Perancangan Sistem Informasi Penerimaan Bahan Baku Dengan Metodologi Berorientasi Objek Pada Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan Nusantara II

(1)

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENERIMAAN BAHAN BAKU

DENGAN METODOLOGI BERORIENTASI OBJEK

PADA PABRIK GULA KWALA MADU

PT.PERKEBUNAN NUSANTARA II

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Mengikuti Sidang

Tugas Sarjana Teknik Industri

Oleh :

ARIYANTO

0 2 0 4 0 3 0 5 6

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N


(2)

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENERIMAAN BAHAN BAKU

DENGAN METODOLOGI BERORIENTASI OBJEK

PADA PABRIK GULA KWALA MADU

PT.PERKEBUNAN NUSANTARA II

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Mengikuti Sidang

Tugas Sarjana Teknik Industri

Oleh :

ARIYANTO

0 2 0 4 0 3 0 5 6

Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

( Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng ) (Ir. Nurhayati Sembiring, MT)

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N


(3)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan selesainya penulisan tugas sarjana ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu, khususnya kepada :

1. Ayahanda (Alm) Arifin, Ibunda Yatinem, Kakakku Ariyati, adik-adikku Nurhidayah, Mhd.Mustika Sakti, Vinna Ellen, dan Penni Ellen. yang telah banyak memberikan dorongan moril dan materil dalam penyelesaian tugas sarjana.

2. Spesial terima kasihku untuk Trisa Gustania, S.Ked orang yang selalu memberikan semangat juang yang tinggi dan telah mengisi kehidupanku sejak 4 Agustus 2000.

3. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT selaku Ketua Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng sebagai dosen pembimbing I yang telah memberikan arahan dan nasehat kepada penulis dalam menyelesaikan tugas sarjana ini.

5. Ibu Ir. Nurhayati Sembiring, MT sebagai dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas sarjana ini. 6. Bapak Aulia Ishak, ST, MT selaku koordinator Tugas Sarjana serta para

pegawai Jurusan Teknik Industri yang telah membantu penulis

7. Buat teman-temanku yang luar biasa dan selalu membantu mencari jalan keluar terhadap permasalahan yang ada. Mereka adalah pangeran-pangeran teknik dan bidadari-bidadari teknik. Terima kasih untuk pangeran-pangeran teknik Abdul Wahid Simangunsong, ST, Abu Bakar Ja’far, Adi Pradana, Hafis Tigor Barita


(4)

Siregar, ST, Hasrul Habib Rambe, M. Iqbal Yashir, Tommi Syahputra, Riza Aldrian, Izzudin samosir

8. Terima kasih untuk bidadari-bidadari teknik Afli Handayani, Andria Zul Manitra, ST, Rhadiyatul Hikmah, ST, Rina Mariyati Daulay, ST, Sachra Liza A M, ST, Widya Sari, Widya Ningsih, Dzikrotul Hayati, Mariyatul Qibtiayah. 9. Khusus buat Andika Septian, ST yang membantu dalam pengerjaan bahasa

program java pada tugas akhir ini.

10.Teman - teman stambuk 2002 yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu atas bantuan dan motivasi yang diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari penulisan laporan ini belum sempurna, oleh karena itu sangat dibutuhkan saran-saran untuk penyempurnaan laporan ini. Semoga penulisan laporan ini bermanfaat bagi kita.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

Tugas sarjana ini berjudul “Perancangan Sistem Informasi Penerimaan Bahan Baku dengan Metodologi Berorientasi Objek pada Pabrik Gula Kwala Madu PT.Perkebunan Nusantara II.” yang diajukan untuk memenuhi persyaratan ujian sarjana Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Dalam merancang dan mengembangkan sistem informasi terdapat tiga metode yang sering digunakan, yaitu : metode terstruktur, metode rapid application development (RAD), dan metode berorientasi objek. Dalam kasus ini, perancangan sistem informasi penerimaan bahan baku menggunakan metode berorientasi objek. Metode berorientasi objek merupakan metode yang berfokus pada objek yang konsisten mulai tahap analisis, perancangan, dan implementasi

Tulisan ini juga merupakan salah satu wadah bagi penulis untuk mencoba mendalami perkembangan dan perancangan sistem informasi. Dalam hal ini penulis memfokuskan pada analisis sistem. Mudah-mudahan tulisan ini memiliki banyak manfaat bagi mahasiswa yang ingin mendalami perancangan sistem informasi berorientasi objek, khususnya bagi penulis sendiri.

Penulis yakin dalam tulisan ini masih banyak yang belum sesuai dengan maksud dari perancangan yang sebenarnya. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang membangun untuk menambah pengetahuan penulis tentang sistem informasi, terima kasih.

Universitas Sumatera Utara Medan, Desember 2007 Penulis,


(6)

DAFTAR ISI

BAB Halaman

LEMBAR PENGESAHAN... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

ABSTRAK ... xv

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang ... I-1 1.2.Rumusan Permasalahan ... I-2 1.3.Tujuan Penelitian... I-3 1.4.Manfaat Penelitian... I-3 1.5.Ruang Lingkup Penelitian... I-3 1.6.Batasan Penelitian ... I-4 1.7.Asumsi yang Digunakan ... I-4 1.8.Sistematika Laporan ... I-4

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN


(7)

2.3. Lokasi Perusahaan ...II-2 2.4. Daerah Pemasaran ...II-3 2.5. Aspek Sosial dan Lingkungan...II-4 2.5.1. Aspek Sosial Perusahaan ...II-4 2.5.2. Aspek Lingkungan Perusahaan...II-4 2.6. Proses Produksi...II-7 2.6.1. Standar Mutu Produk...II-7 2.6.2. Bahan yang Digunakan...II-7 2.6.3. Uraian Proses Produksi... II-10 2.7. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-26 2.8. Jam Kerja... II-30 2.9. Sistem Pengupahan dan Fsailitas ... II-30

BAB III LANDASAN TEORI

3.1. Konsep Sistem ... III-1 3.1.1. Definisi Sistem... III-1 3.1.2. Jenis-jenis Sistem ... III-1 3.2. Sistem Informasi ... III-3 3.2.1. Pengembangan Sistem Informasi... III-5 3.3. Metode Berorientasi Objek... III-7 3.4. Konsep Basis Data ...III-14 3.4.1. Definisi Basis Data...III-14 3.4.2. Jenjang Basis Data ...III-14


(8)

