Faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik senam lansia di panti sosial tresna weda ( PSTW ) Budi Mulia 01 Cipayung Jakarta Timur

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK SENAM LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDA (PSTW)

BUDI MULIA 01 CIPAYUNG JAKARTA TIMUR

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Nama : Ermayani Agustina

NIM : 106104003495

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 23 November 2010


(3)

iii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Skripsi, 23 November 2010

Ermayani Agustina, NIM : 106104003495

Faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik senam lansia di Panti Sosial Tresna

Werda (PSTW) Budi Mulia 01 Cipayung, Jakarta 2010.

xix + 68 halaman, 12 tabel, 2 bagan, 5 lampiran

ABSTRAK

Seiring dengan meningkatnya jumlah lansia ternyata masih tinggi pula

masalah kesehatan yang dihadapi oleh lansia. Salah satunya ancaman penyakit

degeneratif karena proses penuaan, seperti penyakit muskuloskeletal. Data (SKRT)

tahun 1996 mencatat penyakit muskuloskeletal yang banyak dialami lansia sebesar

14,5% dari 100 penderita. Senam lansia merupakan salah satu upaya prevensi primer

dalam pencegahan suatu penyakit, oleh karena itu terkait dengan senam lansia perlu

dilakukan penelitian.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang

berhubungan dengan praktik senam lansia di Panti Sosial Tresna Werda (PSTW)

Budi Mulia 01 Cipayung, Jakarta yang terdiri dari faktor sosiopsikologis (dukungan

teman sebaya dan dukungan petugas panti), dan faktor struktural (pengetahuan dan

sikap).

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik kuantitatif dengan menggunakan

desain penelitian cross sectional. Analisis data yang digunakan adalah univariat dan

bivariat (

chi square, regresi logistic sederhana,

dan uji korelasi). Waktu penelitian

pada tanggal 1 Juli – 30 Juli tahun 2010. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

lansia yang tinggal di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung. Sampel dalam penelitian ini

adalah lansia yang pernah mengikuti kegiatan senam selama di panti yaitu sebanyak

70 responden. Sampel tersebut diambil secara

total sampling. Pengumpulan data

dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan melalui wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan lansia di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung

mendapatkan cukup dukungan dari teman dan petugas panti sebesar 51,4%,

pengetahuan yang dimiliki tergolong cukup baik 48,6%, memiliki sikap yang positif

mengenai ptraktik senam sebesar 61,4%, dan sebagian besar lansia tidak rutin dalam

melaksanakan senam yaitu 61,4%. Tidak semua faktor yang diteliti berpengaruh

secara bermakna terhadap praktik senam lansia. Variabel yang tidak berpengaruh

adalah dukungan teman sebaya, dukungan petugas panti, dan pengetahuan, sedangkan

variabel yang berpengaruh adalah sikap (p value = 0,018).


(4)

iv

Ermayani Agustina, NIM: 106104003495

Factors that related to exercise for elderly people in Nursing Home Tresna Werda

Budi Mulia 01 Cipayung, Jakarta 2010.

xix + 68 pages, 12 tables, 2 charts, 5 appendixes

ABSTRACT

The elderly people will face more problems by getting older. One of which is

degenerative diseases due to of aging process, such as musculoskeletal diseases. In

the year 1996 (SKRT) data indicated that there were 14,5% from 100 elderly people

suffered from musculoskeletal diseases. Exercise for elderly people is one of primary

preventive actions. Research should be done related to the practice exercise for

elderly people.

The purpose of this study is to identify factors related to the practice exercise

for elderly people in Nursing Home Tresna Werda Budi Mulia 01 Cipayung, Jakarta

which consist of psycho social factors (support from peers as well as Tresna Werda’s

staffs), and also structural factors includes knowledge and attitudes.

Design of this study using cross sectional analysis. Analysis of the data using

univariate and bivariate (chi square, regression logistic, and correlation test). The

study was conducted in PSTW Budi Mulia 01 Cipayung from July 1

st

until July 30

th

,

2010. The number of samples in this study were 70 respondents of elderly people

who had participated in exercise. Samples were taken by total sampling and data was

collected using questionnaires and interviews.

The results of this study showed that elderly people in PSTW Budi Mulia 01

Cipayung that getting enough support from peers and Tresna Werda’s staffs about

51,4%, while knowledge related to exercise about 48,6%; having positive attitude

towards exercise about 61,4%, and not exercising regularly about 61,4%. Variables

which is not related to exercise includes: peer’s support and Tresna Werda’s staffs

support as well as knowledge related to exercise, meanwhile attitude is the influential

variable (p value = 0,018).


(5)

v

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan Judul

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK SENAM

LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDA (PSTW)

BUDI MULIA 01 CIPAYUNG

JAKARTA TIMUR

Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 23 November 2010

Pembimbing I

Pembimbing II

Tien Gartinah, MN Yuli Amran, S.KM, M.KM

NIP. 150408687

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010


(6)

vi

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, 23 November 2010

Penguji I

Tien Gartinah, MN

Penguji II

Yuli Amran, S.KM, M.KM

NIP. 150408687

Penguji III

Uswatun Khasanah, MNS


(7)

vii

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, 23 November 2010

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Tien Gartinah, MN

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta


(8)

viii

Nama

: Ermayani Agustina

Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 03 Agustus 1988

Agama

: Islam

Alamat : Jl. Kramat I Rt 006/010 No.102, Lubang Buaya, Cipayung.

Jakarta Timur.

Tlp

: 085692314781/ 021-9984820

Riwayat Pendidikan : SDN Batu Ampar 05 pagi Jakarta (1994-2000)

SMPN 20 Bulak Rantai Jakarta (2001-2003)

SMAN 67 Halim Perdana Kusuma Jakarta (2004-2006)

Program S1 Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta (2006-2011).


(9)

ix

LE M BA R P ER SEM BA H A N

T et es d em i t et es k er i n ga t k u p er j u a n gk a n u n t u k l em ba r -l em ba r

k a r y a i n i .

K a r y a y a n g k u p er sem ba h k a n u n t u k A y a h d a n I bu k u t er ci n t a .

Seba ga i r a sa sy u k u r k u d a r i a p a y a n g t el a h m er ek a l i m p a h k a n

k ep a d a k u .

Seba ga i t a n d a r a sa sa y a n g k u k ep a d a sel u r u h k el u a r ga besa r k u

Seba ga i h a d i a h a t a s d oa y a n g sel a l u m er ek a ber i k a n k ep a d a k u .

I n i l a h k a r y a k u , n i k m a t i ol eh m u ..

R esa p i k e d a l a m su m su m t u l a n g m u ..

I n i l a h k a r y a k u , n i k m a t i ol eh m u ..

M en ga l i r k e d a l a m a l i r a n d a r a h m u ..

D a n a k a n k a u r a sa k a n ..

K eba n gga a n d a r i p u t r i m u i n i ..

Sk r i p si i n i k u p er sem ba h k a n u n t u k A y a h - I bu k u

Ser t a a d i k -a d i k k u t er ci n t a .


(10)

x

ﻪﺗﺎﻛﺮﺑﻭ ﷲﺍ ﺔﲪﺭﻭ ﻢﻜﻴﻠﻋ ﻡﻼﺴﻟﺍ

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, dan karunia-Nya. Shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad

SAW, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Faktor-faktor yang

berhubungan dengan praktik senam lansia di Panti Sosial Tresna Werda (PSTW)

Budi Mulia 01 Cipayung, Jakarta Timur 2010”.

Selama proses penyelesaian skripsi ini penulis telah banyak mendapat

bantuan berupa bimbingan dan dukungan dari semua pihak. Untuk itu melalui tulisan

ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1.

Prof. Dr (hc). Dr. M.K Tadjudin, Sp. And dan Drs. H. Achmad Gholib, M.A

sebagai Dekan dan Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.

Ibu Tien Gartinah, M.N selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus selaku Penasehat Akademik dan Dosen

Pembimbing Pertama yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran selama

membimbing penulis sejak awal penulisan proposal hingga skripsi ini

diselesaikan dengan baik.

3.

Ibu Yuli Amran, S.KM, M.KM, selaku pembimbing kedua yang dengan

kepiawaian dan kebaikannya, sabar membimbing penulis sejak awal penulisan

proposal hingga skripsi ini diselesaikan dengan baik.


(11)

xi

4.

Bapak / Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang tidak bisa disebutkan

satu persatu, yang telah memberi doa dan ilmu pengetahuan selama penulis

menjalani perkuliahan.

5.

Staf Akademik Program Studi Ilmu Keperawatan, Bapak Azib dan Ibu Syamsiah.

6.

Kepala Dinas Sosial DKI Jakarta beserta seluruh stafnya karena telah membantu

dalam perizinan penelitian.

7.

Kepala PSTW Budi Mulia 01 Cipayung Dra. Hj. Etty Setiasih yang telah

memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian, H. Achmad Sobirin, SH

(Kepala Seksi Bimbingan dan Penyaluran) yang telah memberikan arahan dan

masukan kepada penulis selama penelitian dan seluruh staf PSTW Budi Mulia 01

Cipayung yang telah membantu dalam kelancaran penelitian.

8.

Teristimewa ucapan terima kasih kepada seluruh keluarga tercinta, orang tua ku

(Ibu dan Ayah) yang telah memberikan kasih sayang, doa, dan pengorbanan baik

moril maupun materil yang tak terkira demi kelancaran kehidupan dan masa

depan penulis, serta untuk Adik-adik ku (Fajar dan Ana) yang selalu memberikan

doa dan semangat.

9.

