulang, faktor lingkungan toko sangat menarik untuk diteliti, namun disarankan untuk lebih menggali variabel-variabel lain yang mempengaruhi minat pembelian ulang dalam toko. Sehingga dapat memperkaya pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi minat pembelian ulang pada toko ritel modern.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Amir, Taufiq.M, 2004. Manajemen Ritel. Edisi 1. PPM, Jakarta

Buku

Berman, Barry and Joel R. Evans, 2001. Retail Management: A Strategic

Approach. Upper Saddle River :Prentice Hall Intl,Inc.

Kotler, Philip,2000. Manajemen Pemasaran. Prentice-Hall,Inc,Upper Saddle River, New Jersey.

Lamb, Charles W.,Hair, Joseph, dan Mc.Daniel,2001. Pemasaran Buku I Jakarta: Salemba Empat

Levy & Weitz, 2001. Retailing Management, 4th edition. New York: Mc.Graw

Hill, Irwin

Ma’ruf, Hendri, 2002. Pemasaran Ritel. PT Gramedia Pustaka Utama

Morgeinstein & Strongin, 2000. Modern Retailing. 7thEdition. Prentice-Hall,

New Jersey

Peter, J Paul . & Olson, Jerry C. 2002. Perilaku Konsumen Dan Strategi

Pemasaran. Edisi V. Cetakan I. Penerbit Erlangga

Setiadi, Nugroho.2003. Perilaku Konsumen. Jakarta : Kencana

Simamora, Bilson, 2003. Membongkar Kotak Hitam Konsumen : Jakarta : PT Gramedia Pustaka

Situmorang, Syafrizal Helmi,dkk. 2008.Analisis Data Penelitian. Medan:USU Press.

Sugiyono.2005. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : CV Alfabeta Sunarto, 2007. Manajemen Ritel : Amus, Yogyakarta

Supramono, dan Haryanto.2003.Desain Proposal Penelitian: Studi Pemasaran. Yogyakarta:Andi

Tjiptono, Fandy, 2005. Pemasaran Jasa. Edisi pertama. Cetakan pertama. Bayumedia, Jawa Timur

Umar, Husein, 2003. Riset Pemasaran Dan Perilaku Konsumen.Cetakan Ketiga. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta


(3)

Utami, Christina, 2006. Manajemen Ritel. Salemba Empat, Jakarta Aruman, 2010 Ketika Berbelanja Bukan Lagi Rekreasi.MIX, Juli 2010

Majalah

Saragih, Lista 2009. Analisis Faktor Penyediaan Produk Eceran Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Macan Yaohan Iskandar Muda Medan.FE USU (tidak dipublikasikan)

Skripsi

Ratna, Soneta 2008. Analisis Pengaruh Citra Toko Terhadap Loyalitas Konsumen Metro Supermarket Medan Plaza. Fak.Psikologi USU (tidak dipublikasikan)

Website

2010,pkl.10.00 oleh Fenny)

www.google.com/http;uyungs.wordpress.com (diakses pada tanggal 10 Oktober

2010, pkl.13.30 oleh Fenny)


(4)

LAMPIRAN

Kuesioner Penelitian

Pengaruh Store Environment Terhadap Minat Pembelian Ulang Konsumen Pada Metro Supermarket, Medan Plaza

a.Identitas Responden Nama : Jenis Kelamin : Umur :

b.Beri tanda silang (X) bagi jawaban anda: 1. Kuantitas kunjungan

a. 1 kali sebulan b. 2 s.d 3 kali sebulan c. > 3 kali sebulan

2. Berbelanja ke Metro Supermarket Medan Plaza karena....(boleh lebih dari 1 jawaban)

a. Alasan lokasi b. Karena kelengkapan

c. Karena pertimbangan harga d. Karena suasana toko


(5)

Berilah tanda check (√) pada salah satu kolom jawaban yang sesuai dengan pendapat saudara/i. Pertanyaan di bawah ini dengan kode:

SS = Sangat Setuju S = Setuju

KS = Kurang setuju TS = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju a. Citra Toko

No. Pernyataan SS S KS TS STS

1 Penampilan tampak depan toko menarik perhatian pengunjung berbelanja

2 Logo Metro Supermarket terlihat jelas bagi pengunjung

3 Pintu masuk cukup lebar untuk dimasuki pengunjung

4 Etalase tempat memajang produk tersusun dengan rapi

5 Warna ruangan dalam toko enak dipandang

6 Tata letak ruang toko dibuat berlajur teratur

7 Ukuran ruang toko yang mengesankan kenyamanan(tidak terlalu sempit dan tidak terlalu lebar)

8 Setiap departemen dalam toko mudah dicari dan dijangkau

9 Penempatan setiap barang menarik perhatian

10 Penggunaan lampu yang tidak berlebihan

b. Atmosfer toko

No Pernyataan SS S KS TS STS

1 Secara umum,pemandangan toko baik di luar maupun dalam terlihat menarik 2 Musik toko enak terdengar untuk

kenyamanan berbelanja

3 Aroma toko menimbulkan efek senang bagi pengunjung

4 Pengaturan lampu, tata ruang

memungkinkan konsumen melakukan inspeksi pada produk


(6)

c. Pertunjukkan toko

No Pernyataan SS S KS TS STS

1 Penarikan undian berhadiah menarik minat pengunjung

2 Program pemberian point berhadiah menarik bagi pengunjung

d. Minat pembelian ulang

No Pernyataan SS S KS TS STS

1 Saya memilih Metro Supermarket sebagai tempat berbelanja keperluan rumah tangga maupun pribadi pada waktu yang akan datang

2 Saya memiliki keinginan melakukan pembelanjaan rutin di Metro Supermarket