3.4.3. Proses Database...III-15

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian... IV-2 4.2. Subjek dan Objek Penelitian... IV-2 4.3. Pengumpulan Data ... IV-2 4.4. Pengolahan Data ... IV-3 4.5. Analisis Pemecahan Masalah ... IV-4 4.5.1. Analisis Sistem... IV-4 4.5.2. Rancangan Sistem ... IV-5 4.6. Kesimpulan dan Saran... IV-5

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data ...V-1 5.1.1. Prosedur Penerimaan Bahan Baku ...V-1 5.1.2. Tugas Elemen-elemen Sistem Penerimaan BahanBaku...V-3 5.2. Pengolahan Data ...V-4 5.2.1. Identifikasi Sistem Penerimaan Bahan Baku...V-4 5.2.2. Identifikasi Data Masukan dan Keluaran yang Dihasilkan V-5 5.2.3. Identifikasi Aliran Informasi ...V-6

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH


(9)

6.1.1. Analisis Proses ... VI-3 6.1.2. Analisis Masukan dan Keluaran ... VI-4 6.1.3. Identifikasi Kebutuhan ... VI-5 6.1.4. Use Case Diagram... VI-6 6.2. Perancangan Sistem ... VI-9 6.2.1. Rancangan Keluaran dan Masukan ... VI-9 6.2.2. Rancangan Basis Data ... VI-14 6.2.2.1. Data Penerimaan Bahan Baku ... VI-15 6.2.2.2. Tabel Pemasok... VI-16 6.2.2.3. Tabel Kendaraan ... VI-16 6.2.2.4. Tabel Keterangan Bahan Baku ... VI-17 6.2.2.5. Tabel Penerimaan Bahan baku ... VI-17 6.2.2.6. Tabel Berat Bahan Baku ... VI-18 6.2.2.7. Hubungan Tabel... VI-18 6.2.3. Rancangan Dialog Layar ... VI-20 6.2.3.1. Sequence Diagram... VI-20 6.2.3.2. Struktur Tampilan ... VI-22 6.2.3.3. State Diagram... VI-23 6.2.3.4. Rancangan Layar ... VI-24 6.3. Rancangan Sistem Komunikasi ... VI-32 6.3.1. Sistem Komunikasi Data ... VI-32 6.3.2. Network... VI-35


(10)

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran... VII-2

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

Tabel 2.1. Analisis Spesifikasi Buangan Limbah Cair PGKM ...II-6 Tabel 2.2. Susunan Tenaga Kerja PG. Kwala Madu ... II-28 Tabel 5.1. Fungsi Elemen-elemen yang terkait ...V-4 Tabel 5.2. Data Masukan dan Keluaran yang akan Dihasilkan...V-5 Tabel 5.3. Perincian Aliran Informasi...V-6 Tabel 6.1. Analisis Keluaran ... VI-4 Tabel 6.2. Analisis Masukan ... VI-5 Tabel 6.3. Identifikasi Kebutuhan ... VI-5 Tabel 6.4. Rancangan Keluaran... VI-9 Tabel 6.5. Rancangan Keluaran... VI-11 Tabel 6.6. Tbl Pemasok... VI-19 Tabel 6.7. Tbl Kendaraan Pemasok ... VI-19 Tabel 6.8. Tbl Keterangan Bahan Baku ... VI-20 Tabel 6.9. Tbl Penerimaan Bahan Baku ... VI-20 Tabel 6.10. Tbl Berat Bahan Baku ... VI-20


(12)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman

Gambar 2.1. Saluran Produksi Parik Gula Kwala Madu ...II-3 Gambar 2.1. Struktur Organisasi Pabrik Gula Kwala Madu... II-27 Gambar 3.1. Sistem Informasi Manajemen... III-3 Gambar 3.2. Sistem Informasi Manufaktur... III-4 Gambar 3.3. Use Case Diagram... III-9 Gambar 3.4. Class Area ...III-10 Gambar 3.5. Class Diagram ...III-11 Gambar 3.6. Statechart Diagram...III-12 Gambar 3.7. Activity Diagram...III-13 Gambar 3.8. Sequence Diagram...III-14 Gambar 4.1. Blok Diagram Langkah-langkah Penelitian ... IV-1 Gambar 6.1. Sistem Informasi Manajemen PGKM... VI-1 Gambar 6.2. Model Penyimpanan Data pada Pabrik Gula Kwala Madu ... VI-2 Gambar 6.3. Sistem Informasi Penerimaan Bahan Baku PGKM... IV-3 Gambar 6.4. Activity diagram... VI-3 Gambar 6.5. Use Case Diagram ... VI-6 Gambar 6.6. Diagram Konteks ... VI-12 Gambar 6.7. Aliran Data ... VI-13 Gambar 6.8. Contoh Tabel Penerimaan Bahan Baku ... VI-15 Gambar 6.9. Rancangan Tabel Pemasok... VI-16


(13)

Gambar 6.10. Rancangan Tabel Kendaraan... VI-17 Gambar 6.11. Rancangan Tabel Keterangan Bahan Baku ... VI-17 Gambar 6.12. Rancangan Tabel Penerimaan Bahan Baku ... VI-18 Gambar 6.13. Rancangan Tabel Berat Bahan Baku ... VI-18 Gambar 6.14. Hubungan Rancangan Tabel ... VI-19 Gambar 6.15. Sequence Diagram... VI-21 Gambar 6.16. Struktur Tampilan ... VI-13 Gambar 6.17. State diagram... VI-23 Gambar 6.18. Tahapan untuk Mencapai Layar Laporan Data Bahan

Baku ... VI-24 Gambar 6.19. Rancangan Layar Laporan Data Bahan Baku ... VI-24 Gambar 6.22. Tahapan untuk Mencapai Layar Informasi Berat Bahan

Baku ... VI-25 Gambar 6.23. Rancangan Layar Informasi Berat Bahan Baku ... VI-25 Gambar 6.24. Tahapan untuk Sampai pada Layar Hasil... VI-26 Gambar 6.25. Rancangan Layar Hasil ... VI-26 Gambar 6.26. Proses Setelah Password Diterima... VI-27 Gambar 6.27. Rancangan Layar Password... VI-27 Gambar 6.28. Proses Setelah Memasukan ID Kendaraan... VI-28 Gambar 6.29. Rancangan Layar Terima Bahan Baku ... VI-28 Gambar 6.30. Proses Setelah Memasukan Data Berat Kendaraan ... VI-29 Gambar 6.31. Rancangan Layar Berat Kendaraan Pengangkut ... VI-29 Gambar 6.32. Pilihan pada Usulan Proses ... VI-30


