Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
Artinya :
“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan kamu sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat,
kemudian Dia menjadikan kamu sesudah kuat itu lemah kembali dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang
Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” Q.S Ar-Rum 30 ayat 54
Dalam ayat ini menjelaskan setiap manusia akan mengalami proses kehidupan, dari masa bayi, masa awal anak-anak, masa akhir anak-anak, masa
remaja, masa dewasa, hingga masa lanjut usia. Agama Islam memperlakukan dengan baik para lanjut usia dan mengajarkan metode supaya keberadaan
mereka tidak dianggap sia-sia dan tak bernilai oleh masyarakat. “Dukungan terhadap para lansia dan penghormatan terhadap mereka adalah hal yang
ditekankan dalam Islam. Nabi Muhammad Saw bersabda, penghormatan terhadap para lansia muslim adalah ketundukan kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Beliau mengegaskan, berkah dan kebaikan abadi bersama para lanjut usia kalian.”
4
Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa 2011, pada tahun 2000-2005 Usia Harapan Hidup UHH adalah 66,4 tahun dengan persentase
populasi lansia tahun 2000 adalah 7,74, angka ini di perkirakan akan meningkat pada tahun 2045-2050 yang diperkirakan UHH menjadi 77,6 tahun
dengan persentase populasi lansia tahun 2045 adalah 28,68. Begitu pula dengan laporan Badan Pusat Statistik BPS terjadi peningkatan UHH. Pada
tahun 2000 UHH di Indonesia adalah 64,5 tahun dengan persentase populasi lansia adalah 7,18. Angka ini meningkat menjadi 69,43 tahun pada tahun
2010 dengan persentase populasi lansia adalah 7,56 dan pada tahun 2011
4
Al-Qur’an Online, “Q.S Ar-Rum ayat 54 beserta terjemahannya”, artikel ini di akses pada 31 Januari 2014 pada pukul 12.20 WIB dari http:www.tafsir.web.id201303tafsir-ar-ruum-
ayat-46-60.html
menjadi 69,65 tahun dengan persentase populasi lansia adalah 7,58. Meningkatnya populasi lanjut usia ini membuat pemerintah perlu merumuskan
kebijakan dan program yang ditujukan kepada kelompok penduduk lanjut usia sehingga dapat berperan dalam pembangunan dan tidak menjadi beban bagi
masyarakat.
5
Di Indonesia sendiri sudah terdapat Undang-Undang mengenai Kesejahteraan Lanjut Usia yakni UU Nomor 13 Tahun 1998 Pasal 1 ayat 1:
Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, baik material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan
ketentraman lahir batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik-
baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi manusia sesuai dengan pancasila. Sedangkan pada ayat 2
disebutkan, lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Dan mereka dibagi kepada dua kategori potensial ayat 3 dan lanjut usia
yang tidak potensial ayat 4. Lanjut usia potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang dapat menghasilkan
barang atau jasa. Sedangkan lanjut usia tidak potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan
orang lain. Bagi lanjut usia tidak potensial ayat 7 pemerintah dan masyarakat
mengupayakan perlindungan sosial sebagai kemudahan pelayanan agar lansia dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar. Selanjutnya pada
5
Kementerian Kesehatan RI, Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia, artikel ini di akses pada 6 Februari 2014 dari http:www.depkes.go.iddownloadsBuletin20Lansia.pdf
ayat 9 disebutkan bahwa pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial adalah upaya perlindungan dan pelayanan yang bersifat terus-menerus agar lanjut usia dapat
mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar.
6
Ketika seseorang sudah mencapai usia tua akan mengalami beragam perubahan seperti adanya penurunan kapasitas mental, perubahan peran, serta
fungsi-fungsi tubuhnya yang tidak dapat lagi berfungsi dengan baik, maka lanjut usia memerlukan perhatian dari semua pihak, mengingat bahwa
keberadaan lanjut usia yang terus menerus meningkat akan menimbulkan permasalahan yang akan mempengaruhi orang lain dikarenakan adanya
penurunan kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungan dan penurunan untuk melakukan interaksi sosial serta penurunan fisik dan psikis juga akan
membawa pengaruh kepada keluarga, lingkungan dan masyarakat. Pada umumnya
masyarakat berpendapat bahwa lansia
tidak membutuhkan terlalu banyak aktivitas karena kondisi fisik lansia yang mudah
lelah, mudah sakit dan juga adanya desakan dari keluarga yang tidak menghendaki lanjut usia untuk berinteraksi di luar rumah. Namun pada
kenyataannya lansia sebenarnya masih memerlukan aktivitas rutin yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari seperti kebutuhan
biofisik, psikologi, sosial dan spiritual. Untuk pemenuhan kebutuhan biofisik dapat membuat tubuh lansia menjadi lebih bugar dan tidak mudah jatuh sakit.
