Pengaruh Kompetensi Bidan Di Desa Terhadap Pelayanan Persalinan Normal Ibu Di Kabupaten Gayo Lues Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2009

(1)

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA TERHADAP PELAYANAN PERSALINAN NORMAL IBU DI KABUPATEN GAYO LUES

PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2009

T E S I S

OLEH DELLA MUTIA 077012006 / IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA TERHADAP PELAYANAN PERSALINAN NORMAL IBU DI KABUPATEN GAYO LUES

PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2009

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

OLEH

DELLA MUTIA 077012006/ IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PERNYATAAN

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA TERHADAP PELAYANAN PERSALINAN NORMAL IBU DI KABUPATEN GAYO LUES

PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2009

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Februari 2010


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 18 Maret 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si Anggota : 1. Asfriyati, S.K.M, M.Kes

2. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si 3. Masnely Lubis, S.Kp, M.A.R.S


(5)

ABSTRAK

Rendahnya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan 50,07% dan masih tingginya AKI 3 per 1000 KH merupakan gambaran belum terselenggaranya pelayanan kesehatan dengan baik di Kabupaten Gayo Lues. Salah satu upaya dalam meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dan menurunkan AKI adalah peningkatan kualitas pelayanan persalinan terutama dalam pelayanan persalinan normal ibu.

Penelitian bertujuan menganalisis pengaruh kompetensi bidan yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan perilaku bidan di desa terhadap pelaksanaan pelayanan persalinan normal ibu di Kabupaten Gayo Lues Kabupaten Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2009.

Jenis penelitian adalah survei dengan pendekatan explanatory research. Populasi adalah seluruh bidan desa yang berstatus Pegawai Negeri Sipil yang bertugas di wilayah dinas kabupaten Gayo Lues dengan jumlah 56 orang dan keseluruhannya menjadi sampel penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan uji statistik regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan, keterampilan, dan perilaku terhadap pelaksanaan pelayanan persalinan normal ibu sesuai dengan pedoman APN (p<0,05). Variabel keterampilan memiliki pengaruh terbesar terhadap pelaksanaan pelayanan persalinan normal ibu dibandingkan pengetahuan dan perilaku dengan nilai OR = 28,990.

Disarankan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gayo Lues untuk : (1) meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bidan melalui pelatihan, (2) bersama kepala puskesmas dan bidan koordinator melakukan pembinaan, pengawasan dan mengevaluasi terhadap pelaksanaan persalinan normal ibu yang dilakukan oleh bidan, dan (3) bidan agar melaksanakan asuhan persalinan normal ibu sesuai pedoman dan bertanggung jawab terhadap tugas dan fungsi sebagai bidan desa.


(6)

ABSTRACT

The lower of coverage birth mother by health as 50,07% and

Maternal mortality rate as 3 per 1000 live births describe that the

health service was not accomplished at Gayo Lues district. One of the

attemps done to increase the coverage of birth mother by health and

decrease the maternal mortality rate is to improve the quality of

delivery service especially the service in mother’s normal delivery.

The purpose of this study was to analyze the influence of

midwives competency including knowledge, skill and their behavior in

rural village on the implementation of mother’s normal delivery

service in Gayo Lues District, Nanggroe Aceh Darussalam Province in

2009.

This was a survey research with an explanatory research

approach. The population were all rural midwives the status of civil

servants that serving in the work area of Gayo Lues District with the

total number were 26 people and all of them were samples. Collecting

data was done by interview assisted with questioner. Data were

analyzed by multiple logistic regression test.

The result of the research showed that there were significant

influence between knowledge, skill, and behaviour on the

implementation of mother’s normal delivery service in accordance

with the APN guidance (p < 0.05). Skill was the biggest influence on

the implementation of mother’s normal delivery service compared to

knowledge and behaviour with the value of OR = 28.990.

The head of Gayo Lues District of Health Office is suggested:

(1) to improve the knowledge and skill of the midwives through

trainings, (2) together with Head of Health Center and Midwife

Coordinator, to develop, to control, and to evaluate the

implementation of mother’s normal delivery service carried out by the

midwives, and (3) midwives are suggested to implement the mother’s

normal delivery in accordance with the guidance and be responsible

for their duties and functions as rural midwives.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis telah dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Kompetensi Bidan di Desa Terhadap Pelayanan Persalinan Normal Ibu di Kabupaten Gayo Lues Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2009”.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu peryaratan akademik untuk

menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Univeritas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini, penulis dapat melaksanakannya dengan baik berkat dukungan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karenanya pada

kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Rektor Univeritas Sumatera Utara yaitu Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A (K).

Selanjutnya kepada dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Univeritas Sumatera Utara, Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Univeritas Sumatera Utara, dan juga kepada Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Univeritas Sumatera Utara.


(8)

Terima kasih yang sebesar – besarnya pula penulis ucapkan kepada Dr.Endang Sulistya Rini, S.E, M.Si sebagai ketua komisi pembimbing dan Asfriyati, S.K.M, M.Kes selaku anggota komisi pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis ini selesai.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada dr. Ria Masniari Lubis, M.Si dan Masnely Lubis, S.Kp, M.ARS, selaku penguji tesis yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

Selanjutnya terima kasih kepada H. Ibnu Hasyim selaku Bupati Kabupaten Gayo Lues dan Drs. Abu Bakar Djasbi Sekda Kabupaten Gayo Lues, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan serta kepada dr.Nevirizal, M.Kes Kepala Dinas Kabupaten Gayo Lues yang telah memberikan dukungan dan izin untuk melakukan penelitian ini.

Terima kasih yang tulus, ikhlas tak terhingga penulis haturkan kepada orangtua tercinta Ayahanda Agusmi, S.Sos dan Ibunda Roshayati TS, serta adik – adik tersayang dan keluarga besar penulis yang telah banyak memberikan bantuan moril dan spiritual.

Teristimewa buat suami tercinta Ismail serta ananda terkasih Ariq M.Faqih, yang telah memberikan penuh pengertian, kesabaran dan doa, yang menjadi sumber inspirasi dan motivasi penulis dalam menyelesaikan pendidikan ini.

Selanjutnya terima kasih juga kepada para dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan


(9)

Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Terima kasih juga tak lupa penulis ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu penulis dan masih bersedia untuk dapat berkonsultasi dalam penyusunan tesis ini dan semua pihak yang telah membantu proses penulisan tesis ini hingga selesai.

Akhirnya penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini, dengan harapan semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, Januari 2010 Penulis


(10)

RIWAYAT HIDUP

DELLA MUTIA, lahir di Kutacane pada tanggal 16 April 1981. Anak pertama dari Ayahanda Agusmi S.Sos dan Ibu Roshayati.TS, yang saat ini bertempat tinggal di Kutacane Kabupaten Aceh Tenggara.

Pendidikan formal penulis dimulai tahun 1986 di Pendidikan TK. Pertiwi Kutacane, Sekolah Dasar SDN 1 Bambel Kutacane tamat tahun 1993, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 3 Medan tamat tahun 1996, Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2 Kutacane tamat tahun 1999, melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Univeritas Sumatera Utara di Medan tamat tahun 2004.

Penulis menikah pada tahun 2004 dan dikaruniai seorang putra. Tahun 2004 sampai dengan 2006 penulis pernah bekerja sebagai Pegawai Kontrak Departemen Kesehatan yang diperbantukan di RSU Lapangan Kabupaten Gayo Lues, dan sejak tahun 2006 sebagai Pegawai Negeri Sipil di Dinas Kesehatan Kabupaten Gayo Lues hinga saat ini. Penulis juga menekuni pekerjaan paruh waktu sebagai Manager Marketing di PT. Prudential Life Assurance di Medan sejak tahun 2007.

Tahun 2007, penulis mengikuti Pendidikan Lanjutan S2 di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Univeritas Sumatera Utara Medan.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... xi

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian... 7

1.4. Hipotesis ... 7

1.5. Manfaat Penelitian... 8

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bidan ... 9

2.2. Kompetensi... 10

2.3. Pelayanan Kebidanan ... 25

2.4. Kualitas Pelayanan ... 30

2.5. Pengaruh Kompetensi terhadap Kualitas Pelayanan ... 32

2.6. Landasan Teori ... 32

2.7. Kerangka Konsep ... 34

BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 35

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 35

3.3. Populasi dan Sampel... 35

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 35

3.5. Variabel dan Defenisi Operasional... 41

3.6. Metode Pengukuran ... 42

3.7. Metode Analisis Data ... 45

BAB 4. HASIL PENELITIAN 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 47

4.2. Gambaran Karakteristik Bidan di Desa ... 53

4.3. Gambaran Tingkat Pengetahuan Bidan di Desa... 54

4.4. Gambaran Tingkat Keterampilan Bidan di Desa... 55

4.5. Gambaran Tingkat Perilaku Bidan di Desa ... 56

4.6. Gambaran Pelaksanaan Pelayanan Persalinan Normal Ibu Oleh Bidan di Desa... 56


(12)

4.7. Hubungan Kompetensi Bidan di Desa dengan Pelaksanaan

Pelayanan Persalinan Normal Ibu ... 57 4.8. Hubungan Pengetahuan Bidan dengan Pelaksanaan

Pelayanan Pelayanan Persalinan Normal Ibu ... 58 4.9. Hubungan Keterampilan Bidan dengan Pelaksanaan

Pelayanan Pelayanan Persalinan Normal Ibu ... 58 4.10. Hubungan Perilaku Bidan dengan Pelaksanaan

Pelayanan Pelayanan Persalinan Normal Ibu ... 59 4.11. Pengaruh Kompetensi Bidan (Pengetahuan, Keterampilan,

dan Perilaku) dengan Pelaksanaan Pelayanan Persalinan

Normal Ibu ... 59 BAB 5. PEMBAHASAN

5.1. Pengetahuan Bidan dengan Pelaksanaan Pelayanan Persalinan

Normal Ibu... 62 5.2. Keterampilan Bidan dengan Pelaksanaan Pelayanan Persalinan

Normal Ibu... 63 5.3. Perilaku Bidan dengan Pelaksanaan Pelayanan Persalinan

Normal Ibu... 65 BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan... 68 6.2. Saran ... 69