(14)

Gambar 6.33. Rancangan Layar Usulan Proses ... VI-30 Gambar 6.34. Pilihan pada Status Penerimaan... VI-31 Gambar 6.35. Rancangan layar Status Penerimaan ... VI-31 Gambar 6.36. Skema komunikasi data ... VI-35 Gambar 6.37. Distributed data processing system ... VI-35 Gambar 6.38. Diagram Objek ... VI-36 Gambar 6.39. Topologi Star Network... VI-37 Gambar 6.40. Model Rancangan Sistem Informasi Penerinaan Baha


(15)

ABSTRAK

Sistem informasi merupakan suatu sistem dalam suatu organisasi yang merupakan kombinasi dari orang-orang, fasilitas, teknologi, media, prosedur-prosedur dan pengendalian untuk mendapatkan jalur komunikasi penting, memproses tipe transaksi rutin tertentu, memberi sinyal kepada manajemen dan yang lainnya terhadap kejadian-kejadian internal dan eksternal yang penting dan menyediakan suatu dasar informasi untuk pengambilan keputusan. Hal ini menyebabkan sistem informasi menjadi sangat penting untuk keberhasilan proses bisnis perusahaan.

Dalam merancang dan mengembangkan sistem informasi terdapat tiga metode yang sering digunakan, yaitu : metode terstruktur, metode rapid application development (RAD), dan metode berorientasi objek. Dalam kasus ini, perancangan sistem informasi penerimaan bahan baku menggunakan metode berorientasi objek. Metode berorientasi objek merupakan metode yang berfokus pada objek yang konsisten mulai tahap analisis, perancangan, dan implementasi sistem informasi.

Metodolologi berorientasi objek yang dipakai dalam merancang sistem informasi penerimaan bahan baku dapat mengintegrasikan elemen sistem informasi pada perusahaan sehingga pengiriman informasi ke seluruh bagian perusahaan dapat menjadi akurat, sesuai dengan yang dibutuhkan dan tepat waktu.

Melalui rancangan sistem informasi ini didapatkan pemecahan hasil-hasil sebagai berikut :

1. Sistem informasi terimplementasi ke dalam sebuah sistem informasi yang terkomputerisasi.

2. Seluruh data yang selama ini masih bersifat manual dapat dikonversikan ke dalam sistem yang terkomputerisasi.

3. Sistem dapat memberikan laporan-laporan yang selama ini dibutuhkan secara cepat, up to date dan dapat langsung dicetak.

Berdasarkan hasil-hasil tersebut, perancangan sistem informasi ini telah dapat menjawab rumusan permasalah yang dibahas dalam Tugas Sarjana ini. Namun sistem ini masih jauh dari sempurna dan dibutuhkan pengembangan-pengembangan lebih lanjut.


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sistem informasi adalah suatu sistem buatan manusia yang secara umum terdiri dari atas sekumpulan komponen berbasis komputer dan manual yang dibuat untuk menghimpun, menyimpan, dan mengelola data serta menyediakan informasi keluaran kepada para pemakai. Dewasa ini perkembangan teknologi informasi berkembang pesat seiring dengan kebutuhan perusahaan terhadap sistem informasi yang dapat memberikan pengaruh terhadap pengambilan keputusan yang akurat dan cepat dalam persaingan bisnis secara global saat ini.

Sistem informasi yang ada pada bagian penerimaan bahan baku Pabrik Gula Kwala Madu saat ini belum terintegrasi dengan baik hal ini dapat dilihat dari pemakaian teknologi informasi yang hanya sebatas penimbangan bahan baku, sementara itu penyimpanan data masih dilakukan secara tradisional dengan mengunakan alat tulis, sehingga untuk mendapatkan informasi dari catatan yang sudah lama akan kesulitan akibat dari penyimpanan database yang tidak baik.

Dalam menyampaikan informasi ke bagian yang memerlukan data dan informasi digunakan jasa tenaga karyawan untuk mengantarkan berkas tersebut, tentu saja hal ini membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak dan waktu yang lama apabila pengiriman informasi dilakukan dengan frekuensi yang tinggi dan perubahan informasi yang cepat sehingga menyebabkan informasi yang dikirim membutuhkan waktu yang lebih lama dan kurang akurat akibat dari perubahan informasi yang begitu cepat.


(17)

Apabila kondisi Pabrik Gula Kwala Madu PTPN II tidak diperbaiki, maka bagian penerimaan bahan baku akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengirim dan memperbaharui informasi, sehingga pihak manajemen ataupun bagian yang membutuhkan informasi tersebut kesulitan. Hal ini disebabkan insormasi tersebut memiliki pengaruh terhadap ketepatan pengambilan keputusan.

Dalam perkembangan sistem informasi, metode berorientasi objek merupakan metode yang mencoba melihat permasalahan melalui pengamatan dunia nyata dimana setiap objek adalah entitas tunggal yang memiliki kombinasi struktur data dan fungsi tertentu. Ini kontras dengan pemrograman terstruktur dimana struktur data dan fungsi didefinisikan secara terpisah dan tidak berhubungan secara erat.

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dirancang suatu sistem informasi yang efektif untuk penerimaan bahan baku yang berorientasi pada objek di Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan Nusantara II.

1.2. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah yang dihadapi perusahaan adalah:

1. Tidak tersedianya sistem informasi penerimaan bahan baku yang berbasis komputer.

2. Belum terintegrasinya sistem informasi penerimaan bahan baku yang mengakibatkan informasi yang dikirim tidak cepat dan akurat.

!.3. Tujuan Penelitian


(18)

1. Mendapatkan informasi awal kondisi sistem informasi pada Pabrik Gula Kwala Madu

2. Meninjau kelemahan sistem informasi penerimaan bahan baku Pabrik Gula Kwala Madu

3. Mendapatkan rancangan sistem informasi penerimaan bahan baku yang terintegrasi dengan baik sehingga dapat digunakan untuk meningkat efisiensi dan efektivitas pada stasiun penerimaan bahan baku pada Pabrik Gula Kwala Madu PTPN II.

1.4. Manfaat penelitian

1. Perusahaan akan mendapatkan suatu usulan perancangan sistem informasi yang mengintegrasikan seluruh fungsi dalam perusahaan sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cepat.

