48
1Wali hakim baru dapat bertindak sebagai wali nikah apabila wali nasab tidak ada atau tidak mungkin menghadirkannya atau tidak diketahui tempat
tinggalnya atau ghaib atau `adhal atau enggan. 2Dalam hal wali adhal atau enggan maka wali hakim baru dapat bertindak
sebagi wali nikah setelah ada putusan Pengadilan Agama tentang wali tersebut.
ad.3. Wali Tahkim: yaitu wali yang diminta oleh perempuan untuk menjadi
walimenikahkannya. Wali Tahkim terjadi ketika wali nasab dan wali hakim tidak ada.
Berdasarkan uraian penjelasan di atas, jelaslah bahwa terdahulu dapat
disimpulkan wali dalam suatu pernikahan dapat dibagi 3 tiga macam, yaitu Wali Nasab yang berasal dari kerabat yang memiliki hubungan darah terdekat,
Wali Hakim yang ditunjuk oleh pejabat yang berwenang, dan Wali Tahkim yang
merupakan wali yang dimintakan oleh pemohon.
C. Peranan Wali dalam Perkawinan
Di dalam suatu perkawinan, pada suatu saat tertentu jika wali nasab tidak dapat menjalankan kewajibanya sebagai wali yang dikarenakan tidak memenuhi
syarat ataupun menolak dan wali hakimpun tidak dapat bertindak sebagai wali nasab dengan berbagai macam sebab. Oleh karena itu guna memenuhi syarat sahnya suatu
nikah bagi yang mengharuskan adanya wali, mempelai yang bersangkutan dapat mengangkat seseorang untuk menjadi walinya dimana wali yang terjadi karena
diangkat oleh mempelai yang bersangkutan tersebut disebut juga wali Tahkim. Menurut hukum fiqih Islam Perkawinan itu sah jika sudah memenuhi syarat
dan rukunnya, yang menjadi syarat perkawinan ialah adanya kata sepakat diantara
Universitas Sumatera Utara
49
pihak-pihaknya, calon suami isteri sudah baliq atau dewasa dan tidak ada hubungan atau halangan yang dapat merintangi perkawinannya. Sedangkan yang menjadi rukun
perkawinan ialah adanya calon, adanya wali nikah, adanya dua orang saksi dan adanya ijab qabul. Sebagaimana yang dikehendaki oleh Pasal 19 HKI “Wali nikah
dalam perkawinan adalah rukun yang harus dipenuhi bagi calon mempelai wanita yang bertindak untuk menikahkannya”. Imam Maliki dan Imam Syafi’i berpendapat
bahwa wali adalah salah satu rukun perkawinan dan tidak ada perkawinan kalau tidak ada wali.
68
Dengan berdasarkan pendapat Imam Maliki dan Imam Syafi’i itu, suatu perkawinan dianggap tidak sah jika tidak terdapat seorang wali yang mengijabkan
mempelai wanita kepada mempelai pria. Karena adanya wali dalam perkawinan merupakan rukun perkawinan yang tidak dapat ditinggalkan jika menghendaki sahnya
perkawinan itu. Sehingga jika mempelai wanita tidak mempunyai wali lagi, atau karena sesuatu hal walinya tidak bisa mengijinkan, kedudukan wali dalam akad nikah
tetap dipertahankan dengan diganti oleh wali hakim. Dengan demikian, adanya wali nikah dalam perkawinan dapat berperan untuk
melindungi kaum wanita dari kemungkinan yang merugikan dalam kehidupan perkawinannya.
69
Betapa besar artinya wali dalam perkawinan menurut Hukum Islam,sehingga perkawinan itu tidak akan sah jika tidak disertai seorang wali. Ijab
68
Mahmud Junus, Perkawinan Dalam Islam, Jakarta, Penerbit Bulan Bintang, 1994, hal. 53
69
Abdullah Kelib, Op. Cit, hal.8
Universitas Sumatera Utara
50
yang diucapkan seorang dalam kedudukannya sebagai wali, yang memegang peranan di dalam perkawinan yang dilangsungkan.
Sebab ijab akad nikah hanya sah jika dilakukan oleh wali mempelai wanita, kedudukan wali sangat penting ini dapat dipahami karena sejak anak dalam
kandungan hingga dilahirkan dan dibesarkan sampai ia menjadi dewasa, adalah menjadi tugas dan tanggungjawab bagi orang tua dan seorang anak banyak
memerlukan pengorbanan dari orang tuanya karena anak adalah merupakan amanah dan titipan dari Allah. Sehingga sudah sepatutnyalah apabila seorang anak yang
sudah dewasa dan hendak memasuki pintu gerbang kehidupan berumah tangga haruslah mendapatkan ijin dan restu dari orang tuanya dan tidak begitu saja
meninggalkan orang tuanya, oleh karena itu pernyataan penyerahan mempelai wanita kepada mempelai pria, yang diucapkan oleh ayah dalam kedudukannya sebagai wali
nikah didalam pelaksanaan acara ijab qabul dapat dilambangkan sebagai akhir tugas yang berhasil dari orang tuanya untuk memenuhi kebutuhan materiil dan spirituil
anak gadisnya hingga menjadi dewasa dan siap untuk mengarungi bahtera rumah tangga sendiri. Kemudian dengan selesainya ijab qabul tersebut maka saat itu jugalah
tugas orang tua sudah beralih kepada suaminya.
D. Wali Adhal dan Ketentuan Hukumnya