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor

Judul

Halaman

3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan Bidan

di Desa………... 38 3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Keterampilan Bidan

di Desa……… 39 3.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Perilaku Bidan di Desa……. 40 3.4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Pelaksanaan Pelayanan

Persalinan Normal Ibu……….. 41 3.5. Aspek Pengukuran Variabel Independen dan Dependen………... 44 4.1. Jenis, Jumlah dan Distribusi Tenaga Kesehatan di Kabupaten

Gayo Lues Tahun 2008... 48 4.2. Rasio Kebutuhan Tenaga Kesehatan di Kabupaten Gayo Lues

Tahun 2008... 49 4.3. Distribusi Bidan di Desa di Kabupaten Gayo Lues Tahun 2008... 50 4.4. Kunjungan Ibu Hamil ke Klinik Antenatal di Kabupaten Gayo Lues

Tahun 2009... 51 4.5. Distribusi Persalinan yang Ditolong Tenaga Kesehatan di Kabupaten

Gayo Lues Tahun 2008... 52 4.6. Distribusi Sarana Kesehatan di Kabupaten Gayo Lues Tahun 2008 ... 53 4.7. Karakteristik Bidan di Desa Berdasarkan Umur, Pendidikan

dan Masa Kerja di Kabupaten Gayo Lues Tahun 2009 ... 54 4.8. Gambaran Tingkat Pengetahuan Bidan di Desa... 55


(14)

4.9. Gambaran Tingkat Keterampilan Bidan di Desa... 55 4.10. Gambaran Tingkat Perilaku Bidan di Desa... 56 4.11. Pelaksanaan Pelayanan Persalinan Normal Ibu Oleh Bidan di Desa... 57 4.12. Hubungan Kompetensi Bidan di Desa dengan Pelaksanaan

Pelayanan Persalinan Normal Ibu ... 57 4.13. Pengaruh Kompetensi Bidan (Pengetahuan, Keterampilan dan Perilaku)

dengan Pelaksanaan Pelayanan Persalinan Normal Ibu


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Judul

Halaman


(16)

ABSTRAK

Rendahnya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan 50,07% dan masih tingginya AKI 3 per 1000 KH merupakan gambaran belum terselenggaranya pelayanan kesehatan dengan baik di Kabupaten Gayo Lues. Salah satu upaya dalam meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dan menurunkan AKI adalah peningkatan kualitas pelayanan persalinan terutama dalam pelayanan persalinan normal ibu.

Penelitian bertujuan menganalisis pengaruh kompetensi bidan yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan perilaku bidan di desa terhadap pelaksanaan pelayanan persalinan normal ibu di Kabupaten Gayo Lues Kabupaten Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2009.

Jenis penelitian adalah survei dengan pendekatan explanatory research. Populasi adalah seluruh bidan desa yang berstatus Pegawai Negeri Sipil yang bertugas di wilayah dinas kabupaten Gayo Lues dengan jumlah 56 orang dan keseluruhannya menjadi sampel penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan uji statistik regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan, keterampilan, dan perilaku terhadap pelaksanaan pelayanan persalinan normal ibu sesuai dengan pedoman APN (p<0,05). Variabel keterampilan memiliki pengaruh terbesar terhadap pelaksanaan pelayanan persalinan normal ibu dibandingkan pengetahuan dan perilaku dengan nilai OR = 28,990.

Disarankan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gayo Lues untuk : (1) meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bidan melalui pelatihan, (2) bersama kepala puskesmas dan bidan koordinator melakukan pembinaan, pengawasan dan mengevaluasi terhadap pelaksanaan persalinan normal ibu yang dilakukan oleh bidan, dan (3) bidan agar melaksanakan asuhan persalinan normal ibu sesuai pedoman dan bertanggung jawab terhadap tugas dan fungsi sebagai bidan desa.


(17)

ABSTRACT

The lower of coverage birth mother by health as 50,07% and

Maternal mortality rate as 3 per 1000 live births describe that the

health service was not accomplished at Gayo Lues district. One of the

attemps done to increase the coverage of birth mother by health and

decrease the maternal mortality rate is to improve the quality of

delivery service especially the service in mother’s normal delivery.

The purpose of this study was to analyze the influence of

midwives competency including knowledge, skill and their behavior in

rural village on the implementation of mother’s normal delivery

service in Gayo Lues District, Nanggroe Aceh Darussalam Province in

2009.

This was a survey research with an explanatory research

approach. The population were all rural midwives the status of civil

servants that serving in the work area of Gayo Lues District with the

total number were 26 people and all of them were samples. Collecting

data was done by interview assisted with questioner. Data were

analyzed by multiple logistic regression test.

The result of the research showed that there were significant

influence between knowledge, skill, and behaviour on the

implementation of mother’s normal delivery service in accordance

with the APN guidance (p < 0.05). Skill was the biggest influence on

the implementation of mother’s normal delivery service compared to

knowledge and behaviour with the value of OR = 28.990.

The head of Gayo Lues District of Health Office is suggested:

(1) to improve the knowledge and skill of the midwives through

trainings, (2) together with Head of Health Center and Midwife

Coordinator, to develop, to control, and to evaluate the

implementation of mother’s normal delivery service carried out by the

midwives, and (3) midwives are suggested to implement the mother’s

normal delivery in accordance with the guidance and be responsible

for their duties and functions as rural midwives.


(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Tingginya Angka Kematian Ibu atau AKI di Indonesia merupakan permasalahan penting yang perlu mendapat penanganan serius. AKI merupakan tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu dan merupakan barometer pelayanan kesehatan di suatu negara, Bila angkanya masih tinggi, berarti pelayanan kesehatan di negara itu dikategorikan belum baik (Adriaansz, 2007). Maka salah satu upaya yang perlu mendapatkan perhatian dalam menurunkan AKI adalah melalui peningkatan kualitas pelayanan persalinan. Hal ini dikarenakan penyebab langsung berkaitan dengan kematian ibu adalah komplikasi pada kehamilan, persalinan dan nifas yang tidak tertangani dengan baik dan tepat waktu (Azwar, 2009).

Kehamilan dan persalinan merupakan hal yang wajar terjadi pada seorang perempuan. Persalinan merupakan suatu proses alami dan peristiwa normal, namun apabila tidak dikelola dengan tepat dapat menjadi abnormal (Soepardan, 2006). Meskipun merupakan suatu hal yang fisiologis, persalinan memiliki banyak resiko yang dapat membahayakan nyawa ibu dan janinnya. Berdasarkan inilah bidan penolong persalinan dituntut untuk selalu berusaha meningkatkan kemampuan sekaligus mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanannya (IBI, 2005).


(19)

Kematian pada ibu dan bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa sekitar persalinan atau periode intrapartum, yang menyumbang 80% dari total jumlah kematian ibu, komplikasi abortus hanya mencakup 12% dari total kematian maternal dan masa nifas hanya mencakup 8% dari total kematian ibu di Indonesia. Perbaikan upaya pertolongan dan perluasan periode pelayanan ke periode 1 minggu sebelum dan setelah persalinan akan semakin mempertinggi peluang untuk menurunkan rasio kematian ibu menjadi 100 per 100.000 kelahiran hidup (Andriaansz, 2007). Sehingga pemeriksaan kesehatan pada saat hamil dan kehadiran serta pertolongan tenaga kesehatan yang terampil saat persalinan menjadi sangat penting (Syafrudin, 2008).

Banyak faktor penyebab kematian ibu pada saat persalinan baik karena komplikasi persalinan itu sendiri maupun persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang tidak kompeten. Persalinan bersih dan aman serta pencegahan komplikasi selama dan pasca persalinan terbukti mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir (Depkes, 2008). Dan telah disepakati oleh Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR) dan Departemen Kesehatan RI bahwa cakupan pelayanan oleh tenaga terlatih adalah kunci dari perbaikan status kesehatan ibu, bayi dan anak serta mencapai target yang diinginkan. Tenaga kesehatan terampil adalah pelaku yang mampu menjaga dan menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir dari kematian atau kesakitan yang seharusnya dapat dicegah atau dihindarkan melalui upaya dan pertolongan tepat waktu dan adekuat.

Untuk tujuan tersebut diatas, salah satu upaya yang dilakukan adalah meningkatkan kompetensi bidan yaitu peningkatan pengetahuan dan keterampilan perilaku profesionalisme bidan sebagai petugas kesehatan dalam menolong persalinan. Paradigma menunggu terjadinya dan menangani komplikasi menjadi


(20)

pencegahan terjadinya komplikasi diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir (Depkes, 2008).

Bidan merupakan tenaga lini terdepan (front line) harus mampu dan terampil dalam memberikan pelayanan kebidanan kepada ibu dan bayi baru lahir sesuai dengan asuhan kebidanan yang ditetapkan, mengacu kepada kewenangan dan kode etik profesi serta ditunjang dengan sarana dan prasarana yang terstandar. Untuk mendukung peningkatan keterampilan bidan dalam memberikan pelayanan yang berkualitas, Departemen kesehatan telah menyusun berbagai pedoman dan standar asuhan kebidanan sehingga dapat digunakan sebagai acuan. Seiring dengan itu pula pemerintah dan berbagai pihak di Indonesia terus mengembangkan pendidikan kebidanan yang berhubungan dengan perkembangan pelayanan kebidanan baik pendidikan formal maupun non formal. Dan sejak tahun 2000 telah dibentuk tim pelatihan Asuhan Persalinan Normal (APN) yang dikoordinasi oleh Maternal Neonatal Health (MNH) yang sampai saat ini telah melatih APN di beberapa propinsi/kabupaten di Indonesia guna menjawab kebutuhan/tuntutan masyarakat akan pelayanan kebidanan yang berkualitas (Depkes, 2005).