2. Memberikan wawasan dalam merancang sistem informasi dengan metode berorientasi objek.

1.5. Ruang lingkup penelitian

Ruang lingkup penelitian dan pembatasan masalah yang dilakukan pada penelitian ini adalah:

1. Studi awal sistem informasi penerimaan bahan baku

2. Analisis aktivitas dan fungsi-fungsi yang terlibat serta hubungan antar fungsi pada sistem informasi penerimaan bahan baku.

3. Analisis sistem informasi penerimaan bahan baku 4. Perancangan sistem informasi penerimaan nahan baku


(19)

1.6. Pembatasan Masalah

Dalam perancangan sistem informasi penerimaan bahan baku ini, pembahasan yang dilakukan mencakup studi awal, analisis dan perancangan sistem informasi. Dalam tulisan ini tidak membahas bahasa pemrograman dan biaya dalam merancang sistem informasi.

1.7. Asumsi yang digunakan

1. Karyawan pada bagian penerimaan bahan baku diberikan pelatihan tambahan agar dapat mengoperasikan sistem informasi dengan baik.

2. Peralatan dan perlengkapan yang mendukung sistem informasi dapat disediakan dengan baik

3. Perancangan program dan bahasa pemrograman dalam tugas akhir ini tidak dibahas

1.8. Sistematika Laporan

Sistematika penulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran umum tentang penelitian yang dilakukan. Penulisan laporan ini terdiri dari delapan, pada

bab satu pendahuluan, pada bab ini diuraikan latar belakang dilakukannya penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, asumsi yang digunakan, manfaat penelitian dan sistematika penulisan laporan. Bab dua gambaran umum perusahaan, bab ini memuat secara singkat dan berbagai atribut dari perusahaan yang menjadi objek penelitian, sejarah perusahaan, ruang lingkup bidang usaha, lokasi


(20)

perusahaan, organisasi dan manjemen serta proses produksi Pabrik Gula Kwala Madu PTPN II.

Bab tiga landasan teori, bab ini mengemukakan teori-teori yang merupakan landasan bagi pemecahan persoalan dan hasil studi kepustakaan lainnya yang dianggap turut membantu dalam pemecahan masalah. Bab empat metode penelitian, bab ini menguraikan tentang metode penelitian yang digunakan sebagai kerangka pemecahan masalah, baik dalam mengumpulkan data atau pun dalam menganalisa data yang diperoleh.

Bab lima pengumpulan dan pengolahan data, bab ini memuat data-data hasil penelitian yang diperoleh dari perusahaan sebagai bahan untuk pengolahan data yang digunakan sebagai dasar pada pembahasan masalah. Bab enam analisa pemecahan masalah, pada bab ini akan diuraikan tentang hasil yang diperoleh dari analisa data dan pemecahan yang dilakukan pada bab sebelumnya. Bab tujuh kesimpulan dan saran, bab ini berisikan kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis dari hasil penelitian ini serta saran yang perlu bagi perusahaan.


(21)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

Pabrik Gula Kwala Madu merupakan salah satu dari enam proyek pabrik gula pertama dari 18 proyek pabrik gula pemerintah RI yang direncanakan dibangun di luar pulau Jawa dalam rangka memenuhi kebutuhan gula dan menuju keswasembadaan gula di Indonesia, dan merupakan proyek pembangunan pabrik gula ke-2 di Sumatera Utara sesudah Pabrik Gula Sei Semayang.

Pabrik Gula Kwala Madu di Kwala Begumit, kecamatan Stabat, kabupaten Langkat kira-kira 36 Km dari kota Medan. Dengan tender internasional oleh pemerintah Indonesia yang diselenggarakan oleh Proyek Pembangunan Industri Gula (PPIG) pada tahun 1981, dimana hasilnya dimenangkan oleh Hitachi Ship Building & Ingineering Co.Ltd. (yang kemudian bernama Hitachi Zosen). Hitachi Zosen sebagai kontraktor menunjuk perusahaan Indonesia sebagai sub kontraktor, yaitu:

1. PT. Gruno Nasional untuk pekerjaan sipil dan struktur

2. PT. Indonesia marine Co. Ltd. (PT. Indo Marine) untuk lokal pabrication & erection.

Sebagai pengawas ditunjuk PT. Tanindo yang melimpahkan pekerjaan tersebut kepada Joint Sugar Project Unit (JSPU) / Kantor Proyek Gula Bersama (KPGB) Surabaya.

Sesuai Kontrak pemerintah RI dengan Hitachi Zosen yang ditandatangani tanggal 23 November 1981 dan mulai berlaku tanggal 6 Februari 1982, pabrik harus


(22)

keterlambatan yang diterima selama 14 hari. Ternyata Pabrik Gula Kwala Madu dapat diselesaikan (dalam arti dapat beroperasi)1 bulan lebih maju dari ketentuan kontrak yaitu tanggal 20 Januari 1984

Pabrik Gula Kwala Madu bekerja secara kontinu 24 jam sehari dalam masa giling yang dibagi menjadi tiga shift jam kerja, dimana satu shift adalah 8 jam. Kapasitas pabrik 4000 ton tebu sehari (4000 TCD)

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

Berdasarkan pengelompokan perusahaan gula negara, Pabrik Gula Kwala Madu dikategorikan ke dalam empat pengelompokan sesuai dengan SK Menteri Pertanian No.59/KPTS/EKKU/10/1997 yang mengelompokan pabrik gula berdasarkan kapasitas dalam:

1. Golongan A untuk pabrik dengan kapasitas 800-1200 ton 2. Golongan A untuk pabrik dengan kapasitas 1200-1800 ton 3. Golongan A untuk pabrik dengan kapasitas 1800-2700 ton 4. Golongan A untuk pabrik dengan kapasitas 2700-4000 ton

Selain Pabrik Gula Kwala Madu, PTPN II juga memiliki pabrik gula yang lain yaitu pabrik gula Sei Semayang dengan kapasitas 4000 ton.

2.3. Lokasi Perusahaan

Lokasi Pabrik Gula Kwala Madu berada di Kwala Begamit, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat, kira-kira 36 Km dari kota Medan. Lokasi ini jauh dari keramaian penduduk dan cukup dekat dengan lokasi bahan baku yaitu perkebunan tebu.