Om-om dan Tante-tante terbaik ku (Yusuf Purwanto, Ir. Yanuri, Ipunk Sumarni

dan Jaminten, S.Pd) yang telah memberikan doa dan mendukung kelancaran

penulis sejak studi pendahuluan sampai penelitian selesai.

10.

Sahabat-sahabat ku di Keperawatan (Nabila, Kiki, Septi, Rani, Rahma, Lulu, dan

Yeni) yang selalu memberikan bantuan, motivasi, dan doanya, serta setia

mendampingi penulis untuk menyelesaikan skripsi, semoga kita bisa terus

bersama dan menjadi sahabat terbaik.


(12)

xii

12.

Teman-teman ku seperjuangan (Nur “Mami”, Dina, dan Umi) yang telah sabar

mengajari dan membantu penulis dalam mengolah dan menganalisis data.

13.

Keluarga Besar PSIK UIN khususnya seluruh teman-teman angkatan 2006,

kakak-kakak dan adik-adik PSIK yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Terima kasih atas semangat dan dukungan kalian.

14.

Teman-teman kostan ku tersayang (Indah, Sanny, Shelvi, dan Yayah) yang selalu

berbagi dalam suka maupun duka selama 4 tahun kita bersama.

15.

Seluruh Kakek dan Nenek yang berada di PSTW Budi Mulia 04 Margaguna dan

PSTW Budi Mulia 01 Cipayung, karena telah menganggap penulis sebagai cucu

kalian dan terima kasih atas doa dan nasehat yang sangat berguna bagi masa

depan penulis (semuanya sudah penulis anggap sebagai kakek dan nenek sendiri).

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu

penulis berharap kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun

demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya terima kasih untuk semua bimbingan,

arahan, kritikan dan saran yang telah diberikan oleh semua pihak. Semoga Allah

melimpahkan rahmat dan kemudahan kepada kita semua.

ﻢﻜﻴﻠﻋ ﻡﻼﺴﻟﺍﻭ

Jakarta, 23 November 2010


(13)

xiii

DAFTAR ISI

ABSTRAK

...

iii

KATA PENGANTAR

...

x

DAFTAR ISI

...

xiii

DAFTAR TABEL

...

xvi

DAFTAR BAGAN

...

xvii

DAFTAR SINGKATAN

... xviii

DAFTAR LAMPIRAN

...

xix

BAB I PENDAHULUAN

...

1

A. Latar Belakang...

1

B. Rumusan Masalah ...

5

C. Pertanyaan Penelitian ...

6

D. Tujuan ...

7

1. Tujuan Umum ...

7

2. Tujuan Khusus ...

7

E. Manfaat Penelitian ...

8

1. PSTW Budi Mulia 01 Cipayung ...

8

2. Institusi Pendidikan Keperawatan ...

8

3. Peneliti ...

8

4. Peneliti selanjutnya ...

9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

...

10

A. Lansia ...

10

1. Definisi ...

10

2. Klasifikasi ...

10

3. Karakteristik ...

11

4. Perubahan akibat proses menua...

11

5. Pencegahan penyakit ...

13

B. Senam Lansia ...

15

1. Definisi ...

15

2. Manfaat ...

18

3. Intensitas ...

19

4. Prinsip Program Latihan Fisik (Senam) Bagi Lansia ...

21

5. Pedoman Program Latihan Fisik (Senam) Bagi Lansia ...

21

6. Risiko Latihan/ Olahraga ...

22

C. Model Keyakinan Kesehatan menurut Rosenstock dan Becker ...

23

D. Peran Perawat Gerontik ...

28


(14)

xiv

C. Definisi Operasional ...

33

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

...

35

A. Jenis Penelitian ...

35

B. Populasi dan Sampel ...

35

C. Pengumpulan Data ...

37

D. Tempat dan Waktu Penelitian ...

42

E. Pengolahan Data ...

42

F. Analisis Data ...

44

G. Etika Penelitian ...

45

BAB V HASIL PENELITIAN

...

47

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...

47

B. Gambaran Umum Responden ...

47

C. Analisis Univariat ...

48

1. Variabel Demografik ...

48

a. Usia ...

48

b. Jenis Kelamin ...

49

c. Pendidikan ...

49

2. Variabel Sosiopsikologis ...

50

a. Dukungan Teman Sebaya ...

50

b. Dukungan Petugas Panti ...

51

3. Variabel Struktural...

51

a. Pengetahuan ...

51

b. Sikap...

52

4. Variabel Dependen ...

53

a. Praktik Senam Lansia ...

53

D. Analisis Bivariat ...

53

1.

Hubungan antara variabel sosiopsikologis

dengan praktik senam lansia ...

53

a. Hubungan antara dukungan teman sebaya dengan praktik senam

lansia ...

53

b. Hubungan antara dukungan petugas panti dengan praktik senam

lansia ...

54

2. Hubungan antara variabel struktural dengan praktik senam lansia 55

a. Hubungan pengetahuan lansia dengan praktik senam lansia.

55

b. Hubungan sikap lansia dengan praktik senam lansia ...

56


(15)

xv

BAB VI PEMBAHASAN

...

57

A. Gambaran Lansia di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung ...

57

B. Praktik Senam Lansia di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung ...

58

C. Hubungan Beberapa Faktor dengan Praktik Senam Lansia ...

60

1. Hubungan antara dukungan teman sebaya

dengan praktik senam lansia ...

60

2. Hubungan antara dukungan petugas panti

dengan praktik senam lansia ...

61

3. Hubungan antara pengetahuan lansia dengan praktik senam lansia 63

4. Hubungan antara sikap lansia dengan praktik senam lansia ...

64

D. Keterbatasan Penelitian ...

66

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

...

67

A. Kesimpulan...

67

B. Saran ...

68

DAFTAR PUSTAKA


(16)

xvi

No. Tabel

Hal

Tabel

2.1

Intensitas Senam... 20

Tabel

5.1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia...

48

Tabel

5.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 49

Tabel

5.3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan...

49

Tabel

5.4

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan

Teman Sebaya………...

50

Tabel

5.5

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan

Petugas Panti………...

51

Tabel

5.6

Distribusi

Frekuensi

Responden

Berdasarkan

Pengetahuan………...

51

Tabel

5.7

Distribusi

Frekuensi

Responden

Berdasarkan

Sikap………...

52

Tabel

5.8

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Praktik Senam

Lansia………...

53

Tabel

5.9

Analisis Hubungan Antara Dukungan Teman Sebaya dengan

Praktik Senam Lansia ………...

53

Tabel

5.10

Analisis Hubungan Antara Dukungan Petugas Panti dengan

Praktik Senam Lansia...

54

Tabel

Tabel

5.11

5.12

Analisis Hubungan Antara Pengetahuan Lansia dengan Praktik

Senam Lansia...

Analisis Hubungan Antara Sikap Lansia dengan Praktik

Senam Lansia...

55


(17)

xvii

DAFTAR BAGAN

No. Bagan

Hal

Bagan

2.2

Teori Model Keyakinan Kesehatan Rosentock... 30


(18)

xviii

PSTW

: Panti Sosial Tresna Werda

BPS

: Badan Pusat Statistik

SKRT

: Survei Kesehatan Rumah Tangga

Depkes

: Departemen Kesehatan

WBS

: Warga Binaan Sosial

PPOM

: Penyakit Paru Obstruktif Menahun

PERGEMI

: Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia

HBM

: Health Belief Model


(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

1.

Surat Izin Studi Pendahuluan dan Penelitian

2.

Surat Izin Uji Validitas

3.

Lembar Persetujuan Responden (Informed Consent)

4.

Kuesioner

5.

Output Analisis Univariat

6.

Output Analisis Bivariat


(20)

1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan dalam menurunkan angka kematian dan kelahiran berdampak pada perubahan struktur penduduk. Semula, penduduk didominasi oleh kelompok muda, namun berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan, telah memberikan implikasi yang cukup besar di masa depan, yaitu semakin meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy); semakin banyak penduduk yang mampu bertahan hidup, maka berimplikasi terhadap peningkatan jumlah penduduk usia tua atau lanjut usia (lansia) (Direktorat Jendral Pelayanan Dan Rehabilitasi Sosial, Departemen Sosial RI, 2009).

Di seluruh dunia jumlah lansia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar (Stanley, 2007). Pertambahan jumlah lansia di Indonesia dalam kurun waktu tahun 1990 sampai 2025, tergolong tercepat di dunia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa penduduk lansia pada tahun 2000 berjumlah 14,4 juta jiwa (7,18%). Pada tahun 2010 diperkirakan menjadi 23,90 juta jiwa (9,77%) dan pada tahun 2020 diprediksi akan berjumlah 28,8 juta jiwa (11,34%) (Direktorat Jendral Pelayanan Dan Rehabilitasi Sosial, Departemen Sosial RI, 2009).


(21)

2

Seiring dengan meningkatnya jumlah lansia, maka semakin tinggi pula permasalahan kesehatan yang dialami oleh lansia tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Heriawan Soejono dari Divisi Geriatri Departemen Penyakit Dalam FKUI dalam Maryam (2008), “salah satu masalah penting yang dihadapi para lansia adalah kesehatan”. Berbagai masalah kesehatan yang dialami oleh lansia terjadi karena proses penuaan dan hal ini biasa disebut sebagai penyakit degeneratif.

Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1996 menunjukkan bahwa pada orang-orang usia 55 tahun ke atas yang menderita penyakit kardiovaskuler berjumlah 15,7% dari 100 penderita, selanjutnya penyakit yang banyak dialami adalah penyakit muskuloskeletal yaitu 14,5% dan penyakit TBC paru 13,6% dari 100 penderita (Nugroho, 2000).