Dalam melaksanakan tugas pelayanan kebidanan, yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, seorang bidan harus memiliki kompetensi. Kompetensi yang dimiliki seorang bidan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam kualitas pelayanan kebidanan yang diberikan juga dalam pelayanan persalinan normal ibu. Menurut penelitian Boyatzis (1982) dalam Hutapea P dan Thoha N (2008), kompetensi didefenisikan sebagai “kapasitas yang ada pada seseorang yang


(21)

bisa membuat orang tersebut mampu memenuhi apa yang disyaratkan oleh pekerja dalam suatu organisasi sehingga mampu mencapai hasil yang diharapkan”. Demikian juga terhadap seorang bidan harus memiliki kompetensi yang tinggi agar mampu melaksanakan pelayanan kebidanan yang berkualitas (Soepardan, 2002).

Menurut penelitian Lumbantobing (2004), bahwa kemampuan dan ketrampilan bidan mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan pelayanan kesehatan yang diberikan. Secara simultan dibuktikan bahwa kemampuan dan ketrampilan bidan mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap kinerja bidan di desa dibanding supervisi, imbalan dan motivasi. Namun secara keseluruhan semua variabel mempengaruhi kinerja bidan.

Kompetensi yang dimiliki seorang bidan harus meliputi pengetahuan, keterampilan, dan perilaku dalam melaksanakan pelayanan kebidanan secara aman dan bertangungjawab dalam berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Kompetensi bidan tidak terlepas dari wewenang bidan yang telah diatur dalam peraturan Kepmenkes RI No. 938/ Menkes/ SK/ VIII/ 2007, tentang Standar Asuhan Kebidanan yang merupakan landasan hukum dalam pelaksanaan pelayanan kebidanan.

Beberapa negara maju telah memperlihatkan akselerasi penurunan rasio kematian maternal secara bermakna melalui asuhan yang memadai selama kehamilan dengan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang terampil di berbagai jenjang pelayanan, seperti Amerika Serikat mampu menurunkan AKI dari 600 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1950 menjadi 20-30 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1960, Romania 600 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1989 menjadi 83 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1991. Beberapa negara berkembang


(22)

seperti Thailand mampu menurunkan rasio AKI dari 400 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1960 menjadi 50 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1984, Malaysia dan Sri Lanka juga mampu menurunkan rasio AKI lebih dari 50% dalam periode yang sama (Andriaansz, 2004).

Indonesia yang telah berjuang selama hampir duapuluh lima tahun dalam upaya menurunkan AKI dengan perubahan fundamental dari sistem pelayanan kesehatan dan perbaikan status kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak ternyata belum sebanding dengan pencapaian penurunan AKI tahun 2007 yaitu sebesar 248 per 100.000 kelahiran hidup. Hasil pencapaian penurunan AKI ini masih menempatkan posisi Indonesia sejajar dengan India, Bangladesh, Nepal dan Myanmar, yang merupakan negara – negara di Asia tenggara dengan jumlah AKI tertinggi di dunia (WHO, 2008). Bila dibandingkan dengan AKI Indonesia tahun 2002 sebesar 307/100.000 kelahiran hidup, jumlah AKI saat ini memang sudah jauh menurun, namun masih jauh dari target Millenium Development Goals (MDGs) 2015 yaitu menurunkan AKI hingga 102/100.000 kelahiran hidup, sehingga masih sangat diperlukan kerja keras dari semua komponen untuk mencapai target tersebut.

Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) tahun 2007 jumlah AKI sebesar 224/100.000 KH, tahun 2008 AKI menurun menjadi sebesar 209/100.000 KH. Penurunan ini disebabkan oleh adanya penambahan tenaga bidan di desa sehingga cakupan pelayanan kebidanan meningkat dari 74,50% di tahun 2007 menjadi 88,42% di tahun 2008. Namun demikian persentase cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Provinsi NAD


(23)

belumlah sesuai dengan target Nasional untuk jumlah cakupan pelayanan oleh tenaga kesehatan yaitu sebesar 90 %.

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Gayo Lues tahun 2008, yang merupakan salah satu kabupaten yang ada di provinsi NAD, juga mencatat data pencapaian cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan masih sangat rendah yaitu sebesar 50,07 %, Hal ini menyebabkan masih tinggi nya AKI di kabupaten gayo Lues yaitu 3 per 1.000 kelahiran hidup atau setara dengan 300 per 100.000 kelahiran hidup secara nasional. Dari wawancara yang dilakukan dengan kepala Dinas Kesahatan kabupaten Gayo Lues dan survei awal penulis di empat puskesmas yaitu Puskesmas Perawatan Kota Blangkejeren, Puskesmas Cinta Maju, Puskesmas Blang Jerango, dan Puskesmas Rikit Gaib didapat kesimpulan sementara bahwa masih sangat buruknya pelayanan kebidanan yang diberikan oleh bidan di desa.

Adanya program pemerintah menempatkan bidan di desa sebagai tenaga kesehatan dalam rangka penurunan angka kematian ibu sangat berperan. Karena sebagian besar persalinan di Indonesia terjadi di desa atau di fasilitas pelayanan kesehatan dasar dimana tingkat keterampilan petugas dan sarana kesehatan sangat terbatas, oleh karena itu pemerintah berupaya agar semua penolong persalinan dilatih agar kompeten untuk melakukan upaya pencegahan atau deteksi dini secara aktif terhadap berbagai komplikasi yang mungkin terjadi, memberikan pertolongan secara adekuat dan tepat waktu, dan melakukan upaya rujukan segera dimana ibu masih dalam kondisi yang optimal maka semua upaya tersebut dapat secara bermakna menurunkan jumlah kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir (Depkes,2008).


(24)

Hasil Penelitian dari Abbas dan Kristiani (2006) juga menyebutkan Masalah kesehatan kaum ibu khususnya ibu hamil (Bumil) terutama daerah pedesaan masih cukup besar. Hal ini memerlukan adanya tenaga kesehatan yang dapat berperan dalam mengatasi masalah tersebut, seperti penempatan bidan yang kompeten didesa. Untuk meningkatkan upaya penurunan AKI dan AKB dibutuhkan sumber daya manusia yang dapat meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan sesuai dengan wilayah kerjanya.

Profesi bidan bukanlah profesi yang mengemban tugas ringan, profesionalisme, kerja keras dan kesungguhan hati serta keikhlasan akan memberikan kekuatan dan modal utama bagi pengabdian profesi bidan terutama didaerah – daerah yang masih tergolong terpencil. Pemahaman yang utuh mengenai konsep kebidanan pun sangat penting dimiliki oleh para bidan karena tuntutan masyarakat dan tantangan terhadap pelayanan kebidanan semakin meningkat pula. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi bidan untuk terus meningkatkan kompetensi kebidanannya.

1.2 Rumusan Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang, dirumuskan permasalahan “ Apakah kompetensi bidan yang meliputi pengetahuan, ketrampilan dan perilaku bidan berpengaruh terhadap pelaksanaan pelayanan persalinan normal ibu di Kabupaten Gayo Lues”.


(25)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kompetensi bidan yang meliputi pengetahuan, ketrampilan dan perilaku bidan terhadap pelaksanaan pelayanan persalinan normal ibu di Kabupaten Gayo Lues.

1.4 Hipotesis

Kompetensi bidan yang terdiri dari pengetahuan, ketrampilan dan perilaku berpengaruh terhadap pelaksanaan pelayanan persalinan normal ibu di Kabupaten Gayo Lues.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi Pemerintah Kabupaten Gayo Lues

Menjadi masukan dan bahan pertimbangan bagi evaluasi kerja bidan di desa dalam kabupaten Gayo Lues, serta menjadi pertimbangan rekruitmen maupun pengembangan karier bidan di desa.

2. Bagi Kepala Dinas Kesehatan Kabupten Gayo Lues

Dengan penelitian ini dapat diketahui kompetensi yang berpengaruh terhadap pelayanan persalinan dan kompetensi yang lebih dominan mempengaruhi cakupan pertolongan persalinan ibu di Kabupaten Gayo Lues dan sebagai masukan dalam menetapkan kebijakan peningkatan angka cakupan pertolongan persalinan oleh bidan dalam rangka penurunan AKI di kabupaten Gayo Lues.

3. Bagi Bidan di Desa

Menjadi alat evaluasi pribadi bidan di desa untuk memperbaiki dan mengembangkan diri.


(26)

4. Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan menambah wawasan pengembangan ilmu manajemen kesehatan, khususnya tentang pengaruh kompetensi bidan terhadap cakupan pertolongan persalinan ibu serta alternatif dalam peningkatan kinerja bidan.


(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Bidan

Bidan adalah seorang yang telah menyelesaikan program pendidikan bidan yang diakui oleh negara tempat ia tinggal, dan telah berhasil menyelesaikan studi terkait kebidanan serta memenuhi persyaratan untuk terdaftar dan/ atau memiliki izin formal untuk praktik bidan (Soepardan, 2006).

Federation of International Gynaecologist and Obstetritian atau FIGO (1991) dan World Health Organization atau WHO (1992) menyempurnakan pengertian bidan yaitu seseorang yang telah menyelesaikan Program Pendidikan Bidan yang diakui oleh Negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktek kebidanan di negeri itu. Dia harus mampu memberikan supervisi, asuhan dan memberikan nasehat yang dibutuhkan kepada wanita selama masa hamil, persalinan dan masa pasca persalinan (post partum period), memimpin persalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak. Asuhan ini termasuk tindakan preventif, pendeteksian kondisi abnormal pada ibu dan bayi, dan mengupayakan bantuan media serta melakukan tindakan pertolongan gawat darurat pada saat tidak hadirnya tenaga medik lainnya. Dia mempunyai tugas penting dalam konsultasi dan pendidikan kesehatan, tidak hanya untuk wanita tersebut, tetapi juga termasuk keluarga dan komunitasnya. Pekerjaan itu termasuk pendidikan antenatal, dan persiapan untuk menjadi orang tua, dan meluas kedaerah tertentu dari ginekologi,


(28)

keluarga berencana dan asuhan anak. Dia bisa berpraktek di rumah sakit, klinik, unit kesehatan, rumah perawatan atau tempat – tempat pelayanan lainnya.