(23)

Pemasaran pada Pabrik Industri Gula PTPN II dimulai dari proses pemesanan. Pesanan ini diterima oleh pihak perusahaan melalui bagian pemasaran, selanjutnya bagian pemasaran akan memberitahukan pemesanan tersebut ke pabrik untuk diproses. Setelah pemesanan selesai diproses, maka selanjutnya dikirim kepihak Bulog sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

Saluran produksi Pabrik Gula PTPN II sampai ketangan konsumen dapat digambarkan seperti berikut

Gambar 2.1. Saluran produksi Parik Gula Kwala Madu

2.5. Aspek Sosial dan Lingkungan 2.5.1. Aspek Sosial Perusahaan

Pabrik Gula PTPN II

Bagian Pemasaran

BULOG


(24)

Berdirinya Pabrik Gula Kwala Madu ini cukup membantu dalam menampung tenaga kerja yang ada disekitar pabrik tersebut, sehingga dapat mengurangi angka pengangguran di lingkungan pabrik.

2.5.2. Aspek Lingkungan Perusahaan

Letak Pabrik pada suatu tempat dapat memberi pengaruh terhadap lingkungannya, baik pengaruh terhadap yang langsung ataupun pengaruh yang tidak langsung. Pengaruh langsung yang perlu diperhatikan adalah pengaruh limbah terhadap lingkungan disekitar pabrik.

Ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup telah ditetapkan di Indonesia melalui undang-undang No.4/1982, antara lain mengharuskan membuat Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) sebelum pembangunan suatu pabrik dan melaksanakan Studi Evaluasi Mengenai Dampak Lingkungan (SEMDAL) pabrik yang sudah berjalan.

AMDAL sebagai alat dalam perencanaan harus mempunyai peranan dalam pengambilan keputusan tentang proyek yang sedang direncanakan. Artinya AMDAL tidak banyak artinya apabila dilakukan setelah diambil keputusan untuk melaksanakan proyek tersebut. Namun pada pihak lain juga tidak benar menganggap AMDAL sebagai satu-satunya faktor penentu dalam pengambilan keputusan, disamping masukan dari bidang teknik, ekonomi, dan lain-lain.

PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Pabrik Gula Kwala Madu sebagai salah satu industri yang menggunakan tebu sebagai bahan baku utamanya tidak diragukan lagi


(25)

menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan sehingga tidak didahului penyusunan penyajian evaluasi lingkungan (SEL)

Dampak negatif akibat kegiatan di Pabrik Gula Kwla Madu yang harus segera disusun Rencana Pengelolaan Lingkungan (RPL) untuk penurunan kualitas air adalah:

1. Pengolahan Limbah Cair

1) Perbaikan kolam pengolahan

2) Pendaurulangan air jatuhan kondensor 2. Penanggulangan Limbah Padat

1) Pemanfaaatn blotong untuk bahan baku pupuk kompos 2) Pemanfaatan ampa tebu untuk bahan bakar di Boiler 3) Pemanfaatan abu ketel untuk campuran pupuk kompos

3. Pengolahan Limbah Gas

Penanganan abu cerobong ketel yang banyak mengandung abu ketel dengan pemasangan wet scrubber (ampas basah) pada gas duck boiler (antara IDF

dengan cerobong).

Tabel 2.1. Analisis Spesifikasi Buangan Limbah Cair PGKM


(26)

Ambang Batas

Limbah

A Sistem Pengendalian

Kolam

1. Kolam pendingin/ stabilisasi

PH 6-9 6.40

Temperatur C <40 31.70 Pengoperasian Aerator Jam/ Hari 24 24 2. Kolam Oksidasi/ Aerasi

PH 6-9 7.70

Pertumbuhan Bakteri Positif Positif Pengoperasian Aerator Jam/ Hari 24 24 3. Kolam Pengendapan/

Clarifier

PH 6-9 7.80

Temperatur C 27-32 30.00

B Analisis Buangan Akhir

1. BOD3 Mgr/ L <100 98 2. COD Mgr/ L <250 243 3. TSS Mgr/ L <175 169

4. PH 6-9 7.30

5. Temperatur C 27-32 28.50

Sumber : Laboratorium PGKM

Bila dibandingkan spesifikasi buangan limbah Pabrik Gula Kwala Madu dengan nilai ambang batas yang diperkenankan seperti terlihat pada tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa kandungan zat terlarut pada limbah masih dalam nilai ambang batas yang aman bagi lingkungan.


(27)

2.6. Proses produksi

2.6.1. Standar Mutu Produk

Standar mutu produk yang ditetapkan oleh pihak perusahaan adalah standard mutu produk berdasarkan Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) yang ada di Yogyakarta.

Adapun standard mutu produk yang ditetapkan perusahaan adalah : - Gula hasil produksi warnanya putih dan jernih

- Ukuran kristal memenuhi persyaratan yaitu 0,9 - 1,0 mm - Kadar air < 0,1 %

- Pol : 99,5 %

2.6.2. Bahan yang digunakan

1. Bahan Baku

Bahan baku adalah semua bahan yang digunakan sebagai bahan utama dalam proses produksi. Adapun bahan baku yang digunakan dalam proses produksi yang terdapat di Pabrik Gula Kwala Madu adalah tebu.

Tebu yang akan dipanen mempunyai rendemen (kadar gula) rata – rata sekitar 6,5 – 7 %. Pemanenan tebu dilakukan antara 10 – 12 bulan sejak ditanam, dimana sebelumnya diperiksa terlebih dahulu dengan mengambil sepuluh batang tebu secara acak sebagai sampel/contoh. Tebu yang baik untuk diolah adalah yang matang dan kandungan gula dalam batang adalah sama.

Kadar gula dalam tebu dipengaruhi oleh faktor intern yaitu varietas tebu dan faktor eksternal adalah iklim, kondisi tanah, serta perawatan dan pemeliharaan.


(28)

Faktor yang paling nyata dalam kandungan gula adalah iklim, karena itu panen dilakukan saat curah hujan sedikit yaitu antara bulan Januari sampai dengan bulan Agustus.

2. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi, yang ditambahkan dalam proses pembuatan produk sehingga dapat menghasilkan produksi gula.

Bahan tambahan pada produksi gula adalah : 1) Air

Air digunakan sebagai air imbibisi pada stasiun gilingan untuk memeras kandungan gula pada ampas tebu semaksimal mungkin. Volume air yang dibutuhkan sebanyak 20 % dari ton tebu/jam.