Meningkatnya penyakit degeneratif dan masalah-masalah kesehatan pada lansia salah satunya di karenakan kurangnya menjaga kesehatan. Upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah-masalah yang terjadi sebagai akibat dari perubahan yang dialami lansia salah satunya yaitu perawatan diri sehari-hari, senam atau latihan pergerakan secara teratur, makan makanan bergizi, dan pemeriksaan kesehatan secara rutin (Maryam, 2008). Menurut Darmojo (2009), pencegahan penyakit pada usia lanjut meliputi upaya prevensi primer, sekunder, dan tersier. Dalam kategori pencegahan primer tindakan-tindakannya meliputi menghentikan merokok, latihan atau olahraga teratur, dan imunisasi atau suntikan pencegahan infeksi.

Dari beberapa upaya menjaga kesehatan dan pencegahan penyakit bagi lansia, senam merupakan tindakan yang banyak dianjurkan. Senam bagi lansia


(22)

memiliki gerakan-gerakan yang sederhana dengan tempo lambat dan waktu yang diperlukan juga singkat sehingga tenaga yang dikeluarkan tidak terlalu besar. Menurut Juniwati (2010), meskipun gerakannya sederhana tetapi olahraga tersebut memiliki manfaat yang begitu besar terutama bagi kaum lanjut usia. Dengan mengikuti senam ini, efek minimal yang akan mereka dapatkan yaitu kebahagiaan dan senantiasa bergembira karena mereka dapat bersosialisasi dengan bertukar pikiran dengan teman sebaya. Kerja klasik oleh Lemon et. al. (1972) mengusulkan bahwa orang tua yang aktif secara sosial lebih cenderung menyesuaikan diri terhadap penuaan dengan baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia dengan keterlibatan sosial yang lebih besar memiliki semangat dan kepuasan hidup yang lebih tinggi, penyesuaian serta kesehatan mental yang lebih positif daripada lansia yang kurang terlibat secara sosial (Potter & Perry, 2005).

Senam lansia juga dapat mencegah atau memperlambat kehilangan fungsional seperti penurunan massa otot serta kekuatannya, toleransi latihan, dan terjadinya penurunan lemak tubuh, bahkan dengan senam secara teratur dapat memperbaiki morbiditas dan mortalitas yang diakibatkan oleh penyakit kardiovaskuler (Martono, 1992, Whitehead, 1995 dalam Darmojo, 2009). Aktivitas olahraga ini juga akan membantu tubuh tetap bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal, dan membantu dalam aktivitas sehari-hari (Maryam, 2008). Berdasarkan hasil penelitian Ardiyanti (2009), lansia yang mengikuti senam secara rutin dapat melakukan aktivitas dasar sehari-hari di dalam panti sebesar 96,23%. Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi organ tubuh


(23)

4

juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur (Depkes RI, 1995).

Meskipun senam lansia merupakan salah satu upaya menjaga kesehatan bagi lansia dan telah terbukti mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan lansia, namun masih banyak lansia (yang tidak memiliki gangguan kesehatan) yang tidak rutin mengikuti kegiatan tersebut. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di Kelurahan Lubang Buaya Rw 10 jumlah peserta yang rutin mengikuti senam lansia hanya sekitar 25% dari jumlah lansia di daerah ini yaitu ±146 orang, padahal selain di Kelurahan Lubang Buaya RW 10, kegiatan senam lansia ini sudah banyak dilaksanakan di beberapa daerah antara lain, Kelurahan Kp.Tengah, dan Kelurahan Kp.Rambutan. Data ini menunjukkan bahwa masih sedikit lansia yang mengikuti kegiatan senam lansia.

Selain dilaksanakan di berbagai daerah, senam lansia juga dilaksanakan di setiap Panti Sosial Tresna Werda (PSTW). Senam lansia ini dilakukan secara rutin yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan lansia khususnya yang tinggal di panti tersebut. Berdasarkan pengalaman praktik klinik peneliti di PSTW Budi Mulia 04 Margaguna Radio Dalam, masih banyak Warga Binaan Sosial (WBS) (yang dikatakan sehat) yang tidak rutin mengikuti kegiatan senam tersebut yaitu 30% dari jumlah WBS 139 orang, dan berdasarkan studi pendahuluan di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung, WBS yang rutin mengikuti senam juga hanya sekitar 30% dari jumlah WBS 104 orang.

Menurut Rosentock, (1982) dalam buku Noorkasiani, (2009) “Health Belief Model (HBM)” menyatakan bahwa perilaku individu ditentukan oleh motif dan kepercayaannya, tanpa mempedulikan apakah motif dan


(24)

kepercayaannya tersebut sesuai atau tidak dengan realitas atau pandangan orang lain tentang apa yang baik untuk individu tersebut. Model kepercayaan kesehatan ini mencakup lima unsur yaitu persepsi individu tentang kerentanan terhadap penyakit (perceived susceptibility), persepsi individu terhadap ancaman dan keseriusan terhadap penyakit (perceived threats/perceived severity), perceived benefits, perceived barriers, dan cues action. Pada unsur yang kedua yaitu perceived severity, dipengaruhi oleh variabel demografik, sosiopsikologis, dan struktural.

Berlandaskan teori tersebut peneliti menggunakan faktor demografik (usia, jenis kelamin dan pendidikan), sosiopsikologis (dukungan teman sebaya dan dukungan petugas panti), dan struktural (pengetahuan dan sikap lansia terhadap senam lansia) sebagai faktor yang berhubungan dengan praktek senam lansia. Peneliti hanya mengambil unsur yang kedua dari teori HMB tersebut karena unsur ini yang paling berpengaruh terhadap semua unsur yang ada dalam teori tersebut.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai “faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik senam lansia”.

B.Rumusan Masalah

Senam lansia merupakan salah satu upaya preventif dalam menjaga kesehatan dan pencegahan penyakit bagi lansia, namun berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dan di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung masih banyak lansia yang tidak rutin mengikuti kegiatan senam


(25)

6

lansia ini yaitu sekitar 30% dari jumlah WBS 104 orang. Maka peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik senam lansia di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung.

C.Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran praktik senam lansia di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung tahun 2010?

2. Bagaimana gambaran demografik lansia yaitu usia, jenis kelamin, dan pendidikan yang mempengaruhi praktik senam lansia di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung tahun 2010?

3. Bagaimana gambaran sosiopsikologis lansia yaitu dukungan teman sebaya dan dukungan petugas panti yang mempengaruhi praktik senam lansia di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung tahun 2010?

4. Bagaimana gambaran struktural lansia yaitu pengetahuan dan sikap mengenai senam lansia yang mempengaruhi praktik senam lansia di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung tahun 2010?

5. Apakah ada hubungan antara sosiopsikologis lansia yaitu dukungan teman sebaya dan dukungan petugas panti dengan praktik senam lansia di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung tahun 2010?

6. Apakah ada hubungan antara faktor struktural lansia yaitu pengetahuan dan sikap mengenai senam lansia dengan praktik senam lansia di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung tahun 2010?


(26)

D.Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik senam lansia di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung Jakarta Timur tahun 2010.

2. Tujuan Khusus

a. Teridentifikasinya gambaran praktik senam lansia di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung tahun 2010.

b. Teridentifikasinya gambaran faktor demografi lansia yaitu usia, jenis kelamin, dan pendidikan yang mempengaruhi praktik senam lansia di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung tahun 2010.

c. Teridentifikasinya gambaran faktor sosiopsikologis lansia yaitu dukungan teman sebaya dan dukungan petugas panti yang mempengaruhi praktik senam lansia di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung tahun 2010.

d. Teridentifikasinya gambaran faktor struktural lansia yaitu pengetahuan dan sikap mengenai senam lansia yang mempengaruhi praktik senam lansia di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung tahun 2010.

e. Teridentifikasinya hubungan antara faktor sosiopsikologis lansia yaitu dukungan teman sebaya dan dukungan petugas panti dengan praktik senam lansia di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung tahun 2010.


(27)

8

f. Teridentifikasinya hubungan antara faktor struktural lansia yaitu pengetahuan dan sikap mengenai senam lansia dengan praktik senam lansia di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung tahun 2010.

E.Manfaat Penelitian

1. Bagi PSTW Budi Mulia 01 Cipayung

Memberikan masukan dan informasi secara objektif mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik senam lansia sehingga dapat meningkatkan keberhasilan kegiatan senam lansia.

2. Bagi institusi pendidikan keperawatan dan ilmu keperawatan

a. Menambah literatur mengenai senam lansia

b. Memberikan informasi khususnya kepada perawat gerontik mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan senam lansia

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai rujukan tambahan untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat.

3. Bagi peneliti

Menambah wawasan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik senam lansia sebagai usaha meningkatkan kesehatan lansia.


(28)

4. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi atau gambaran mengenai praktik senam lansia dan faktor-faktornya untuk pengembangan penelitian selanjutnya.


(29)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Lansia 1. Definisi

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Keliat, 1999 dalam Maryam, 2008). Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65 s.d 75 tahun (Potter & Perry, 2005). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.

2. Klasifikasi

Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia (Maryam, 2008). a. Pralansia

Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun. b. Lansia

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih. c. Lansia risiko tinggi

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003).

d. Lansia potensial

Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa (Depkes RI, 2003).


(30)

e. Lansia tidak potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).