Menurut panduan Bidan di Tingkat Desa (Depkes RI, 2006) bidan di desa adalah bidan yang ditempatkan, diwajibkan tinggal serta bertugas melayani masyarakat di wilayah kerjanya yang meliputi 1 sampai 2 desa, dalam melaksanakan tugasnya, bidan di desa bertanggung jawab langsung kepada Kepala Puskesmas dan Bidan koordinator serta bekerja sama dengan perangkat desa.

Sedemikian kompleksnya peran, fungsi, dan tanggung jawab seorang bidan dalam melaksanakan tugasnya memberikan pelayanan kebidanan yang terbaik dan professional kepada masyarakat maka untuk keberhasilan dalam mencapai tujuan tersebut diperlukan landasan yang kuat berupa kompetensi bidan.

2.2. Kompetensi

Kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut (Wibowo, 2007). Menurut Boyatzis (Hutapea P dan Thoha N, 2008), kompetensi didefenisikan sebagai “kapasitas yang ada pada seseorang yang bisa membuat orang tersebut mampu memenuhi apa yang disyaratkan oleh pekerja dalam suatu organisasi sehingga orang tersebut mampu mencapai hasil yang diharapkan”. Sedangkan Dave Ulrich, Profesor dari University of Michigan (1995), mendefenisikan kompetensi sebagai


(29)

“pengetahuan, keterampilan atau kemampuan individu yang diperagakan”. Penekanan kompetensi jenis ini adalah kepemilikan pengetahuan dan keterampilan.

Kompetensi adalah kemampuan dan karakter yang dimiliki oleh seorang Pegawai Negeri Sipil berupa pengetahuan, ketrampilan dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugasnya secara profesional, efektif dan efisien (Depkes, 2008). Ada lima karakteristik dasar yang mempengaruhi kompetensi seseorang, menurut Spencer dan Spencer (Hutapea dan Thoha, 2008), yaitu (1) motive, adalah konsistensi berfikir mengenai sesuatu yang diinginkan dan dikehendaki oleh seseorang, sehingga menyebabkan suatu kejadian. Motif tingkah laku seperti mengendalikan, mengarahkan, membimbing, memilih untuk menghadapi kejadian atau tujuan tertentu; (2) traits, adalah naluri yang secara konsisten dapat memberikan respon yang cepat dan tepat terhadap keadaan atau informasi yang diterima, atau karakteristik fisik dan tanggapan yang konsisten terhadap informasi atau situasi tertentu; (3) self concept, sikap perilaku, sistem nilai atau persepi diri atau imajinasi seseorang, yang dianut dan dipercayai dapat menguatkan dan meyakinkan sesuai dengan harapannya, serta dapat menuntun menjadi individu yang efektif di berbagai lingkungan kerja, jika keyakinan tersebut didukung rasa percaya diri yang besar, misalnya kepemimpinan; (4) knowledge, sekumpulan informasi dan pengetahuan yang dimiliki seseorang dalam bidang tertentu; dan (5) skill, kemampuan untuk mengerjakan atau menyelesaikan tugas – tugas fisik atau mental tertentu nyata dilakukan.


(30)

Mustopadidjaja AR (2008), mengklasifikasikan kompetensi kedalam empat jenis, yaitu :

1. Kompetensi Teknis (technical competence), yaitu kompetensi mengenai bidang yang menjadi tugas pokok organisasi. Kompetensi ini, antara lain meliputi operasionalisasi system prosedur kerja, yang berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan dan tugas instansi, penerapan sistem dan prinsip – prinsip akuntabilitas. 2. Kompetensi Manajerial (manajerial competence), kompetensi yang berkaitan

dengan berbagai kemampuan manajerial yang dibutuhkan dalam menangani tugas – tugas organisasi. Kompetensi ini, meliputi antara lain dalam hal kemampuan menerapkan konsep dan teknik perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, koordinasi dan evaluasi kinerja unit organisasi, juga kemampuan dalam melaksanakan prinsip – prinsip good governance dalam manajemen pemerintahan.

3. Kompetensi Sosial (social competence), kemampuan melakukan komunikasi yang dibutuhkan oleh organisasi dalam pelaksanaan tugas pokoknya. Kompetensi ini, antara lain secara internal memotivasi sumberdaya manusia dalam meningkatkan produktivitas kerja, secara ekternal melaksanakan kemitraan, kolaborasi, pengembangan jaringan kerja dengan berbagai lembaga dalam rangka meningkatkan citra dan kinerja organisasi.

4. Kompetensi Intelektual/ Stratejik, kemampuan untuk berfikir secara stratejik dengan visi jauh kedepan. Kompetensi ini meliputi kemampuan merumuskan visi, misi strategi dalam rangka mencapai tujuan organisasi sebagai bagian integral


(31)

dari pembangunan nasional; merumuskan dan memberi masukan untuk pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang logis dan sistematis; memahami paradigma pembangunan kesehatan yang relevan dalam upaya mewujudkan Indonesia Sehat 2010 serta kemampuan dalam menjelaskan kedudukan, tugas, fungsi organisasi instansi kesehatan dalam mewujudkan tujuan Pembangunan Kesehatan Indonesia.

Dalam aktivitasnya orang memerlukan adanya kompetensi, yang menurut Hutapea P dan Thoha N (2008), kompetensi ada 3 (tiga) jenis yaitu : (1) kompetensi teknis, lebih menekankan kepada pencapaian efektifitas kerja, (2) kompetensi perilaku (konsep diri, ciri diri dan motif individu), yang lebih menekankan kepada perilaku produktif yang harus dimiliki dan diperagakan oleh petugas, agar dapat berprestasi, dan (3) kompetensi pengetahuan dan keterampilan individu, lebih ditujukan kepada pelatihan dan pendidikan.

2.2.1. Kompetensi Bidan

Dalam organisasi kesehatan bidan merupakan salah satu sumber daya manusia kesehatan yang memiliki standar kompetensi yang wajib sebagai karakteristik terhadap standar kualitas profesionalnya dalam bekerja. Kompetensi merupakan gambaran karakteristik pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki atau dibutuhkan oleh setiap individu yang memampukan mereka untuk melakukan tugas dan tanggung jawab mereka secara efektif dan meningkatkan standar kualitas profesional dalam pekerjaan mereka.


(32)

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor: 101 Tahun 2000, tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil (PNS), menjelaskan konsep kompetensi, adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang PNS, berupa pengetahuan, ketrampilan dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas. Dengan melihat batasan tersebut, maka kompetensi bidan adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang bidan berupa pengetahuan, ketrampilan dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas bidan secara profesional.

2.2.2. Standar Kompetensi Bidan

Seorang bidan harus memiliki kompetensi bidan yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan perilaku dalam melaksanakan praktik kebidanan secara aman dan bertanggung jawab dalam berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor: 369/ Menkes/ SK/ III/2007 tentang Standar profesi Bidan yaitu :

1. Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya.

2. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh di masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua.


(33)

3. Bidan memberikan asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang melilputi: deteksi dini, pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu.

4. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin suatu persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir.

5. Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat.

6. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai dengan satu bulan.

7. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi komprehensif pada bayi dan balita sehat (1 bulan – 5 tahun).

8. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat.

9. Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan gangguan sistem reproduksi.

Dengan demikian kompetensi yang diharapkan oleh seorang bidan, sebagai petugas yang bertanggung jawab dan berwenang terhadap pelayanan kesehatan wanita dalam siklus reproduksi, bayi baru lahir, dan balita untuk mewujudkan kesehatan keluarga sehingga tersedia sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas


(34)

di masa depan, adalah penguatan pada kompetensi teknis dan kompetensi Sosial, tanpa mengabaikan dua kompetensi lainnya, khususnya dalam upaya peningkatan cakupan pertolongan persalinan ibu oleh bidan yang kompeten.

2.2.3. Faktor – faktor yang mempengaruhi Kompetensi Bidan

Kompetensi bukan merupakan kemampuan yang tidak dapat dipengaruhi, Michael Zwell (2000) dalam Wibowo (2007) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kompetensi seseorang yaitu :

1. Keyakinan dan Nilai – Nilai

Keyakinan orang tentang dirinya maupun terhadap orang lain akan sangat mempengaruhi perilaku. Apabila orang percaya bahwa mereka tidak kreatif dan inovatif mereka tidak akan berusaha berfikir tentang cara baru atau berbeda dalam melakukan sesuatu.

2. Keterampilan

Keterampilan memainkan peran dikebanyakan kompetensi, berbicara di depan umum merupakan ketrampilan yang dapat dipelajari, dipraktekkan dan diperbaiki. Dengan memperbaiki keterampilan berbicara di depan umum akan meningkatkan kecakapan individu dalam kompetensi tentang komunikasi. Pengembangan ketrampilan secara spesifik berdampak terhadap kompetensi individu. Kegiatan menguasai sesuatu ketrampilan dengan tambahan bahwa mempelajari ketrampilan harus dibarengi dengan kegiatan praktik, berlatih dan mengulang – ulang suatu kerja. Seseorang yang memahami semua asas, metode, pengetahuan dan teori dan mampu melaksanakan secara praktis adalah orang yang memiliki keterampilan.


(35)

3. Pengalaman

Orang yang pekerjaannya memerlukan sedikit pemikiran strategis kurang mengembangkan kompetensi dari pada mereka yang telah menggunakan pemikiran strategi bertahun – tahun. Pengalaman merupakan elemen kompetensi yang perlu, tetapi untuk menjadi ahli tidak cukup dengan pengalaman saja. Namun dengan pengalaman kompetensi individu akan semakin meningkat.