2) Susu Kapur

Kapur tohor dibuat menjadi susu kapur yang berfungsi untuk menaikkan pH nira menjadi 8,0 – 8,5. pemilihan susu kapur sebagai bahan yang digunakan untuk menaikkan pH nira didasarkan pada harganya yang murah dan mudah membuatnya.

3) Belerang

Gas belerang dibuat dari belerang yang digunakan dalam pemurnian nira. Tujuan pemberian gas belerang adalah :


(29)

a. Menetralkan kelebihan air kapur pada nira terkapur pH mencapai 7,0 – 7,2.

b. Untuk memutihkan warna yang ada dalam larutan nira yang mengurangi pengaruh pada warna kristal dan gula

4) Flokulant

Flokulant diberikan untuk mempercepat pengendapan yang bertindak sebagai pengikat partikel halus yang tidak larut dalam nira (larutan untuk membentuk gumpalan partikel yang lebih besar dan lebih mudah diendapkan untuk disaring).

5) Talofloc dan Talofloate

Talofloc atau sering disebut gamping, diberikan untuk mengikat nira, sedangkan

Talofloate untuk mereduksi warna dari pekat menjadi warna yang lebih pucat. Kedua zat ini bertujuan untuk meningkatkan kemurnian dari nira kental.

6) Asam Phospat

Digunakan pada proses stasiun toladura yang mempunyai fungsi seperti gas SO2.

3. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu produk atau bahan yang ditambahkan ke dalam produk dimana keberadaannya tidak mengurangi nilai produk tersebut. Bahan-bahan penolong yang digunakan dalam produksi gula adalah :


(30)

2) Benang jahit untuk menjahit karung plastik.

2.6.3. Uraian Proses Produksi

Proses pembuatan gula dari tebu pada Pabrik Gula Kwala Madu dibagi dalam beberapa stasiun, yaitu stasiun gilingan (mill station), stasiun pemurnian, stasiun penguapan, stasiun masakan, stasiun putaran dan penyelesaian. Lama pekerjaan sekitar 8 jam/shift.

1. Pengerjaan Pendahuluan

Tebu yang telah ditebang dari kebun diangkut ke pabrik dengan truk dengan kapsitas 7 ton sampai lebih dari 10 ton. Sebelum sampai halaman pabrik, tebu beserta truck ditimbang, kemudian setelah tebu dibongkar di halaman pabrik, maka truck ditimbang kembali sehingga diperoleh berat bersih (netto). Sedangkan waktu antara penebangan dengan proses awal tidak lebih dari 24 jam. Tebu yang diangkut truk dengan kapasitas 5-6 ton naik ke truck tipller dan dijungkitkan dengan tenaga pompa hidrolik sehingga tebu jatuh ke feeding cane carrier. Sedangkan yang diangkut dengan truk yang berkapasitas 8-10 ton yang menggunakan tali pengangkut dibongkar dengan menggunakan cane lifter hilo

ke dalam feeding cane table, dimana kabel hilo dihubungkan dengan tali pengangkut tebu pada truk. Berikutnya tenaga hidrolik digerakan sehingga posisi tebu terangkat miring dan tebu tumpah ke feeding cane table, lalu pemasukan tebu ke cane carrier diatur sedemikian rupa sehingga memenuhi kapasitas giling yang direncanakan.


(31)

Oleh feeding cane carrier tebu dibawa ke cane leveller guna pengaturan pemasukan tebu menuju cane cutter I. Pada cane cutter I tebu dipotong-potong secara horizontal, dan selanjutnya dibawa cane carrier ke cane cutter II untuk dicacah lebih halus lagi.

Sebelum jatuh ke gilingan, logam-logam besi yang terikut pada potongan tebu ditarik oleh tramp iron separator dan potongan-potongan tebu diatur masuknya ke gilingan.

2. Stasiun Gilingan (Mill Station)

Fungsi dan tujuan dan penggilingan ini adalah untuk mendapatkan air nira sebanyak mungkin. Penggilingan dilakukan sebanyak lima kali dengan lima unit gilingan (Five Set Three Roller Mill) yang disusun seri dengan memakai tekanan hidrolik yang berbeda-beda. Alat ini terdiri dari tiga buah rol yang terbuat dari besi (satu set) yang mempunyai permukaan yang beralur berbentuk V dengan sudut 300 yang gunanya untuk memperlancar aliran nira dan mengurangi terjadinya slip. Jarak antara roll atas (Top Roll) dengan roll belakanag (Bagasse Roll) lebih kecil dari pada antara roll atas dengan roll depan (Feed Roll). Besarnya tekanan maksimum pada penggilingan adalah 150-200 Kg/cm2 dengan putaran rol yang berbeda antara gilingan yang satu dengan yang lain dimana gilingan I sekitar 5,3 rpm ; gilingan II 5,0 rpm ; gilingan III 5,0 rpm ; gilingan IV 5,2 rpm ; gilingan V 4,2 rpm.


(32)

1) Tebu yang sudah dicacah halus dibawa cane carrier evalator ke gilingan pertama. Air perasan (nira) dari gilingan I ditampung pada bak penampungan I. Ampas dari gilingan I masuk pada gilingan II untuk diperas lagi. Air perasan masuk dalam bak penampungan nira yang diperoleh dari bak penampungan I, yang disebaut dengan Primary Juice.

2) Nira dari gilingan I dan II masih terdapat ampas yang nantinya sama-sama ditampung pada bak penampungan I. Nira pada bak penmpungan I disaring pada juice strainer kemudian ampasnya dimasukkan pada gilingan II dan nira yang disaring ditampung dalam satu tangki dan siap dipompakan pada stasiun pemurnian. Tangki penampungan ini disebut Raw Juice Tank.

3) Ampas dari gilingan II masuk ke gilingan III untuk diperas lagi. Air perasan ditampung pada bak penampung II dan digunakan untuk menyiram ampas dari gilingan I.

4) Ampas dari gilingan III masuk ke gilingan IV. Air perasan ditampung pada bak penampung III dan digunakan untuk menyiram ampas dari gilingan III

5) Ampas dari gilingan IV masuk ke gilingan V untuk diperas lagi. Air dari gilingan V ditampung pada bak IV dan digunakan untuk menyiram ampas dari gilinagan IV. Ampas dari gilingan IV diberi air imbibisi, air imbibisi ini berasal kondensat evaporator badan IV dan V dan temperatur imbibisi sekitar 60-70oC.