3. Karakteristik

Menurut Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut. a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No. 13

tentang Kesehatan).

b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.

c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi. 4. Perubahan akibat proses menua

Dengan makin lanjutnya usia seseorang maka kemungkinan terjadinya penurunan anatomik dan fungsional atas organ-organnya makin besar. Penurunan anatomik dan fungsi organ tersebut tidak dikaitkan dengan umur kronologik akan tetapi dengan umur biologiknya. Dengan perkataan lain, mungkin seseorang dengan usia kronologik baru 55 tahun, tetapi sudah menunjukkan berbagai penurunan anatomik dan fungsional yang nyata akibat “umur biologik” nya yang sudah lanjut sebagai akibat tidak baiknya faktor nutrisi, pemeliharaan kesehatan dan kurangnya aktivitas (Darmojo, 2009).

Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik, sosial, dan psikologis (Maryam, 2008).


(31)

12

a. Perubahan fisik

1) Sel : jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan cairan intraseluler menurun.

2) Kardiovaskular : kemampuan memompa darah menurun, elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat. 3) Respirasi : elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga menarik napas lebih berat, dan terjadi penyempitan bronkus. 4) Persarafan : saraf pancaindra mengecil sehingga

fungsinya menurun serta lambat dalam merespons dan waktu bereaksi khusunya yang berhubungan dengan stres.

5) Muskuloskeletal : cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh (osteoporosis), bungkuk (kifosis), persendian membesar dan menjadi kaku. 6) Gastrointestinal : esofagus membesar, asam lambung

menurun, lapar menurun, dan peristaltik menurun.

7) Vesika urinaria : otot-otot melemah, kapasitasnya menurun, dan retensi urine.


(32)

menipis. Elastisitas menurun, vaskularisasi menurun, rambut memutih (uban), dan kelenjar keringat menurun.

b. Perubahan sosial

1) Peran : post power syndrom dan single parent.

2) Emptiness : kesendirian, kehampaan.

3) Teman : ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan kapan akan meninggal.

4) Abuse : kekerasan berbentuk verbal (dibentak) dan

nonverbal (dicubit, tidak diberi makan). 5) Agama : melaksanakan ibadah.

6) Panti jompo : merasa dibuang/diasingkan. c. Perubahan psikologis

Perubahan psikologis pada lansia meliputi short term memory, frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, perubahan keinginan, depresi, dan kecemasan.

5. Pencegahan penyakit (Darmojo, 2009) a. Pencegahan Primer

Upaya ini merupakan pencegahan yang sesungguhnya, karena merupakan pencegahan agar penyakit tidak terjadi. Secara umum upaya pencegahan primer ini tidak banyak berbeda dengan upaya yang dilakukan sebelum memasuki usia lanjut. Perbedaan hanya terletak pada jenis dan intensitas pelaksanaannya. Tindakannya sebagai berikut:


(33)

14

1) Menghentikan merokok

Seperti dalam gerontologi pencegahan, diketahui bahwa merokok akan menyebabkan berbagai penyakit antara lain penyakit kardio-serebro vaskuler aterosklerotik, PPOM (penyakit paru obstruktif menahun) dan kanker. Upaya penghentian merokok tetap bermanfaat walaupun individu sudah berusia 60 tahun atau lebih. 2) Imunisasi

Pada tahun-tahun terakhir telah terbukti bahwa angka pneumonia sebagai penyebab kematian pada usia lanjut cukup tinggi, maka imunisasi terhadap influenza dan pneumonia dimasukkan dalam program Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia (PERGEMI, 2007).

3) Latihan/olahraga teratur

Beberapa penelitian yang dilakukan di berbagai bagian dunia menunjukkan bahwa latihan olahraga yang teratur pada populasi usia lanjut masih memungkinkan perbaikan kapasitas aerobik, sirkulasi darah dan berbagai organ-organ lain (Williamson, 1985 dalam Darmojo, 2008). Hanya saja intensitas dan jenis latihan harus disesuaikan secara individual. Manfaat utama olahraga meliputi mempertahankan dan memperkuat kemampuan fungsi dan meningkatkan perasaan kesehatan (Potter & Perry, 2005).

b. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya deteksi dini penyakit sehingga memberi kesempatan untuk kesembuhan yang lebih besar dari


(34)

progresivitas lebih lanjut. Upaya ini tentunya memerlukan keterampilan diagnosis yang memadai bagi penderita lansia yang gejala dan perjalanan penyakitnya tidak serupa dengan populasi golongan umur lain.

c. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier dimaksudkan sebagai upaya deteksi penyakit dan atau disabilitas yang sudah terjadi pada penderita yang belum/tidak mendapatkan pengobatan atau dukungan yang memadai. Upaya tersebut diharapkan mengurangi risiko atau percepatan memburuknya penyakit, kekambuhan atau komplikasi dari penyakit tersebut (Williamson, 1985 dalam Darmojo, 2009).

B.Senam Lansia

1. Definisi Senam Lansia

Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang dilakukan secara tersendiri atau berkelompok dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut (Santosa, 1994). Lansia adalah seseorang individu laki-laki maupun perempuan yang berumur antara 60-69 tahun (Nugroho 1999:20). Jadi senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut.


(35)

16

Dalam senam terdapat aktivitas dan latihan. Aktivitas merupakan kegiatan normal dari kehidupan sehari-hari yang berperan penting antara lain dalam pencegahan suatu penyakit, memperbesar kesejahteraan, dan mengurangi ketidakmampuan. Aktivitas bagi lansia merupakan tindakan lansia yang memiliki keterbatasan kemampuan dan kehilangan fungsi dari beberapa kondisi (Tyson, 1999).

Latihan adalah aktivitas fisik sebagai “rencana, struktur, dan pergerakan tubuh secara berulang untuk memperbaiki atau mengatur satu atau lebih komponen dalam olahraga fisik” (Jones and Jones, 1997 dalam Tyson, 1999). Seperti halnya peningkatan usia secara kronologis, latihan dapat membantu mengatur dan meningkatkan kemampuan fungsional. Dengan peningkatan harapan hidup seseorang di masyarakat, lebih banyak orang mengetahui mengenai kualitas hidup dan dapat memperbaikinya dengan latihan (Tyson, 1999). Salah satu latihan yang sesuai bagi lansia adalah Senam Lansia.

Beberapa komponen aktivitas dan kebugaran menurut Darmojo (1999:74) terdiri dari:

a. Self Efficacy (keberdayagunaan-mandiri) adalah suatu istilah untuk menggambarkan rasa percaya atas keamanan dalam melakukan aktivitas. Dengan keberdayagunaan mandiri ini seorang usia lanjut mempunyai keberanian dalam melakukan aktivitas.

b. Keuntungan fungsional atas latihan bertahanan (resistence training) berhubungan dengan hasil yang di dapat atas jenis latihan yang


(36)

bertahan, antara lain mengenai kecepatan bergerak sendi, luas lingkup gerak sendi (range of motion) dan jenis kekuatan yang dihasilkannya. c. Daya Tahan (endurance) dan keuntungannya. Daya tahan (endurance)

atau kebugaran yang ditunjukkan dengan VO2 maksimal akan menurun dengan lanjutnya usia, dimana penurunan akan 2x lebih cepat pada orang inaktif dibanding atlit. Kebugaran ini menurun sebagian karena penurunan massa otot skeletal, sebagian akibat hilangnya otot skeletal dan sebagian lagi akibat penurunan laju jantung maksimal, penurunan isi jantung sekuncup maksimal dan penurunan oksigen yang dapat di ekstraksi oleh otot-otot yang terlatih. Latihan kebugaran dapat memperbaiki semua faktor tersebut kecuali laju jantung maksimal (Reuben et. al, 1996 dalam Darmojo, 2009).

d. Kelenturan (flexibility). Latihan kelenturan sendi merupakan komponen penting dari latihan atau olahraga bagi lanjut usia untuk mencegah kekakuan otot.

e. Keseimbangan. Latihan keseimbangan yang meliputi motorik, sensorik, dan kekuatan otot akan menurunkan insiden jatuh pada lansia sebanyak 17%. Latihan yang dilaksanakan berupa gerakan menyandar (leaning), berbalik (turning) dan mengangkat (lifting). Latihan keseimbangan tersebut harus diupayakan berkesinambungan dengan latihan jenis lain seperti yang telah disebutkan di atas, untuk juga dapat memberikan manfaat bagi penguatan otot penyangga keseimbangan tubuh (Darmojo, 2009).