4. Karakteristik Kepribadian.

Kepribadian termasuk faktor yang sulit untuk berubah akan tetapi bukan berarti tidak dapat berubah. Kenyataannya kepribadian seseorang dapat berubah sepanjang waktu. Orang merespon dan berinteraksi dengan kekuatan dan lingkungan sekitarnya. Kepribadian dapat mempengaruhi kompetensi individu termasuk dalam penyelesian masalah, kepedulian interpersonal, kemampuan bekerja, memberi pengaruh dan membangun hubungan.

5. Motivasi

Motivasi merupakan faktor dalam kompetensi yang dapat berubah. Dalam memberikan dorongan, apresiasi terhadap pekerjaan, memberikan pengakuan dan perhatian individual dari atasan dapat mempunyai pengaruh positif terhadap motivasi seseorang sehingga terjadinya peningkatan kompetensi individu.

6. Isu Emosional

Mengatasi pengalaman yang tidak menyenangkan akan memperbaiki penguasaan dalam kompetensi. Akan tetapi tidak beralasan mengharapkan pekerja mengatasi hambatan emosional tanpa bantuan lingkungan kerja.


(36)

7. Kompetensi Intelektual

Kompetensi tergantung pada pemikiran kognitif seperti pemikiran konseptual dan pemikiran analitis. Tidak mungkin memperbaiki setiap intervensi yang diwujudkan suatu organisasi. Sudah tentu faktor seperti pengalaman dapat meningkatkan kompetensi.

8. Budaya Organisasi

Budaya organisasi mempengaruhi kompetensi sumber daya manusia dalam kegiatan sebagai berikut :

a. Praktek rekruitmen dan seleksi karyawan b. Sistem penghargaan

c. Praktek pengambilan keputusan d. Filosofi organisasi

e. Kebiasaan dan prosedur

f. Komitmen pada pelatihan dan pengembangan g. Proses organisasional

2.2.4. Pengetahuan

Menurut Mustopadidjaja (2008), pengetahuan adalah informasi yang dimiliki oleh seseorang dalam suatu bidang tertentu dan keterampilan adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas tertentu baik mental ataupun fisik.

Pengetahuan dan keterampilan sesungguhnya yang mendasari pencapaian produktivitas, pengetahuan dan ketrampilan termasuk faktor pembentuk kemampuan. Apabila seseorang mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang tinggi akan


(37)

memiliki kemampuan (ability) yang tinggi pula sehingga akan membentuk kompetensi seorang pegawai/ pekerja (Sulistiyani & Rosidah, 2003).

Pengetahuan merupakan informasi yang dimiliki oleh seseorang. Pengetahuan adalah komponen utama kompetensi yang mudah diperoleh dan mudah diidentifikasikan (Hutapea P dan Thoha N, 2008). Notoatmodjo (2007) berpendapat bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu.

Sulistiyani dan Rosidah (2003) mengemukakan konsep pengetahuan lebih berorientasi pada intelejensi, daya pikir dan penguasaan ilmu serta luas sempitnya wawasan yang dimiliki seseorang. Dengan demikian pengetahuan adalah merupakan akumulasi hasil proses pendidikan baik yang diperoleh secara formal maupun non formal yang memberikan kontribusi pada seseorang di dalam pemecahan masalah, daya cipta, termasuk dalam melakukan atau menyelesaikan pekerjaan. Dengan pengetahuan yang luas dan pendidikan tinggi, seorang pegawai diharapkan mampu melakukan pekerjaan dengan baik dan produktif.

Menurut Roger (1974) dalam Notoatmodjo (2007) Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour) yang memiliki 6 tingkatan yaitu :

1. Tahu (know), mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) tehadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.


(38)

2. Memahami (comprehension), suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau mengerti harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (application), kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum – hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situai yang lain. Misalnya : dapat menggunakan prinsip – prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cyclel) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

4. Analisis (analysis), kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemapuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata – kata kerja; dapat menggambarkan (membuat sebagian), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesis (synthesis), kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian – bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi – formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau umusan – rumusan yang telah ada.


(39)

6. Evaluasi (evaluation), kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian – penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria – kriteria yang ada, misalnya dapat membandingkan anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi.

Merujuk pada beberapa teori dan pendapat yang mendefenisikan tentang pengetahuan yang dijabarkan di atas maka Pengetahuan Bidan adalah kemampuan bidan terhadap semua tingkatan pengetahuan, mulai dari tahu, memahami hingga dalam dapat mengevaluasi materi – materi yang telah ditetapkan sebagai pengetahuan pengelolaan persalinan ibu, dengan standar yang telah ditentukan. Dengan pengetahuan yang luas tentang ilmu kebidanannya diharapkan seorang bidan mampu melaksanankan pekerjaannya dengan baik dan produktif.

2.2.5. Keterampilan

Keterampilan adalah kemampuan dan penguasaan teknis operasional mengenai bidang tertentu yang bersifat kekaryaan, berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan atau menyelesaikan pekerjaan – pekerjaan yang bersifat teknis yang diperoleh melalui proses belajar dan berlatih. Dengan keterampilan yang dimiliki seorang pegawai diharapkan mampu menyelesaikan pekerjaan secara produktif Sulistiyani dan Rosidah (2003).

Menurut Blanchard dan Hersey (1995) dalam Makmur (2008) ada tiga faktor kemampuan yang mempengaruhi Bidan untuk melaksanakan tugas yaitu :


(40)

1. Kemampuan Tekhnis (Technical skill) yaitu kemampuan menggunakan pengetahuan, metode, teknik dan peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas tertentu yang diperoleh dari pengalaman, pendidikan dan pelatihan.

2. Kemampuan Sosial (Human Skill) yaitu kemampuan dalam bekerja dengan dan melalui orang lain.

3. Kemampuan Konsepsual (Conceptual Skill) yaitu kemampuan memahami kompleksitas organisasi dan penyesuaian bidang gerak unit kerja masing – masing ke dalam bidang organisasi secara menyeluruh.

Selain itu ada tiga keterampilan interpersonal untuk mengefektifkan kerja, yaitu:

1. Keterampilan Menginterpretasikan Perilaku orang lain (Interpreting Other People’s Behavior), ketrampilan ini sangat berhubungan dengan kemampuan persepsi yaitu sejauhmana seseorang mampu melaksanakan sesuatu dengan tepat sesuai dengan obyek yang diterimanya. Persepsi adalah suatu proses menyeleksi stimulus dan diartikan. Persepsi mencakup penafsiran objek, penerimaan stimulus, pengorganisasian stimulus dan penafsiran terhadap stimulus yang telah diorganisasikan dengan cara mempengaruhi pembentukan sikap dan perilaku. 2. Presenting Yourself yaitu pengendalian diri terhadap perilaku orang lain, karena

perilaku yang dimunculkan mereka sering diterima tidak tepat yang berhubungan dengan sikap, emosi dan motif. Begitu pula mimik, gerakan tubuh, dan suara dapat pula mempengaruhi perilaku kita dan orang lain.

3. Keterampilan Pengarahan Efektif (Effective Coaching Skill), Gallwey berpendapat bahwa coaching berarti membuka potensi orang yang diarahkan


(41)

untuk memaksimalkan kinerjanya. Sifat dasar coaching adalah membangkitkan kesadaran dan tanggung jawab.

Berdasarkan uraian beberapa teori tentang keterampilan diatas maka keterampilan adalah kemampuan bidan memperagakan/ mengimplementasi dari pengetahuan bidan terhadap kegiatan operasional yang sesuai dengan tupoksinya dari mulai hingga tercapainya tujuan pelayanan kebidanan sesuai standar waktu yang telah ditentukan.

2.2.6. Perilaku

Skiner (1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar (Notoatmodjo, 2007). Perilaku seseorang lebih didominasi oleh konsep diri, ciri diri dan motif yang dimilikinya. Agar seseorang memiliki kompetensi yang sesuai dengan pekerjaanya, dia harus memanfaatkan kelima komponen kompetensi (Hutapea P dan Thoha N, 2008). Kompetensi perilaku yang dimaksud dalam hal ini adalah perilaku kerja dan seseorang dapat memiliki dan memeragakan perilaku tersebut pada saat melaksanakan pekerjaannya. Untuk mampu memeragakan perilaku produktif di tempat kerja, seseorang harus memiliki kemampuan teknis melaksanakan pekerjaannya, sebagai contoh berorientasi pada pencapaian hasil adalah sebuah kompetensi perilaku.

Perilaku seseorang dipengaruhi oleh dua faktor, menurut Hutapea dan Thoha (2008), yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari konsep


(42)

diri, ciri diri dan motif, yang mempengaruhi nilai dan persepsi individu pada pekerjaannya. Faktor eksternal adalah lingkungan tempat seseorang bekerja.

Perilaku dapat diubah dengan mengkombinasikan; (1) tindakan penguatan (reinforcement), berupa pelaksanaan penegakan peraturan perundang – undangan, imbalan dan hukuman; (2) pengulangan (repetition), berupa pemberian umpan balik terhadap setiap peragaan petugas dan (3) pengarahan (coaching) kepada petugas yang bermasalah dan belum ada kemajuan kompetensinya (Hutapea dan Thoha, 2008).

Profesional adalah cermin dari kemampuan (competen), yaitu memiliki pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), bisa melakukan (ability) ditunjang dengan pengalaman (experience), keprofesionalan tidak mungkin muncul tiba – tiba tanpa melalui perjalanan waktu (Atmosoeprapto, 2000).