(33)

6) Ampas tebu dari gilingan V selanjutnya diangkut dengan 1 unit konveyor melalui satu plat saringan., dimana ampas berserat kasar dilewatkan menuju boiler dan ampas halus dipisah digunakan untuk membantu proses penyaringan pada alat vacum filter di stasiun pemurnian.

Semakin kebelakang ampas tebu, kadar nira yang dikandungnya akan semakin kecil. Ampas tebu dari gilingan V diangkut dengan satu unit konveyor melalui satu palt saringan dimana ampas kasar dibawa menuju boiler untuk bahan bakar dan sebagian dibawa menuju gudang ampas sebagai cadangan. Sedangkan ampas halus dihisap dengan Bagasse fan yang terdapat dibawa saringan dan dikirim lagi ke Bagacillo Tank untuk digunakan sebagai pencampur pada Rotary Vacum Filter yang terdapat pada stasiun pemurnian.

Pemberian imbibisi pada ampas gilingan IV mempunyai fungsi untuk melarutkan nira yang masih ada tertinggal pada ampas tersebut. Air yang diberikan tersebut dengan debit air 20 % dari kapasitas tebu/jam dan suhu 70oC dengan perbandingan 19-24 % dari berat tebu untuk kapasitas tebu perjam. Bila air imbibisi diberikan terlalu banyak akan melarutkan gula lebih banyak, tetapi akan menyebabkan waktu penguapan terlalu lama. Sebaliknya bila imbibisi kurang maka kadar gula akan tertinggal pada ampas cukup tinggi, karena itu perlu ditentukan jumlah penambahan air imbibisi yang optimum selama penggilingan berlangsung, apabila persediaan tebu telah habis sehingga stasiun penggilingan terhenti maka Roll Mill harus disiram dengan larutan kapur yang berfungsi untuk mencegah perkembangan mikroorganisme. Nira yang


(34)

diperoleh dari stasiun gilingan yang ditampung bak penampung (raw juice tank) selanjutnya dipompakan menuju stasiun pemurnian.

3. Stasiun Pemurnian

Tujuan proses pada stasiun pemurnian adalah untuk menghilangkan kotoran dari dalam nira sehingga nira yang dihasilkan lebih murni mengandung sakarosa. Tujuan utama dari stasiun pemurnian adalah untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang terkandung dalam nira mentah. Didalam proses pemurnian ada beberapa tahap yang dilakukan, yaitu :

1) Timbangan nira mentah (Juice Weighting Scale)

Nira mentah dari tangki penampungan dialirkan melalui pipa saringan dan dipompakan ke tangki nira mentah tertimbang. Dalam penimbangan nira mentah dipakai timbangan Maxwelt Bolougne yang dapat bekerja secara otomatis dengan berat sekali timbngan 5,5 ton. Prinsip dari alat ini adalah atas dasar sistem keseimbangan gaya berat bejana dan bandul, dimana nira akan berhenti secara gravitasi ke tangki penampungan.

2) Pemanas nira 1 ( Juice Heater 1)

Nira yang didalam tangki penampungan selanjutnya dipompakan ke alat pemanas 1(primary heater)yang memiliki 2 unit pemanas. Tujuan dari pemanas 1 adalah untuk menyempurnakan reaksi yang telah terjadi dan mematikan


(35)

bejana pengendapan nanti. Pada tangki pemanas nira 1 nira dipanaskan hingga suhu 70oC, kemudian nira dialirkan ke dalam badan pemanas 2 dan dipanaskan hingga temperatur menjadi 75oC. media panas pada pemanas nira 1 merupakan uap bekas yang dihasilkan oleh evapurator 1 dan 2.

3) Tangki defekasi (defecator)

Nira yang terdapat didalam tangki pemanas 1 (pemanas 1 nira) dipompakan ketangki defeksi untuk pembubuhan susu kapur dengan fungsi untuk mengubah pH nira 5,6 menjadi 8,0-8,5. pemasukan susu kapur diatur dengan control value yang dikendalikan oleh pH Indicator Controler. Tujuan dari penambahan dari susu kapur adalah agar asam-asam yang terdapat pada nira menjadi basa karena gula akan rusak bila gula dalam keadaan asam.

4) Tangki sulfitas

Untuk menetralkan kembali nira yang terdapat dalam tangki defekasi, maka nira tersebut dikirim ketangki sulfitas tipe sekat parabolis. Tangki sulfitas berfungsi untuk mencampur nira terkapur dari tangki defekasi dengan gas SO2 dari tabung belerang. Sedangkan sekat parabolis berfungsi untuk membantu proses pencampuran sehingga pencampuran dapat berjalan dengan kontinyu.

Penambahan gas SO2 dengan maksud agar nira terkapur mengalami penurunan pH menjadi 6,0-6,5 pada suhu 70o-75oC dengan waktu 5 menit. Pada tangki sulfitase ini diharapkan pada kelebihan susu kapur akan bereaksi dengan gas SO2. Selanjutnya dinetralkan kembali pada Netralizing Tank sehingga pH tercapai 7,0-7,2..


(36)

5) Tangki Tunggu

Nira mentah dari sulfitator ke tangki peti tunggu dengan waktu 6 menit. Fungsi dari tangki tunggu adalah untuk mendapatkan koloid-koloid yang berupa kotoran yang terbentuk di tangki sulfitator.

6) Tangki Netralisasi

Tangki netralisasi berfungsi untuk mengatur pH nira yang keluar dari tangki

sulfitator. Didalam tangki netralisasi ini nira diaduk dengan alat pengaduk mekanis. Jika pH nira kurang dari 7,0 maka nira ditambah dengan susu kapur sehingga pH nira naik menjadi 7,0-7,2.

7) Pemanas Nira 2 (Juice Heater 2)

Nira dari peti tunggu dipompakan dengan mesin pompa centrifugal ke pemanas nira 2 yang juga memiliki dua unit badan pemanas. Pada badan pemanas dua nira dipanaskan dengan temperatur 105oC. prinsip kerjanya sama dengan pemanas nira 1.

8) Tangki Pengembang (Flash Tank)

Nira yang berasal dari pemanas nira 2 dialirkan ke tangki pengembang. Tangki pengembang ini berfungsi untuk menghilangkan udara dan gas-gas yang terlarut dalam nira.


(37)

Bila udara dan gas-gas yang terlarut dalam nira tidak dihilangkan, maka akan mengganggu atau menghambat pemisahan kotoran-kotoran dari nira ditangki pengendapan.