(37)

18

2. Manfaat Senam Lansia

Manfaat senam bagi lanjut usia antara lain :

a. Memperlambat proses degenerasi karena perubahan usia (Nugroho, 1999).

b. Membantu tubuh tetap bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal, dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh. Dapat dikatakan bugar, atau dengan perkataan lain mempunyai kesegaran jasmani yang baik bila jantung dan peredaran darah baik sehingga tubuh seluruhnya dapat menjalankan fungsinya dalam waktu yang cukup lama (Sumosardjuno, 1998).

c. Fungsi melindungi, yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam fungsinya terhadap bertambahnya tuntutan, misalnya dalam kondisi sakit, dapat digunakan sebagai fungsi rehabilitasi. Pada lanjut usia terjadi penurunan masa otot serta kekuatannya, laju denyut jantung maksimal, toleransi latihan, kapasitas aerobik dan terjadinya peningkatan lemak tubuh. Dengan melakukan olahraga seperti senam lansia dapat mencegah atau melambatkan kehilangan fungsional tersebut. Bahkan dari berbagai penelitian menunjukan bahwa latihan atau olahraga seperti senam lansia dapat mengeliminasi berbagai risiko penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit arteri koroner dan terjatuh. (Darmojo 1999).

d. Dapat mempengaruhi kesehatan otak dan fungsi kognitif. Karena hubungan antar kedua hal tersebut terkait dengan beberapa faktor,


(38)

yang semuanya terkait dengan kapasitas olahraga dalam memperbesar plastisitas otak: meningkatkan pertumbuhan pembuluh kapiler di sekitar neuron, yang memberi oksigen dan gizi dari darah; meningkatkan kerapatan sinapsis; dan meningkatkan efek kolinergis positif (Nelson, 2006).

e. Dapat menurunkan risiko terkena demensia (Nelson, 2006).

f. Dapat meningkatkan sensori-motorik sejumlah sistem yang mempengaruhi stabilitas (keseimbangan, reaksi waktu, kekuatan otot) (Potter & Perry, 2005).

g. Dapat meningkatkan sosialisasi dan interaksi dengan orang lain (Jawa Pos, 8 Januari 2010).

h. Membantu dalam perawatan kulit.

i. Dapat memberikan rasa senang dan kebugaran kepada lansia khususnya yang tinggal di panti werda agar dapat mengisi waktu luang dan menikmati olahraga yang khusus disediakan baginya (UU RI No.13 th 1998 tentang Kesejahteraan Lansia).

j. Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam kehidupan (adaptasi).

k. Dapat menurunkan tingkat kecemasan pada lansia (Nursitasari, 2009). 3. Intensitas

Intensitas latihan (senam) yang telah dilakukan dapat dipantau melalui perhitungan denyut nadi dengan cara meraba pergelangan tangan menggunakan tiga jari tengah tangan yang lain (Maryam, 2008). Untuk mengetahui intensitas latihan (senam) dapat dilihat pada tabel 2.1.


(39)

20

Tabel 2.1 Intensitas Senam

a. Lamanya senam

Senam akan bermanfaat untuk meningkatkan kesegaran jasmani jika dilaksanakan dalam zona latihan paling sedikit 15 menit (Maryam, 2008). Sedangkan menurut Murray (1993), latihan fisik (senam) lansia sebaiknya dilakukan dalam periode waktu 20-30 menit. b. Frekuensi senam

Untuk memperbaiki dan mempertahankan kesegaran jasmani, maka senam lansia harus dilakukan minimal dua kali dalam seminggu (Murray, 1993). Waktu yang tepat untuk melakukan senam lansia sebaiknya pada pagi hari, yaitu saat menjelang matahari terbit karena udara masih bersih dan segar. Senam pada waktu sore hari juga diperbolehkan asalkan di tempat/lapangan yang nyaman.

Usia Zona Latihan (denyut nadi per menit)

55 tahun 115-140

56 tahun 115-139

57 tahun 114-138

58 tahun 113-138

59 tahun 113-137


(40)

4. Prinsip Program Latihan Fisik (Senam) Bagi Lansia (Maryam, 2008) a. Membantu tubuh agar tetap bergerak atau berfungsi.

b. Menaikkan kemampuan daya tahan tubuh.

c. Memberi kontak psikologis dengan sesama sehingga tidak merasa terasing.

d. Mencegah terjadinya cedera.

e. Mengurangi atau menghambat proses penuaan.

5. Pedoman Program Latihan Fisik (Senam) Bagi Lansia (Tyson, 1999) sebagai berikut:

a. Pemeriksaan fisik harus dapat dipertanggung jawabkan untuk mengkaji kondisi kesehatan sebelum memulai program latihan fisik (senam).

b. Memulai suatu latihan (senam) harus disesuaikan dengan kebutuhan dasar setiap individu mengenai penilaian kekuatan, kelemahan, dan minat.

c. Kesesuaian program latihan menggunakan senam aerobik akan memenuhi kebutuhan setiap individu.

d. Aktivitas latihan (senam) harus dimulai dengan pemanasan untuk mempersiapkan sendi dan otot. Pemanasan mencakup beberapa gerakan dan peregangan.

e. Mulailah melakukan gerakan dari yang paling mudah ke yang paling sukar.


(41)

22

f. Sebelum melakukan latihan cek dahulu frekuensi jantung dan denyut nadi dan evaluasi selama melakukan latihan dan pastikan frekuensi dalam keadaan aman.

g. Nasehat sangat penting dalam melakukan latihan untuk mewaspadai terjadinya kehilangan kekuatan sendi.

h. Langkah terakhir dalam aktivitas latihan yaitu melakukan pendinginan, dimana otot-otot direlaksasikan kembali.

i. Sebelum melakukan senam, minum terlebih dahulu untuk menggantikan keringat yang hilang. Bila memungkinkan, minumlah air sebelum, selama, dan sesudah senam (Maryam, 2008).

j. Senam dilakukan minimal dua jam setelah makan agar tidak menggangu pencernaan. Kalau senam dilakukan pagi hari tidak perlu makan sebelumnya (Maryam, 2008).

k. Senam harus diawasi oleh pelatih/instruktur agar tidak terjadi cedera (Maryam, 2008).

l. Pakaian yang digunakan terbuat dari bahan yang ringan dan tipis serta jangan memakai pakaian tebal dan sangat menutup badan (Maryam, 2008).

m. Waktu latihan sebaiknya pagi dan sore hari, bukan pada siang hari bila senam dilakukan di luar ruangan (Maryam, 2008).

6. Risiko latihan/olahraga

Apabila pedoman dalam melakukan senam tidak dilaksanakan sesuai dengan aturan, maka terdapat risiko seperti kematian mendadak dan perlukaan (injury). Yang paling serius, walaupun sebenarnya jarang terjadi


(42)

adalah kematian mendadak bervariasi antara 4-56 kali dibanding secara kebetulan, walaupun risiko sebenarnya sangat kecil. Satu kematian akibat gangguan jantung (cardiac death) dari 396.000 jam berjogging atau 1 kematian dari 15.000-18.000 yang melakukan latihan, dengan penyebab yang ditemukan pada otopsi adalah penyakit arteri koroner yang telah diderita lama, anomali pembuluh koroner dan kardiomiopati hipertrofikans (Darmojo, 2009).

C.Model Keyakinan Kesehatan menurut Rosenstock dan Becker (1974) Model keyakinan kesehatan atau Health Belief Model (HBM) menurut Rosenstock dan Becker ini menyatakan, hubungan antara keyakinan seseorang dengan perilaku yang ditampilkan. Model ini memberikan cara bagaimana klien akan berperilaku sehubungan dengan kesehatan mereka dan bagaimana mereka mematuhi terapi kesehatan yang diberikan (Potter & Perry, 2005). Model keyakinan kesehatan adalah teori nilai dan harapan. Ketika konsep nilai dan harapan secara berangsur-angsur dirumuskan dalam konteks kesehatan yang menghubungkan perilaku, penafsirannya adalah sebagai berikut: (1) keinginan untuk menghindari penyakit atau untuk mendapatkan kesehatan, dan (2) kepercayaan suatu tindakan kesehatan spesifik tersedia untuk seseorang akan mencegah suatu penyakit. Pengharapan digambarkan lebih lanjut dalam istilah perkiraan individu dari kepekaan pribadi terhadap keganasan dari suatu penyakit, dan kemungkinan mampu mengurangi ancaman itu melalui tindakan pribadi (Glanz, 2002).


(43)

24

Fokus dari HBM adalah perilaku pencegahan yang berkaitan terhadap suatu ancaman penyakit. Semakin lanjutnya usia seseorang maka kemungkinan terjadinya penurunan anatomik dan fungsional atas organ-organnya makin besar dan hal ini normal terjadi pada setiap orang. Penurunan fungsi tubuh tersebut dapat menjadi masalah terjadinya berbagai penyakit degeneratif. Untuk itu perlu dilakukan suatu usaha pencegahan agar dapat mengurangi risiko terjadinya penyakit degeneratif. Khusus bagi lansia pencegahan ini dapat berupa penghentian merokok, olahraga teratur, dan imunisasi (Darmojo, 2009). Pada unsur kedua dari HBM yaitu individu akan melakukan tindakan pencegahan atau penyembuhan penyakit apabila ia merasa terancam karena semakin beratnya suatu penyakit, namun ancaman yang terlalu besar akan menimbulkan rasa takut dalam diri individu yang justru akan menghambat dalam melakukan tindakan. Untuk mengurangi rasa terancam, petugas kesehatan memberikan suatu alternatif tindakan yang kemudian akan dipertimbangkan oleh individu tersebut apakah tindakan ini akan dilakukan atau tidak berdasarkan pandangannya tentang manfaat dan hambatan dari tindakan alternatif yang dianjurkan (Noorkasiani, 2009).

Seorang lansia yang merasa memiliki masalah pada persendiannya, sering kali mengeluh bagian lututnya terasa nyeri, lalu petugas panti menyarankan lansia tersebut untuk mengikuti senam. Pada awal mengikuti kegiatan ini, tidak banyak manfaat dan perubahan yang dirasakan. Tetapi setelah senam ini dilakukan secara rutin, manfaat yang dirasakan lebih banyak dibanding kerugiannya sehingga lansia tersebut mau mengikuti kegiatan senam lansia ini.


(44)

Komponen dari teori model keyakinan kesehatan, adapun komponennya adalah:

1. Persepsi individu tentang kerentanan dirinya terhadap suatu penyakit (perceived susceptibility).

Hal ini mengacu kepada persepsi subyektif seseorang terhadap resiko suatu kondisi kesehatan (Glanz, 2002); misalnya seorang lansia mengetahui dampak dari kurangnya melakukan aktivitas olahraga yaitu kekakuan otot yang di lihat berdasarkann riwayat penyakit keluarga atau temannya. 2. Persepsi individu terhadap keseriusan penyakit tertentu (perceived

severity).