Perilaku merupakan hasil dari berbagai pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya, yang diwujudkan dalam bentuk pengetahuan sikap dan tindakan. Perilaku manusia bersifat holistik atau menyeluruh (Soepardan, 2006). Perilaku professional seorang bidan mencakup :

1. Berpegang teguh pada filosofi, etika profesi dan aspek legal.

2. Bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan keputusan klinis yang dibuatnya.

3. Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan ketrampilan mutakhir. 4. Menggunakan cara pencegahan universal untuk penyakit menular dan strategi


(43)

5. Melakukan konsultasi dan rujukan yang tepat dalam memberikan asuhan kebidanan.

6. Menghargai budaya setempat sehubungan dengan praktek kesehatan, kehamilan, kelahiran, periode pasca persalinan, bayi baru lahir dan anak.

7. Menggunakan model kemitraan dalam bekerjasama dengan kaum wanita/ ibu agar mereka dapat menentukan pilihan yang telah diinformasikan tentang semua aspek asuhan, meminta persetujuan secara tertulis supaya mereka bertanggungjawab atas kesehatannya sendiri.

8. Menggunakan keterampilan mendengar dan memfasilitasi.

9. Bekerja sama dengan petugas kesehatan lain untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada ibu dan keluarga.

10.Advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan.

2.3. Pelayanan Kebidanan

Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang difokuskan pada pelayanan kesehatan wanita dalam siklus reproduksi, bayi baru lahir, dan balita untuk mewujudkan kesehatan keluarga sehingga tersedia sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas di masa depan. Pelayanan kebidanan diberikan oleh bidan sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya dengan tujuan meningkatkan kesehatan ibu dan anak guna tercapainya keluarga yang berkualitas, bahagia, dan sejahtera. Berpedoman pada paradigma kebidanan keberhasilan pelayanan kebidanan dipengaruhi oleh pengetahuan dan cara pandang bidan dalam kaitan atau hubungan


(44)

timbal balik antara manusia/wanita, lingkungan, perilaku, pelayanan kebidanan, dan keturunan (Soepardan, 2006).

Bidan memiliki peran yang unik dalam memberi pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak, yakni saling melengkapi dengan tenaga kesehatan profesional lainnya. Dalam praktiknya bidan memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dan bersalin yang normal, asuhan terhadap kasus gangguan sistem reproduksi wanita, serta gangguan kesehatan bagi anak balita sesuai dengan kewenangannya. Bidan harus selalu mengembangkan dirinya agar dapat memenuhi peningkatan kebutuhan kesehatan kliennya atau ibu dan anak (Soepardan, 2006).

2.3.1 Defenisi Persalinan

Kehamilan dan persalinan merupakan hal yang wajar terjadi pada seorang perempuan. Persalinan merupakan suatu proses alami dan peristiwa nomal, namun apabila tidak dikelola dengan tepat dapat menjadi abnormal (Soepardan, 2006).

Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar dengan presentasi belakang kepala tanpa memakai alat – alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam (Prawirohardjo, 2005).

Persalinan dan Kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2006).


(45)

2.3.2 Pelayanan Persalinan Normal

Asuhan Persalinan Normal (APN) merupakan kegiatan dalam melakukan asuhan kepada semua ibu selama proses persalinan dan setelah bayi lahir, yang harus mampu dilakukan oleh setiap penolong persalinan dimanapun peristiwa tersebut terjadi dengan tujuan mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal.

Pelayanan Persalinan Normal berfokus pada Asuhan Persalinan Normal (APN) yaitu persalinan bersih dan aman serta mencegah terjadinya komplikasi. Tujuan Asuhan Persalinan Normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan atau optimal (Depkes RI, 2008).

Ada lima aspek dasar atau Lima Benang Merah yang penting dan saling terkait dalam pelayanan persalinan yang bersih dan aman, selalu berlaku dalam penatalaksanaan persalinan mulai dari Kala I hingga Kala IV, termasuk penatalaksanaan bayi baru lahir. Kelima aspek ini melekat pada setiap persalinan baik normal maupun patologis (Depkes RI, 2008), aspek – aspek tersebut adalah :


(46)

1. Membuat Keputusan Klinik

Merupakan proses yang menentukan untuk menyelesaikan masalah dan menentukan asuhan yang diperlukan oleh pasien, secara akurat, komprehensif dan aman. Keputusan klinik dihasilkan melalui serangkaian proses dan metode yang sistematik menggunakan informasi dan hasil dari kognitif dan intuitif serta dipadukan dengan kajian teoritis dan intervensi berdasarkan bukti (evidence-based), ketrampilan dan pengalaman yang dikembangkan melalui berbagai tahapan yang logis dan diperlukan dalam upaya untuk menyelesaikan masalah dan terfokus pada pasien, Varney (1997) dalam (Depkes, 2008). Kinerja dan perilaku diharapkan dari seorang pemberi asuhan dalam menjalankan tugas dan pengamalan ilmunya kepada pasien, serta pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang terpuji menjamin asuhan atau pertolongan yang diberikan dapat memberikan hasil yang maksimal atau memenuhi standar kualitas pelayanan dan harapan pasien (Depkes RI, 2008).

2. Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi

Asuhan Sayang Ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang Ibu. Beberapa prinsip dasar Asuhan Sayang Ibu adalah dengan mengikutsertkan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Banyak hasil Penelitian menunjukan bahwa jika para ibu diperhatikan dan diberi dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi serta mengetahui dengan baik mengenai proses persalinan dan asuhan yang akan mereka terima, mereka akan mendapatkan rasa aman dan hasil yang lebih baik Enkin, et al.,(2000) dalam (Depkes RI, 2008).


(47)

3. Pencegahan Infeksi

Tindakan Pencegahan Infeksi (PI) tidak terpisah dari komponen – komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. PI adalah bagian yang esensial dari semua asuhan yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir dan harus dilaksanakan secara rutin pada saat menolong persalinan dan kelahiran bayi, saat memberikan asuhan selama kunjungan antenatal atau pascapersalinan/ bayi baru lahir atau saat menatalaksana penyulit. Tujuan tindakan - tindakan PI dalam pelayanan asuhan kesehatan adalah meminimalkan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme dan menurunkan risiko penularan penyakit yang mengancam jiwa seperti Hepatitis dan HIV/AIDS.

4. Pencatatan (Rekam Medik) Asuhan Persalinan

Pencatatan adalah bagian penting dari proses membuat keputusan klinik karena memungkinan penolong persalinan untuk terus menerus memperhatikan asuhan yang diberikan selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Jika asuhan tidak dicatat, dapat dianggap bahwa hal tersebut tidak dilakukan. Mengkaji ulang catatan memungkinkan untuk menganalisa data yang telah dikumpulkan dan dapat lebih efektif dalam merumuskan suatu diagnosis dan membuat rencana asuhan atau perawatan bagi ibu atau bayinya.

5. Rujukan

Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas persalinan. Dilakukan secara timbal balik, baik secara vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara


(48)

horizontal dalam arti antar strata sarana pelayanan kesehatan yang sama (Depkes RI, 2004). Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas rujukan atau fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap, diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir. Meskipun sebagian besar ibu akan mengalami persalinan normal namun sekitar 10-15% diantaranya akan mengalami masalah selama proses persalinan dan kelahiran bayi sehingga perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan.

Sangat sulit untuk menduga kapan penyulit akan terjadi sehingga kesiapan untuk merujuk ibu dan/ atau bayinya ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu (jika penyulit terjadi) menjadi syarat bagi keberhasilan upaya penyelamatan.

2.4. Kualitas Pelayanan

Pelayanan adalah suatu aktivitas atau rangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal – hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksud untuk memecahkan permasalahan konsumen/pelanggan (Gronroos, 1990). Sedangkan Kualitas didefenisikan sebagai kemampuan produk atau jasa memenuhi kebutuhan pelanggan. Dikatakan pula sebagai totalitas tampilan dan karakteristik produk atau jasa yang berusaha keras dengan segenap kemampuannya memuaskan kebutuhan tertentu, Russell dan Taylor (2000) dalam Wibowo (2007). Maka kualitas pelayanan dapat disimpulkan seberapa besar kemampuan pelayanan yang diberikan dapat memecahkan permasalahan pemakai jasa serta memuaskan kebutuhan tertentu si pemakai jasa tersebut.


(49)

Mengukur kualitas Pelayanan sama dengan mengukur kinerja pelayanan itu, dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen pengukuran kinerja pelayanan, ada sepuluh indikator kinerja pelayanan, yaitu : (Zeithaml, Parasuraman dan Berry, 1990) 1. Ketampakan fisik (Tangibles), artinya petampakan fisik bisa dari gedung,

peralatan, penampilan pegawai, dan fasilitas – fasilitas lain yang dimiliki oleh providers.

2. Reliabilitas (Reliability), kemampuan untuk menyelenggarakan pelayanan yang dijanjikan secara akurat.

3. Responsivitas (Responsiveness), kerelaan untuk menolong customers dan menyelenggarakan pelayanan secara ikhlas.

4. Kompetensi. 5. Kesopanan. 6. Kredibilitas.

7. Keamanan (Safety), merupakan jaminan keselamatan bahwa pelanggan tidak menjadi sakit atau tidak aman dengan pelayanan tersebut.

8. Akses (Accessibility), menunjukkan seberapa mudah pelanggan mendapatkan pelayanan tersebut.

9. Komunikasi 10.Pengertian

Pelayanan kebidanan yang bermutu adalah pelayanan kebidanan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan sesuai dengan tingkat kepuasan rata – rata


(50)

penduduk dan penyelenggaranya disesuaikan dengan kode etik serta standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan (Soepardan, 2006).

2.5. Pengaruh Kompetensi terhadap Kualitas Pelayanan

Kompetensi sebagai kemampuan seseorang untuk menghasilkan pada tingkat yang memuaskan di tempat kerja, termasuk diantaranya kemampuan seseorang untuk mentransfer dan mengaplikasikan keterampilan dan pengetahuan tersebut dalam situasi yang baru dan meningkatkan manfaat yang disepakati (Wibowo, 2007).