Untuk pemenuhan psikologis lansia dapat mengisi waktu luangnya seperti bersosialiasi dengan teman sebaya ataupun dengan orang-orang terdekatnya.
Untuk pemenuhan sosial lansia dapat berinterkasi dengan baik. Dan untuk
6
Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Kesejahteraan Lansia UU Nomer 13 Tahun 1998
pemenuhan spiritual ini merupakan penunjang yang paling penting untuk para lanjut usia, karena di usia mereka yang sudah memasuki fase penutup dalam
rentang hidup seseorang maka mereka dapat mengisi waktu luangnya dengan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Apabila pemenuhan kebutuhan biofisik, psikologis, sosial dan spiritual lansia tidak dapat terpenuhi maka akan menimbulkan beragam permasalahan
terjadi pada kehidupannya sehingga membuat mereka sulit berinteraksi satu dengan yang lainnya. Sejalan dengan usianya yang sudah tua kemampuan
organ tubuh pun cenderung menurun, salah paham, cemburu sosial, mudah tersinggung dan tidak nyaman dengan kondisinya saat ini. Adapun lembaga-
lembaga yang peduli terhadap keberadaan lansia dalam peningkatan kesejahteraan sosialnya ini dilakukan oleh Panti Sosial Tresna Werdha
PSTW Budi Mulia 1 Cipayung, Jakarta Timur. Panti Sosial Tresna Werdha PSTW Budi Mulia 1 Cipayung, Jakarta
Timur memiliki suatu program kegiatan yang dapat menunjang peningkatan aktivitas lansia yaitu dinamika. Dinamika kelompok ini terbentuk dari
beberapa lanjut usia yang memiliki latar belakang sosial yang sama, namun memiliki kepribadian yang bertolak belakang, sehingga dapat menimbulkan
tingkat emosional yang tinggi. Hal ini sangat bermanfaat bagi kepercayaan diri dan kepuasan hidup lanjut usia di panti. Dinamika kelompok diberikan untuk
membantu perkembangan lansia, agar lansia mampu mengembangkan potensi diri secara berkelompok, mengenal dan berinteraksi satu sama lain dalam
kerangka kerjasama serta inisiatif memiliki kepemimpinan melalui media
permainan dalam kelompok.
7
Dengan adanya program dinamika kelompok, mereka mampu menerima dirinya selama berada di dalam panti dan dapat
menemukan makna hidupnya serta dapat menjalani aktivitas di masa tuanya dengan penuh makna. Hal tersebut dikarenakan agar para lansia mampu
memperpanjang usia harapan hidup dan masa produktif, serta mewujudkan kemandirian dan kesejahteraannya, memelihara sistem nilai budaya dan
kekerabatan serta lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
8
Seperti yang telah di uraikan sebelumnya tentang lansia beserta dengan permasalahan dan kebutuhannya yang ditinjau dari berbagai aspek.
Penanganan lanjut usia ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah dalam menyediakan sarana dan prasarana yang memungkinkan terpeliharanya
kualitas hidup lanjut usia, tetapi juga masyarakat dan keluarga mempunyai peran penting serta dukungan bagi kehidupan lansia. Hal ini yang membuat
penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana implementasi program dinamika kelompok terhadap lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha PSTW Budi
Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur. Penelitian tersebut akan di tuangkan dalam
skripsi berjudul “Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha PSTW Budi Mulia 1
Cipayung Jakarta Timur”
7
Kementerian Sosial RI, “Modul Diklat Dasar Pekerjaan Sosial Dengan Lanjut Usia”, h. 102.
8
Tony Setiabudhi dan Hardywinoto, Panduan Gerontologi Tinjauan dari Berbagai Aspek, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1999, h. 39.