Komponen ini menyangkut keyakinan seseorang terhadap seriusnya suatu kondisi kesehatan dan hal yang menyebabkannya. Dipengaruhi oleh variabel demografi dan sosiopsikologis, perasaan terancam oleh penyakit, dan anjuran untuk bertindak (misal: anjuran petugas panti, dokter atau perawat).

3. Persepsi individu tentang manfaat yang diperoleh dari tindakan yang diambil (perceived benefits).

Hal ini menunjukkan keyakinan seseorang yang berkaitan dengan efektifnya suatu tindakan pencegahan dan dengan mengubah perilaku dapat mengurangi ancaman. Contohnya, seorang lansia melakukan senam secara rutin untuk menghindari risiko terserang penyakit dan untuk meningkatkan kesehatannya.


(45)

26

4. Aspek negatif dari suatu tindakan tertentu (perceived barrier).

Komponen ini menyangkut rintangan untuk mengubah perilaku atau melakukan tindakan kesehatan; misalnya tidak adanya dukungan petugas panti terhadap lansia untuk mengikuti kegiatan senam.

5. Isyarat/petunjuk tindakan (cues of action).

Komponen ini merupakan stimulus (eksternal atau internal) yang mendorong perilaku kesehatan atau sesuatu yang membuat individu sadar terhadap ancaman kesehatan; contohnya: adanya teman dalam satu panti yang sakit, anjuran dokter, anjuran petugas panti, dan lain-lain.

6. Variabel lain.

Variabel demografik, sosiopsikologis dan struktur yang berbeda dapat mempengaruhi persepsi individu dan secara tidak langsung mempengaruhi perilaku kesehatan individu tersebut.

Variabel ini terdiri dari 3 variabel, yaitu:

a. Variabel demografik, dimana pada variabel ini meliputi usia, jenis kelamin, ras, pendidikan, dan lain-lain.

b. Variabel sosiopsikologis, yang meliputi kepribadian, dukungan petugas panti, dukungan teman sebaya, dan lain-lain.

c. Variabel struktural, meliputi pengetahuan dan sikap terhadap suatu penyakit, dan lain-lain.

7. Kemampuan diri (self efficacy).

Maksud dari kemampuan diri ini adalah keyakinan dimana seseorang memiliki kemampuan untuk mengubah perilakunya, dan merupakan


(46)

pengakuan individu bahwa praktik kesehatan individu dapat memberikan efek positif terhadap kesehatan seseorang (McEwen dan Will, 2007). Pada teori ini menyatakan bahwa hal yang mendorong perubahan perilaku individu dalam melakukan tindakan pencegahan penyakit bergantung pada beberapa faktor, yaitu:

a. Kepekaan seseorang terhadap penyakit.

b. Persepsi seseorang terhadap konsekuensi dari penyakit tertentu.

c. Persepsi seseorang terhadap keuntungan yang diperoleh dari tindakan pencegahan penyakit.

d. Persepsi seseorang terhadap hambatan yang akan diperoleh dari tindakan pencegahan penyakit yang dilakukan.

Persepsi ini merupakan interpretasi stimulus yang telah diterima oleh seseorang (Notoatmodjo, 2005). Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan stimulus dapat masuk dalam rentang perhatian seseorang dan mempengaruhi persepsi. Pada teori model ini terdapat variabel demografik, sosiopsikologis dan struktural yang mempengaruhi persepsi seseorang terhadap masalah kesehatan.

Model ini membantu perawat memahami berbagai faktor yang dapat mempengaruhi persepsi, keyakinan, dan perilaku klien serta membantu perawat membuat rencana perawatan yang paling efektif untuk membantu klien, memelihara dan mengembalikan kesehatan serta mencegah terjadinya penyakit (Purnawan, 2005).

Berdasarkan teori keyakinan kesehatan yang dapat mempengaruhi individu yang dimulai dengan diterimanya rangsang, sampai rangsang itu


(47)

28

disadari dan dimengerti oleh individu sehingga individu dapat mengubah perilakunya. Individu yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu lansia maka peneliti memilih variabel demografik, sosiopsikologis, dan struktural sebagai variabel yang akan diteliti. Peneliti memilih faktor ini karena ancaman, keseriusan penyakit yang dirasakan, pertimbangan keuntungan dan kerugian tindakan pencegahan penyakit dipengaruhi oleh variabel demografik, sosiopsikologis dan struktural (Smet, 1994).

D.Peran Perawat Gerontik (Potter & Perry, 2005)

Perawat gerontik memiliki peran yang cukup besar terhadap perkembangan lansia. Hal pertama yang perawat lakukan yaitu mengkaji sikapnya pada penuaan karena sikap tersebut mempengaruhi asuhan keperawatan. Untuk memberi asuhan yang efektif, perawat harus menciptakan sikap positif terhadap lansia. Sikap negatif dapat mengakibatkan penurunan rasa nyaman, adekuat, dan kesejahteraan klien.

Perawat dapat meningkatkan kemampuan kemandirian dan harga diri klien, karena klien lansia merasa bahwa hidup tidak lagi berharga. Peningkatan kemampuan kemandirian ini sangat berpengaruh terhadap perilaku lansia sehari-hari seperti dalam pelaksanaan senam lansia.

Perawat sebagai educator yang dalam hal ini dapat memberikan informasi yang memungkinkan klien lansia membuat pilihan dan mempertahankan otonominya. Informasi yang diberikan mengenai pentingnya dan manfaat melaksanakan senam lansia. Pemberian informasi dapat dilakukan juga oleh petugas panti.


(48)

Perawat sebagai motivator yang memberikan motivasi kepada klien lansia agar selalu berperan aktif dalam melakukan perilaku kesehatan. Motivasi dapat meningkatkan semangat bagi lansia dalam pelaksanaan senam lansia.

E.Kerangka Teori

Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada teori Rosentock (1974) mengenai Health Belief Model, dimana perilaku individu ditentukan oleh motif dan kepercayaannya. Model ini mengandung 5 unsur yaitu perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefits, perceived barriers, dan cues action. Peneliti menggunakan komponen variabel demografik, sosiopsikologis, dan struktural yang terdapat dalam teori HBM. Hubungaan faktor-faktor ini dengan praktik senam lansia digambarkan dalam suatu kerangka teori sebagai berikut:


(49)

30

Teori Model Keyakinan Kesehatan Rosentock (1974)

Bagan 2.2

Sumber: Rosentock (1974) dalam Noorkasiani, 2009

 Variabel demografik (Usia, jenis kelamin, ras, pendidikan, dll)

 Variabel sosiopsikologis

(Dukungan teman dan dukungan petugas panti)

 Variabel struktural (pengetahuan dan sikap terhadap suatu penyakit)

Petunjuk untuk bertindak

 Koran/majalah

Saran dari dokter

Saran dari petugas panti

Kemungkinan menggunakan tindakan preventif yang direkomendasikan (melakukan praktek senam lansia) Ancaman yang dirasakan Keuntungan tindakan preventif Penghalang tindakan preventif Kerentanan penyakit yang dirasakan Keseriusan penyakit yang diraasakan


(50)

31

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL A.Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori yg dikemukakan oleh Rosentock (1974) maka variabel yang ingin diteliti mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik senam lansia adalah variabel terikat (dependen) yaitu praktik senam lansia. Sedangkan variabel bebas (independen) yang ingin diketahui meliputi 1) variabel demografik yaitu usia, jenis kelamin, dan pendidikan, 2) variabel sosiopsikologis lansia yaitu dukungan teman sebaya dan dukungan petugas panti, 3) variabel struktural yaitu pengetahuan dan sikap lansia mengenai senam lansia. Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Ket : - - - Tidak di hubungkan dengan variable dependen

Bagan 3.3. Kerangka konsep 2. Variabel sosiopsikologis

 Dukungan teman sebaya

 Dukungan petugas panti 3. Variabel struktural

 Pengetahuan lansia

 Sikap lansia

Praktik senam lansia 1. Variabel demografik

 Usia

 Jenis kelamin


(51)

32 B.Hipotesis

1. Ada hubungan antara dukungan teman sebaya dengan praktik senam lansia

2. Ada hubungan antara dukungan petugas panti dengan praktik senam lansia

3. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan klien lansia dengan praktik senam lansia


(52)

C.Definisi Operasional Variabel Definisi

Operasional

Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Pengukuran Praktik senam lansia Pernyataan verbal yang merupakan jawaban dari pertanyaan keikutsertaan mengikuti senam lansia

Wawancara Kuesioner 0. Tidak Rutin (apabila dilakukan < 7x/ bulan) 1. Rutin (apabila

dilakukan 7-8x/bulan)

Ordinal

Usia lansia Lamanya masa hidup responden secara tahun kalender, yang dihitung sejak dilahirkan sampai dengan saat dilakukan penelitian dalam tahun

Wawancara Kuesioner Tahun Rasio

Jenis kelamin Pengakuan responden berdasarkan jenis kelamin

Wawancara Kuesioner 0. Laki-laki

1. Perempuan

Ordinal

Pendidikan Jenjang pendidikan formal terakhir yang berhasil diselesaikan oleh responden yang ditandai dengan ijazah

Wawancara Kuesioner 0. Tidak sekolah 1. Pendidikan

Dasar 2. Pendidikan

Menengah 3. Pendidikan

Tinggi Ordinal Dukungan teman sebaya Dorongan yang diberikan teman satu panti kepada klien lansia untuk melakukan kegiatan senam

Observasi dan

wawancara

Kuesioner 0 = kurang dukungan (jika nilai terhadap median < 3) 1 = cukup


(53)