Kompetensi menjelaskan apa yang dilakukan orang di tempat kerja pada berbagai tingkatan dan memperinci standar masing – masing tingkatan, mengidentifikasi karakteristik, pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan oleh individu yang memungkinkan menjalankan tugas dan tanggung jawab secara efektif sehingga mencapai standar kualitas profesional dalam bekerja, dan mencakup semua aspek catatan manajemen kinerja, keterampilan dan pengetahuan tertentu, sikap, komunikasi, aplikasi dan pengembangan (Wibowo, 2007).

Dengan demikian, seorang bidan pemberi pelayanan kesehatan ibu yang ungul adalah bidan yang menunjukkan kompetensi pada skala tingkat lebih tinggi, dengan frekuensi lebih tinggi, dan dengan hasil lebih baik daripada bidan pelaksana biasa atau rata – rata.

2.6. Landasan Teori

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor: 101 Tahun 2000, tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil (PNS), menjelaskan konsep kompetensi, adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang PNS, berupa pengetahuan, ketrampilan dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan


(51)

tugas. Dengan melihat batasan tersebut, maka kompetensi bidan adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang bidan berupa pengetahuan, ketrampilan dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas bidan secara profesional. Sulistiyani dan Rosidah (2003) mengemukakan konsep pengetahuan lebih berorientasi pada intelejensi, daya pikir dan penguasaan ilmu serta luas sempitnya wawasan yang dimiliki seseorang. Dengan demikian pengetahuan adalah merupakan akumulasi hasil proses pendidikan baik yang diperoleh secara formal maupun non formal yang memberikan kontribusi pada seseorang di dalam pemecahan masalah, daya cipta, termasuk dalam melakukan atau menyelesaikan pekerjaan. Dengan pengetahuan yang luas dan pendidikan tinggi, seorang pegawai diharapkan mampu melakukan pekerjaan dengan baik dan produktif.

Keterampilan adalah kemampuan dan penguasaan teknis operasional mengenai bidang tertentu yang bersifat kekaryaan, berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan atau menyelesaikan pekerjaan – pekerjaan yang bersifat teknis yang diperoleh melalui proses belajar dan berlatih. Dengan keterampilan yang dimiliki seorang pegawai diharapkan mampu menyelesaikan pekerjaan secara produktif Sulistiyani dan Rosidah (2003).

Perilaku yang dimaksud dalam hal ini adalah perilaku kerja (bukan perilaku umum) dan seseorang dapat memiliki dan memeragakan perilaku tersebut pada saat melaksanakan pekerjaannya. Untuk mampu memeragakan perilaku produktif di tempat kerja, seseorang harus memiliki kemampuan teknis melaksanakan pekerjaannya, sebagai contoh berorientasi pada pencapaian hasil adalah sebuah kompetensi perilaku (Hutapea P dan Thoha N, 2008).


(52)

2.7. Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori di atas maka kerangka konsep pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.7. Kerangka Konsep Penelitian Kompetensi Bidan:

1.Pengetahuan 2.Ketrampilan 3.Perilaku

Pelaksanaan Pelayanan Persalinan Normal Ibu :

1.Membuat Keputusan Klinik

2.Asuhan Sayang Ibu & Sayang Bayi

3.Pencegahanan Infeksi 4.Pencatatan (Rekam

Medik) Asuhan Persalinan


(53)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan metode explanatory research yaitu penelitian yang menjelaskan adanya pengaruh antara variabel bebas (independent variabel) berupa kompetensi bidan (pengetahuan, keterampilan dan perilaku) terhadap variabel terikat (dependent variabel) berupa pelaksanaan pelayanan persalinan normal ibu melalui pengujian hipotesa.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Dinas Kesehatan kabupaten Gayo Lues Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Penelitian ini berlangsung selama 6 bulan terhitung mulai bulan Juli 2009 sampai Januari 2010.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidan di desa yang telah berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil di wilayah kerja puskesmas sekabupaten Gayo Lues, yang sekaligus menjadi sampel penelitian (Total Sampling) berjumlah 56 bidan.

3.4. Metode Pengumpulan data 3.4.1. Data Primer

Data yang diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan responden, yang berpedoman pada kuesioner penelitian.


(54)

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan deskriptif di lokasi penelitian, data mengenai Bidan dan data lain yang diperoleh dari catatan atau dokumen di Dinas Kesehatan dan seluruh puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Gayo Lues yang mendukung penelitian ini.

3.4.3. Uji Validitas dan Reliabillitas

Kelayakan dalam menggunakan instrumen yang akan dipakai untuk penelitian diperlukan uji validitas dan reliabilitas. Pengujian validitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan instrumen sebagai alat ukur penelitian yang dapat mengukur apa yang diinginkan atau dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dalam penelitian ini uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada 20 orang bidan desa di kabupaten Aceh Tenggara, yang memiliki kriteria yang sama dengan sampel penelitian.

Pada uji validitas suatu instrumen dilakukan dengan mengukur korelasi antara variabel dengan skor total variabel menggunakan rumus teknik korelasi pearson product moment corelation coefident (r), dengan ketentuan : a) Bilarhitung> rtabel maka dinyatakan tidak valid. Dengan rumus :

[

]

{

2 2

[

2 2

]

}

1/2

) .( . ) ( ) ( ) (

∑ ∑

− = y y N x x N y x xy N r

dimana : x = Skor tiap – tiap variabel y = Skor total tiap responden N = Jumlah responden


(55)

Pengujian reliabilitas menunjuk suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data dalam arti lain akan terdapat antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti (Arikunto, 2002).

Uji reliabilitas terhadap kuesioner untuk melihat konsistensi jawaban. Dalam penelitian ini teknik untuk menghitung indeks reliabilitas yaitu menggunakan metode Cronbach’s alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, dengan ketentuan : a) jika nilai ralpha> rtabel maka dinyatakan reliabel dan b) jika

nilai ralpha< rtabel maka dinyatakan tidak reliabel (Arikunto, 2002). Dengan rumus:

⎦ ⎤ ⎢

⎣ ⎡

− ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣

⎡ −

=

2

1 2

11 1

) 1

(

σ

σ

b

k k r

dimana : r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya bulir pertanyaan atau banyaknya soal

2

b

σ

= Jumlah varians bulir 2

1

σ

= Varians total

1. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan Bidan di Desa

Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner pengetahuan bidan di desa terhadap 20 orang bidan di kabupaten Aceh Tenggara menunjukkan hasil yang valid dan reliabel. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini yang menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,843 dan r-Hitung > r-Tabel.


(56)

Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan Bidan di Desa

Item r-Tabel r-Hitung Cronbach’s

Alpha Validitas dan Reliabilitas

A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 A13 A14 A15 A16 A17 A18 A19 A20 A21 A22 A23 A24 A25 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0.801 0.800 0.775 0.807 0.797 0.800 0.771 0.767 0.783 0.801 0.793 0.781 0.780 0.797 0.778 0.788 0.766 0.801 0.763 0.768 0.813 0.782 0.760 0,843 0,843 0,843 0,843 0,843 0,843 0,843 0,843 0,843 0,843 0,843 0,843 0,843 0,843 0,843 0,843 0,843 0,843 0,843 0,843 0,843 0,843 0,843 0,843 0,843

Valid dan Reliabel Valid dan Reliabel Valid dan Reliabel Valid dan Reliabel Valid dan Reliabel Valid dan Reliabel Valid dan Reliabel Valid dan Reliabel Valid dan Reliabel Valid dan Reliabel Valid dan Reliabel Valid dan Reliabel Valid dan Reliabel Valid dan Reliabel Valid dan Reliabel Valid dan Reliabel Valid dan Reliabel Valid dan Reliabel Valid dan Reliabel Valid dan Reliabel Valid dan Reliabel Valid dan Reliabel Valid dan Reliabel Valid dan Reliabel Valid dan Reliabel

2. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Keterampilan Bidan di Desa

Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner keterampilan bidan di desa terhadap 20 orang bidan di kabupaten Aceh Tenggara menunjukkan hasil yang valid dan reliabel. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 3.2 dibawah ini yang menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,914 dan r-Hitung > r-Tabel.


(57)

Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Keterampilan Bidan di Desa

Item r-Tabel r-Hitung Cronbach’s

Alpha Validitas dan Reliabilitas B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 B11 B12 B13 B14 B15 B16 B17 B18 B19 B20 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0.911 0.913 0.906 0.909 0.913 0.910 0.911 0.907 0.907 0.913 0.907 0.910 0.913 0.909 0.911 0.911 0.913 0.907 0.908 0.911 0,914 0,914 0,914 0,914 0,914 0,914 0,914 0,914 0,914 0,914 0,914 0,914 0,914 0,914 0,914 0,914 0,914 0,914 0,914 0,914

Valid dan Reliabel Valid dan Reliabel Valid dan Reliabel Valid dan Reliabel Valid dan Reliabel Valid dan Reliabel Valid dan Reliabel Valid dan Reliabel Valid dan Reliabel Valid dan Reliabel Valid dan Reliabel Valid dan Reliabel Valid dan Reliabel Valid dan Reliabel Valid dan Reliabel Valid dan Reliabel Valid dan Reliabel Valid dan Reliabel Valid dan Reliabel Valid dan Reliabel

3. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Perilaku Bidan di Desa

Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner perilaku bidan di desa terhadap 20 orang bidan di kabupaten Aceh Tenggara menunjukkan hasil yang valid dan reliabel. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 3.3 dibawah ini yang menujukkan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,815 dan r-Hitung > r-Tabel.


(1)

Variables not in the Equation

7,754 1 ,005

12,196 1 ,000

6,890 1 ,009

24,682 3 ,000

Tkt_Pth Tkt_Ktr Tkt_Per Variables

Overall Statistics Step

0

Score df Sig.

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

30,219 3 ,000

30,219 3 ,000

30,219 3 ,000

Step Block Model Step 1

Chi-square df Sig.

Model Summary

32,762a ,417 ,618

Step 1

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than ,001. a.