34 dukungan

(jika nilai terhadap median

≥ 3) Dukungan petugas panti Dorongan yang diberikan petugas panti kepada klien lansia untuk melakukan kegiatan senam

Observasi dan

wawancara

Kuesioner 0 = kurang dukungan (jika nilai terhadap median < 3) 1 = cukup dukungan (jika nilai terhadap median ≥ 3)

Ordinal Pengetahuan klien lansia tentang senam lansia Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah klien lansia mengetahui tentang kegiatan senam lansia, tujuan, manfaat, dan frekuensi dilakukannya senam tersebut

wawancara Kuesioner 0= Kurang (bila didapat < 55%) 1 = Cukup (bila didapat 56-75%) 2 = Baik (bila didapat 76-100%) (Arikunto, 1998) Ordinal Sikap klien lansia tentang senam lansia Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kecenderungan klien lansia untuk melakukan kegiatan senam lansia sesuai dengan peraturan yang berlaku di panti

wawancara Kuesioner 0= Negatif terhadap Median (skor < 29) 1 = Positif terhadap Median (skor ≥ 29)


(54)

35 A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional. Penelitian cross sectional adalah jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada suatu saat. Pada jenis ini variabel independen dan dependen dinilai secara simultan pada satu saat, jadi tidak ada tindak lanjut. Tentunya tidak semua subjek penelitian harus diobservasi pada hari atau pada waktu yang sama, akan tetapi baik variabel independen maupun variabel dependen dinilai hanya satu kali saja. Dengan studi ini akan diperoleh prevalensi atau efek suatu fenomena (variabel dependen) dihubungkan dengan penyebab (variabel independen) (Nursalam, 2003).

B.Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2004; Hidayat, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah semua klien lansia di Panti Werda Budi Mulia 01 Cipayung Jakarta Timur yaitu sebanyak 104 WBS.


(55)

36

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2008). Sampel pada penelitian ini adalah klien lansia di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung yang pernah melakukan senam lansia. Tekhnik pengambilan sampel menggunakan sampel jenuh atau total sampling yaitu dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel yaitu sebanyak 104 orang dan disesuaikan dengan kriteria inklusi yang telah ditentukan. Adapun sampel yang diambil harus memiliki kriteria sebagai berikut: a. Kriteria Inklusi

1) Merupakan penghuni di Panti Werda Budi Mulia 01 Cipayung Jakarta Timur.

2) Bersedia menjadi responden.

3) Sehat secara fisik dalam arti masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan atau tanpa alat bantu.

4) Pernah mengikuti senam lansia yang diadakan oleh panti. 5) Kooperatif

b. Kriteria Eksklusi

1) WBS yang bed rest total

2) WBS yang mengalami gangguan penglihatan (buta)

3) WBS yang tidak pernah mengikuti senam lansia yang diadakan oleh panti.


(56)

3. Besar Sampel

Pada penelitian ini jumlah sampel yang sesuai dengan kriteria sebanyak 73 orang dari jumlah total populasi 104 orang. Dari 73 orang tersebut yang pernah mengikuti senam lansia sebanyak 70 orang. Jadi jumlah sampel yang menjadi responden sebanyak 70 orang.

C.Pengumpulan Data

1. Metode dan instrumen

Sebelum pengambilan data dilakukan, peneliti mengajukan permohonan izin terlebih dahulu kepada Kepala Dinas Sosial DKI Jakarta yang kemudian akan dilanjutkan kepada Kepala PSTW Budi Mulia 01 Cipayung. Selanjutnya peneliti meminta daftar nama-nama WBS kepada petugas panti sekaligus menyeleksi calon responden yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.

Setelah mendapatkan calon responden sesuai dengan kriteria, peneliti melakukan pendekatan dan perkenalan dengan cara mendatangi satu persatu individu sambil memberikan penjelasan mengenai penelitian ini, kemudian meminta izin kesediaan untuk menjadi responden. Individu yang bersedia menjadi responden bisa menandatangani lembar persetujuan.

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan lembaran kuesioner yang disusun secara terstruktur berdasarkan teori dan berisikan pertanyaan yang harus dijawab responden. Setelah itu peneliti membacakan setiap pertanyaan yang terdapat dalam


(57)

38

kuesioner dengan jelas dan responden tinggal menjawabnya. Setelah itu peneliti memeriksa kembali lembar kuesioner yang telah terisi.

2. Instrumen penelitian

Kuesioner yang telah dibuat mencakup variabel independen yaitu usia lansia, jenis kelamin, pendidikan lansia, dukungan teman sebaya, dukungan petugas panti, pengetahuan dan sikap lansia terhadap praktek senam lansia. Pada pertanyaan variabel dukungan teman sebaya, dukungan petugas panti, pengetahuan dan sikap lansia perlu dilakukan proses skoring.

Skoring yaitu pemberian skor jawaban responden pada beberapa pertanyaan di kuesioner sehingga dapat digabungkan menjadi satu variabel.

Adapun variabel-variabel yang di skoring yaitu: a. Dukungan teman sebaya

Pada variabel dukungan teman sebaya terdapat 4 pertanyaan yang terdiri dari 3 pernyataan positif dan 1 pernyataan negatif, untuk pertanyaan A1, A2, A4 jawaban “ya” diberi skor 1 dan jawaban “tidak” diberi skor 0 sedangkan untuk pertanyaan A3 jawaban “ya” di beri skor 0 dan jawaban “tidak” diberi skor 1. Sehingga skor tertingginya adalah 4 dan terendahnya adalah 0.

Untuk variabel dukungan teman sebaya, akan dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu :

0 = kurang dukungan, jika nilai < 3 (median) 1 = cukup dukungan, jika nilai ≥ 3


(58)

b. Dukungan petugas panti

Pada variabel dukungan petugas panti terdapat 5 pertanyaan yang terdiri dari 4 pernyataan positif dan 1 pernyataan negatif, untuk pertanyaan 1, B2, B3, B5 jawaban “ya” diberi skor 1 dan jawaban “tidak” diberi skor 0, sedangkan untuk pertanyaan B4 jawaban “ya” diberi skor 0 dan jawaban “tidak” diberi skor 1, sehingga skor tertingginya adalah 5 dan terendahnya adalah 0.

Untuk variabel dukungan petugas panti, akan dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu :

0 = tidak ada dukungan, jika nilai < 3 (median) 1 = ada dukungan, jika nilai ≥ 3

c. Pengetahuan lansia

Pada kuesioner yang digunakan, untuk variabel pengetahuan lansia terdiri dari 12 pertanyaan yang masing-masing terdiri dari 5 pernyataan positif dan 7 pernyataan negatif. Untuk pertanyaan kelompok C3, C5, C9, C10, dan C12 untuk jawaban yang benar diberi skor 1 dan untuk jawaban yang salah diberi skor 0. Sedangkan untuk pertanyaan C1, C2, C4, C6, C7, C8 dan C11 untuk jawaban yang benar diberi skor 0 dan untuk jawaban salah diberi skor 1. Sehingga skor tertinggi untuk pertanyaan pengetahuan lansia adalah 12 sedangkan skor terendah adalah 0.

Untuk variabel pengetahuan lansia, akan dikelompokkan menjadi 3 kategori dengan menggunakan standar skor dibawah ini (Arikunto, 1998):


(59)

40

Kurang : Bila total skor jawaban yang didapat < 55% Cukup : Bila total skor jawaban yang didapat 56-75% Baik : Bila total skor jawaban yang didapat 76-100% d. Sikap lansia

Pada variabel sikap lansia terdiri dari 10 pertanyaan yang masing-masing terdiri dari 4 pernyataan positif dan 6 pernyataan negatif, untuk pertanyaan kelompok D1, D2, D4 dan D7 jawaban diberi skor 4 untuk jawaban sangat setuju, 3 = setuju, 2 = tidak setuju, 1 = sangat tidak setuju. Sedangkan untuk pertanyaan D3, D5, D6, D8, D9, D10 jawaban diberi skor 4 untuk jawaban sangat tidak setuju, 3 = tidak setuju, 2 = setuju, 1 = sangat setuju. Sehingga skor tertinggi untuk pertanyaan sikap lansia adalah 40 dan skor terendahnya adalah 10.

Skala pengukuran sikap lansia yang digunakan adalah skala Likert. Adapun variabel sikap lansia ini akan dikelompokkan menjadi 2 kategori dengan menggunakan standar skor dibawah ini:

Negatif : jika total skor jawaban kurang dari nilai median (< 29). Positif : jika total skor jawaban lebih dari nilai median (≥ 29). 3. Teknik uji instrumen penelitian

Uji instrumen dilakukan untuk mengukur validitas dan reliabilitas instrument. Uji coba kuesioner ini telah dilakukan kepada 30 orang responden di tempat yang memiliki karakteristik populasi yang sama dengan subyek penelitian yaitu di PSTW Budi Mulia 4 Marga Guna pada tanggal 14-16 Juni 2010.


(60)

a. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar- benar mengukur apa yang diukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam hal ini digunakan beberapa item pertanyaan yang dapat secara tepat mengungkapkan variabel yang diukur tersebut. Uji ini dilakukan dengan menghitung korelasi antara masing – masing skor item pertanyaan dari tiap variabel dengan total skor variabel tersebut (Arikunto, 2006).

Uji validitas dapat menggunakan rumus Pearson Product Moment.

r hitung =

r hitung = Koefisien korelasi

n = Jumlah responden

∑Xi = Jumlah skor item ∑Yi = Jumlah skor total

Hasil uji kuesioner memperlihatkan bahwa ada beberapa pertanyaan dengan nilai r hasil kurang dari r tabel (r = 0,361). Pertanyaan dengan r hasil kurang dari r tabel tidak dikeluarkan dari kuesioner karena dianggap penting tetapi diperbaiki redaksinya.