Classification Tablea

10 4 71,4

2 40 95,2

89,3 Observed

Tidak Kompeten Kompeten Pelaksanaan APN

Overall Percentage Step 1

Tidak

Kompeten Kompeten Pelaksanaan APN

Percentage Correct Predicted

The cut value is ,500 a.


(2)

Variables in the Equation

3,295 1,246 6,999 1 ,008 26,990 2,349 310,128 3,345 1,578 4,496 1 ,034 28,364 1,288 624,547

-4,295 1,458 8,675 1 ,003 ,014 ,001 ,238

-5,413 3,855 1,972 1 ,160 ,004

Tkt_Pth Tkt_Ktr Tkt_Per Constant Step

1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

95,0% C.I.for EXP(B)

Variable(s) entered on step 1: Tkt_Pth, Tkt_Ktr, Tkt_Per. a.


(3)

Reliability

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's Alpha

Based on

Standardized Items

N of Items

.843

.818

25

Item-Total Statistics

Scale Mean

if Item

Deleted

Scale

Variance if

Item

Deleted

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

pembukaan serviks yang harus dibuat

partograf

16.96

19.271

.801

bukan tanda dan gejala inpartu

17.09

18.919

.800

pemantauan denyut jantung bayi pada

persalinan gawat janin

17.16

17.119

.775

pemeriksaan dalam untuk ibu bersalin

16.98

19.763

.807

larangan posisi terlentang

16.93

19.086

.797

tidak termasuk tanda dan gejala kala 2

16.93

19.340

.800

indikasi pemecahan ketuban pada

persalinan

17.16

16.828

.771

tindakan rujukan primi gravida

17.18

16.586

.767

tujuan tarikan ringan kedua sisi kepala bayi

ke arah atas

16.91

18.119

.783

indikasi dilakukannya episiotomi

17.43

19.013

.801

yang harus terjadi pada kala 3

16.93

18.758

.793

penyebab placenta terlepas dari uterus

16.96

17.817

.781

tidak termasuk langkah manajemen aktif

kala 3

17.11

17.479

.780

tidak termasuk gejala atonic uteri

16.89

18.170

.783

posisi awal jahitan pada laserasi derajat 2

16.80

19.033

.791

tindakan yang menyebabkan bayi hipotermi

16.91

19.137

.797

langkah awal pada bayi baru lahir yang

merintih

16.98

17.581

.778

menguapnya cairan ketuban pada

permukaan tubuh setelah bayi lahir

16.91

18.483

.788

lanjutan pembersihan jalan nafas bayi

asfiksia ringan

17.20

16.524

.766

pemberian tetes mata/salep mata pada bayi

baru lahir

17.18

18.913

.801

larutan desinfeksi yang masih diterima

17.27

16.309

.763

penggantian larutan klorin

17.05

16.779

.768

tindakan pada alat logam setelah di

dekontaminasi

17.14

19.979

.813

efektifitas Disinfeksi Tingkat Tinggi

17.02

17.763

.782


(4)

Reliability

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's Alpha

Based on

Standardized

Items

N of Items

.914

.919

20

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Cronbach's Alpha if

Item Deleted mampu melakukan pelayanan persalinan normal dengan baik 81.95 90.924 .911 waktu yang digunakan efisien sesuai dengan standar/

ketentuan dalam prosedur persalinan normal 81.86 91.106 .913 pelayanan persalinan normal yang diberikan berpedoman

pada tugas dan fungsi sebagai bidan dalam pelayanan persalinan

81.70 88.215 .906

mengembangkan bakat dan prakarsa dalam pelayanan

persalinan normal 81.75 90.445 .909 jika menemukan masalah/kesulitan dalam melaksanakan

pelayanan persalinan berusaha untuk memecahkannya 81.86 90.306 .913 mejelaskan pada ibu dan keluarga tentang pelayanan yang

akan diberikan pada ibu sebelum memulai asuhan persalinan 81.52 90.545 .910 dalam membuat keputusan klinik telah sesuai dengan

pedoman pada Asuhan Persalinan Normal 81.52 92.218 .911 memperhatikan masalah dan tanggung jawab terhadap

keputusan klinik yang dibuat dalam pelayanan persalinan 81.55 87.524 .907 mendapatkan petunjuk teknis terhadap permasalahan

persalinan yang terjadi dimasyarakat 81.71 88.171 .907 mampu mengetahui sejak dini tanda - tanda

permasalahan/penyulit dalam persalinan yang akan dilakukan 81.70 91.343 .913 telah mempersiapkan bidan kit&peralatan penunjang lainnya

sehingga dapat mudah digunakan saat dibutuhkan 81.30 89.961 .907 mampu berkomunikasi dengan baik terhadap ibu dan

keluarga pada saat memberi pelayanan persalinan 81.37 92.893 .910 menganjurkan suami/anggota keluarga terdekat

mendampingi ibu pada saat pelaksanaan persalinan normal ibu

81.20 94.197 .913

setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi 81.43 89.631 .909 melaksanakan prinsip - prinsip pencegahan infeksi dalam

pertolongan persalinan yang dilakukan 81.30 93.015 .911 mencuci tangan sebelum melakukan pelayanan persalinan 81.23 93.709 .911 menggunakan disinfektan dari senyawa fenol untuk disinfeksi

peralatan/bahan yang akan dipakaikan pada bayi baru lahir 81.75 89.209 .913 membuat catatan/rekam medik pertolongan persalinan yang

dilakukan 81.41 88.756 .907

telah mengetahui sejak awal melakukan pertolongan, persiapan rujukan apa yang akan diberikan bila terjadi hal - hal yang membahayakan nyawa ibu

81.52 89.600 .908


(5)

cepat dan tepat

Reliability

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items N of Items .815 .820 16

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Cronbach's Alpha if Item

Deleted berpegang teguh pada filosofi kebidanan sebagai

landasan hidup dan penuntun dalam memberi pelayanan kebidanan

36.55 21.270 .806

tindakan persalinan yang dilakukan sesuai dengan

keputusan klinik yang dibuat 36.54 21.308 .808 mendahulukan kepentingan klien sesuai dengan

kebutuhannya 36.54 21.199 .797

melaksanakan prinsip - prinsip pencegahan infeksi

dalam pertolongan persalinan 36.54 21.126 .804 membuat perencanaan program kerja dengan matang

dan secara nyata dicantumkan dalam rencana kerja atau program kerja

36.64 21.361 .800

bertempat tinggal didesa tempat ditugaskan 36.93 21.740 .813 berada ditempat saat masyarakat membutuhkan

pertolongan 36.88 21.675 .801

berantusias untuk mengikuti jika diadakan pelatihan

kebidanan 36.68 21.568 .808

bertanggung jawab terhadap keputusan klinis yang

dibuat 36.68 20.149 .795

menyesuaikan budaya persalinan setempat dengan

ilmu kebidanan yang miliki 36.89 20.825 .801 melaksanakan tradisi persalinan setempat walaupun

bertentangan dengan ilmu kebidanan 37.02 22.054 .812 aktif membina kader posyandu atau ibu didesa 36.71 22.026 .812 aktif membina dan memberikan informasi pada ibu -

ibu di desa tentang kesehatan reproduksi mereka 36.79 20.499 .797 memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada ibu

dan keluarganya 36.73 21.181 .810

bekerjasama dengan petugas lain dalam memberikan

pelayanan kebidanan 36.46 22.181 .809 menjaga sepenuhnya kerahasiaan keterangan/rekam


(6)

Reliability

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items N of Items

.784 .762 20

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Cronbach's Alpha if Item

Deleted tujuh langkah yang harus anda laksanakan dalam

penolong persalinan 11.91 10.410 .682 selalu melakukan pengumpulan data awal pasien

yang akan menggunakan jasa untuk menolong persalinan

11.95 10.961 .703

data subyektif yang dikumpulkan 12.21 9.590 .665 diagnosa kerja yang ditegakkan untuk persalinan

terkait/berdasarkan data yang dikumpulkan 11.95 10.633 .693 menyarankan dan memberi penjelasan manfaatnya,

agar suami dan/atau orang tua atau orang terdekat ibu bersalin untuk mendampingi ibu bersalin dalam proses persalinan nya

12.02 9.872 .669

posisi yang tidak diperbolehkan karena dapat

mengganggu proses kemajuan persalinan 12.13 9.675 .667 dukungan emotional yang dapat dilakukan 12.52 11.163 .716 yang dilakukan jika ibu mengeluh sakit pada saat

penjahitan 12.41 10.756 .707

menganggap setiap orang (ibu, bayi baru lahir, anda pribadi) dapat menularkan penyakit karena infeksi dapat bersifat asimptomatik (tanpa gejala

11.84 11.046 .698

maksimal proses ulang sarung tangan digunakan

ulang 12.20 12.124 .747

bola karet penghisap lendir bayi dapat digunakan

untuk berapa bayi atau berapa kali pemakaian 12.18 11.386 .726 beberapa bahan kimia yang dapat anda gunakan

untuk disinfeksi tingkat tinggi 12.64 11.325 .714 menggunakan partograf dalam setiap pertolongan

persalinan ibu 12.04 10.253 .685

artograf harus digunakan 12.00 11.382 .720 jika pembukaan serviks telah melampaui dan berada

di sebelah kanan garis bertindak maka hal yang harus dilakukan

12.07 9.922 .674

tidak merupakan cara membimbing meneren yang

benar 12.00 10.182 .680

cara melakukan rujukan 12.11 11.225 .720 tidak merupkan tindakan yang benar saat anamnesis

atau pemeriksaan ditemukan perdarahan per vaginam selain lendir bercampur darah ('show')

12.23 9.709 .670

yang harus dilakukan pada temuan - temuan dan anamnese dan/atau pemeriksaan didapat tinggi fundus 40cm/ lebih ; makrosomia, polihidramnion, dan kehamilan ganda

12.46 11.744 .734

setelah persalinan selesai, berapa lama kemudiankah