(61)

42

Kuesioner yang diperbaiki redaksinya yaitu kuesioner pengetahuan no.1, 5, dan 11, selanjutnya kuesioner sikap no. 5 dan 10.

b. Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2005). Teknik pengujian pada penelitian ini menggunakan teknik Alpha Cronbach (α), dalam uji reliabilitas r hasil adalah alpha. Ketentuannya apabila r alpha > r tabel, maka pertanyaan tersebut reliabel. Sebaliknya bila r alpha < r tabel maka pertanyaan tersebut tidak reliabel. Alpha Cronbach yang didapat yaitu 0,723 dengan memperbaiki redaksi pada kuesioner pengetahuan no.1, 5, dan 11, selanjutnya kuesioner sikap no. 5 dan 10.

D.Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Panti Werda Budi Mulia 01 Cipayung Jakarta Timur. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2010. Penentuan Panti Werda Budi Mulia 01 Cipayung adalah karena di tempat ini sebelumnya belum pernah dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik senam lansia di Panti Werda Budi Mulia 01 Cipayung dan juga karena Panti tersebut masih dibawah binaan Departemen Sosial RI.


(62)

E. Pengolahan Data

Proses pengolahan data peneliti menggunakan langkah-langkah pengolahan data diantaranya:

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data atau formulir kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. 2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.

3. Entry data

Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau data base komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana.

4. Cleaning data

Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah dientri, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin terjadi pada saat meng-entry data ke komputer.


(1)

Risk Estimate

1,673 ,632 4,430

1,218 ,838 1,769

,728 ,396 1,337

70 Odds Ratio for cat.

DukunganTeman (kurang dukungan / cukup dukungan) For cohort Cat.prak senam baru = tdk rutin For cohort Cat.prak senam baru = rutin N of Valid Cases

Value Lower Upper

95% Confidence Interval

CROSSTABS

/TABLES=dkganPtugasPanti BY Cat.prakSenam

/FORMAT= AVALUE TABLES

/STATISTIC=CHISQ CORR RISK

/CELLS= COUNT EXPECTED ROW

/COUNT ROUND CELL .

Crosstabs

[DataSet1] J:\PROPOSAL SKRIPSI\baru\data terbaruuuuu.sav

Case Processing Summary

70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%

Cat.DkunganPtgsPanti * Cat.prak senam baru

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

Cat.DkunganPtgsPanti * Cat.prak senam baru Crosstabulation

14 4 18

11,1 6,9 18,0

77,8% 22,2% 100,0%

32,6% 14,8% 25,7%

29 23 52

31,9 20,1 52,0

55,8% 44,2% 100,0%

67,4% 85,2% 74,3%

43 27 70

43,0 27,0 70,0

61,4% 38,6% 100,0%

100,0% 100,0% 100,0% Count

Expected Count % within Cat. DkunganPtgsPanti % within Cat.prak senam baru Count

Expected Count % within Cat. DkunganPtgsPanti % within Cat.prak senam baru Count

Expected Count % within Cat. DkunganPtgsPanti % within Cat.prak senam baru kurang dukungan

cukup dukungan Cat.DkunganPtgsPanti

Total

tdk rutin rutin Cat.prak senam baru


(2)

Chi-Square Tests

2,734b 1 ,098

1,884 1 ,170

2,888 1 ,089

,159 ,083 70

Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,94.

b.

Risk Estimate

2,776 ,804 9,579

1,395 ,987 1,971

,502 ,201 1,256

70 Odds Ratio for Cat.

DkunganPtgsPanti (kurang dukungan / cukup dukungan) For cohort Cat.prak senam baru = tdk rutin For cohort Cat.prak senam baru = rutin N of Valid Cases

Value Lower Upper

95% Confidence Interval

CROSSTABS

/TABLES=Cat.sikap BY Cat.prakSenam

/FORMAT= AVALUE TABLES

/STATISTIC=CHISQ CORR RISK

/CELLS= COUNT EXPECTED ROW

/COUNT ROUND CELL .

Crosstabs

[DataSet1] J:\PROPOSAL SKRIPSI\baru\data terbaruuuuu.sav

Case Processing Summary

70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%

Cat.Pengetahuan * Cat.prak senam baru

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total


(3)

Chi-Square Tests

3,890a 2 ,143

3,968 2 ,138

70 Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,56.

a.

Nonparametric Correlations

Correlations

1,000 ,045

. ,713

70 70

,045 1,000

,713 .

70 70

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N Cat.prak senam baru

Pengetahuan Spearman's rho

Cat.prak

senam baru Pengetahuan Cat.Pengetahuan * Cat.prak senam baru Crosstabulation

14 4 18

10,4 6,6 17,0

76,5% 23,5% 100,0%

30,4% 14,8% 24,3%

17 17 34

20,9 13,1 34,0

50,0% 50,0% 100,0%

39,5% 63,0% 48,6%

12 6 18

11,7 7,3 19,0

68,4% 31,6% 100,0%

30,1% 22,2% 27,1%

43 27 70

43,0 27,0 70,0

61,4% 38,6% 100,0%

100,0% 100,0% 100,0% Count

Expected Count % within Cat. Pengetahuan % within Cat.prak senam baru Count

Expected Count % within Cat. Pengetahuan % within Cat.prak senam baru Count

Expected Count % within Cat. Pengetahuan % within Cat.prak senam baru Count

Expected Count % within Cat. Pengetahuan % within Cat.prak senam baru kurang

cukup

baik Cat.Pengetahuan

Total

tdk rutin rutin Cat.prak senam baru


(4)

LOGISTIC REGRESSION VARIABLES Cat.prakSenam

/METHOD = ENTER Pengetahuan

/CONTRAST (Pengetahuan)=Indicator

/CLASSPLOT

/PRINT = CORR CI(95)

/CRITERIA = PIN(.05) POUT(.10) ITERATE(20) CUT(.5)

Logistic Regression

[DataSet1] J:\PROPOSAL SKRIPSI\baru\data terbaruuuuu.sav

Case Processing Summary

70 100,0

0 ,0

70 100,0

0 ,0

70 100,0 Unweighted Casesa

Included in Analysis Missing Cases Total

Selected Cases

Unselected Cases Total

N Percent

If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

a.

Categorical Variables Codings

17 1,000 ,000 34 ,000 1,000

19 ,000 ,000

kurang cukup baik Cat.Pengetahuan

Frequency (1) (2) Parameter coding

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

43 0 100,0

27 0 ,0

61,4 Observed

tdk rutin rutin Cat.prak senam

baru

Overall Percentage Step 0

tdk rutin rutin

Cat.prak senam baru Percentage Correct Predicted

Constant is included in the model. a.

The cut value is ,500 b.

Variables in the Equation

-,465 ,246 3,592 1 ,058 ,628

Constant Step 0


(5)

Variables not in the Equation

3,890 2 ,143

2,144 1 ,143

3,644 1 ,056

3,890 2 ,143

Pengetahuan Pengetahuan(1) Pengetahuan(2) Variables

Overall Statistics Step

0

Score df Sig.

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

3,968 2 ,138

3,968 2 ,138

3,968 2 ,138

Step Block Model Step 1

Chi-square df Sig.

Model Summary

89,383a ,055 ,075

Step 1

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than ,001. a.

Classification Tablea

26 17 60,5 10 17 63,0 61,4 Observed

tdk rutin rutin Cat.prak senam baru

Overall Percentage Step 1

tdk rutin rutin

Cat.prak senam baru Percentage Correct Predicted

The cut value is ,500 a.

Variables in the Equation

3,769 2 ,152

-,405 ,755 ,288 1 ,591 ,667 ,152 2,930

,773 ,601 1,655 1 ,198 2,167 ,667 7,037

-,773 ,494 2,454 1 ,117 ,462

Pengetahuan Pengetahuan(1) Pengetahuan(2) Constant Step

1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

95,0% C.I.for EXP(B)

Variable(s) entered on step 1: Pengetahuan. a.

Crosstabs

Case Processing Summary

70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%

Cat.Sikap * Cat. prak senam baru

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total


(6)

Cat.Sikap * Cat.prak senam baru Crosstabulation

10 0 10

6,1 3,9 10,0

100,0% ,0% 100,0%

23,3% ,0% 14,3%

33 27 60

36,9 23,1 60,0

55,0% 45,0% 100,0%

76,7% 100,0% 85,7%

43 27 70

43,0 27,0 70,0

61,4% 38,6% 100,0%

100,0% 100,0% 100,0% Count

Expected Count % within Cat.Sikap % within Cat.prak senam baru Count

Expected Count % within Cat.Sikap % within Cat.prak senam baru Count

Expected Count % within Cat.Sikap % within Cat.prak senam baru negatif

positif Cat.

Sikap

Total

tdk rutin rutin Cat.prak senam baru

Total

Chi-Square Tests

7,326b 1 ,007

5,549 1 ,018

10,774 1 ,001

,005 ,005

70 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio Fisher's Exact Test N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,86.

b.

Risk Estimate

1,818 1,446 2,286 70

For cohort Cat.prak senam baru = tdk rutin N of Valid Cases

Value Lower Upper 95% Confidence

Interval

CROSSTABS

/TABLES=Pengetahuan BY Cat.prakSenam

/FORMAT= AVALUE TABLES

/STATISTIC=CHISQ CORR RISK

/CELLS= COUNT EXPECTED ROW

/COUNT ROUND CELL .