9) Tangki Pengendapan (Door Clalifier)

Nira ditangki pengembang dialirkan ke tangki pengendapan, sehingga terpisahlah antara nira yang jernih (bagian atas) dan nira kotor (bagian bawa), nira jernih dialirkan ke stasiun penguapan (evapurator), sedangkan endapan nira atau nira kotor dibagian bawa dicampurkan ke Mud Feed Mixer untuk dicampur dengan ampas halus yang berasal dari stasiun penggilingan. Tangki pengendapan bekerja secara kontinyu dan memiliki empat kompertement yang dipergunakan untuk mempermudah proses pengendapan. Endapan yang terbentuk disapu dengan skrap yang bergerak lambat. Endapan jatuh ke tepi tiap-tiap peralatan. Selanjutnya dipompakan ke Mud Feed Mixer, sedangkan nira jernih keluar melalui pipa-pipa yang dipasang pada tiap kompertement. Agar pengendapan lebih cepat, maka diberikan floculant, dimana pemberiannya dilakukan pada nira masuk ke tangki pengendapan. Pencampuran ini bertuijuan untuk membantu pada saat penyaringan (vacum filter) yang memisahkan nira dengan kotoran. Saringan yang digunakan adalah saringan hampa (rotary vacuum filter).

Nira hasil saringan disebut filtrate selanjutnya dikembalikan ke timbangan nira mentah. Sedangkan endapan kotoran yang tersaring disebut dengan blotong yang selanjutnya dibuang atau dijadikan pupuk. Jadi dapat kita ketahui secara


(38)

jelas bahwa tangki pengendapan berfungsi untuk memisahkan endapan yang terbentuk dari hasil reaksi dengan larutan yang jernih.

4. Stasiun Penguapan (Evaporator Station)

Stasiun penguapan pada proses pengolahan gula di Pabrik Gula Kwala Madu menggunakan empat unit evaporator yang disebut Quadruple Evaporator yang bertujuan untuk menguapkan air dan nira yang menggunakan proses vakum. Tujuan dari stasiun penguapan adalah untuk menguapkan air yang terkandung dalam nira encer, sehingga nira akan lebih mudah dikristalkan dalam proses selanjutnya. Penguapan dilakukan pada temperatur 50oC – 110oC dan untuk menghindari kerusakan sakarosa maupun monosakaridanya dilakukan penurunan tekanan di dalam evaporator sehingga titik didih nira turun. Evaporator yang tersedia ada lima unit yaitu empat unit beroperasi dan satu unit sebagai cadangan bila ada pembersihan. Selama proses berlangsung temperatur dari masing-masing evaporator berbeda-beda. Untuk menghemat panas yang diperlukan, maka media panas untuk evaporator 1 digunakan untuk uap bekas yang berasal dari Low Pressure tekanan < 1kg, sedangkan media pemanas bagi

evaporator yang lain memanfaatkan kembali uap yang terbentuk dari evaporator

sebelumnya. Hal ini disebut vapour, temperatur pada evaporator 1 sebesar 110oC dan berangsur-angsur turun sampai temperatur 50-55oC pada evaporator 4. hal ini dapat dilakukan dengan menurunkan tekanan yang berbeda-beda dari

evaporator 1 sampai dengan evaporator 4. Peristiwa mengalirnya uap dari


(39)

sehingga mengembun. Terkondensasinya uap menyebabkan terjadinya penurunan tekanan dalam Shell sehingga uap air nira evaporator 1 dapat mengalir pada evaporator 2 dan seterusnya. Uap nira evaporator 4 masuk ke dalam kondensor untuk diembunkan (dikondensasikan) dan dijatuhkan bersama air injeksi, sedangkan uap-uap yang tidak terkondensasikan dibiarkan keluar ke udara. Peristiwa mengalirnya nira dari evaporator 1 ke evaporator 2 dan seterusnya disebabkan karena adanya perbedaan tekanan vakum pada masing-masing evaporator. Nira encer yang masuk pada setiap evaporator akan bersikulasi sampai mencapai brix tertentu dan secara otomatis valve akan terbuka sehingga nira mengalir menuju evaporator berikutnya. Demikian seterusnya sampai ke evaporator 4.

5. Stasiun Masakan

Untuk mencapai kualitas gula dalam nira kental tidak cukup dikristalkan dalam satu kali proses kristalisasi. Adapun tujuan utama dari stasiun ini adalah mengeluarkan nira sebanyak mungkin dari nira kental melalui beberapa proses kristalisasi. Pada stasiun ini dilakukan pada pemanasan nira sampai lewat jenuh dengan cara menguapkan sampai berbentuk kristal dengan temperatur masakan 50-65oC. Metode penguapan ini tergantung pada harkat kemurnian (HK) gula dan dilakukan beberapa cara antara lain:

Sistem 4 (empat) tingkat : ABCD (untuk HK>8,3)

Sistem 3 (tiga) tingkat : ABD atau ACD (untuk HK 70 – 80) Sistem 2 (dua) tingkat : AD (untuk HK<70)


(40)

Proses produksi gula yang terdapat di Pabrik Gula Kwala Madu dengan melakukan sistem 3 (tiga) tingkat ABD karena mempunyai HK gula sekitar 80, pada masakan A dan B diusahakan harkat kemurnian (HK) yang tertinggi. Untuk masakan D diusahakan HK gula sekitar 58 – 60, sedangkan untuk gula tetes HK harus lebih kecil dari 30. Pelaksanaan proses masakan harus dilakukan pada tekanan hampa untuk menjaga agar tidak terjadi pemecahan sukrosa, karena pada suhu yang tinggi akan membentuk caramel yang berwarna gelap sehingga mutu gula akan rendah. Titik didih larutan gula lebih besar dari titik didih air murni, karena hal ini disebabkan adanya zat yang terlarut. Dalam proses masakan, langkah-langkah yang harus yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1) Menarik Hampa

Sebelum proses masakan dimulai, tangki masakan (pan masakan) terlebih dahulu dibuat hampa udara dengan tekanan vakum 40 cmHg lalu saluran penghubung dengan tangki penguapan dibuka perlahan-lahan sampai terbuka penuh, sehingga keadaan maksimum tekanan 66 cmHg, sementara itu stem pemanas dibuka lebih kecil untuk pemasakan.

2) Pembuatan Bibit

Pembuatan bibit dilakukan dengan fodan, dimana inti kristal yang memiliki bentuk kristal yang baik dan memiliki ukuran yang sama. Inti ini dapat dibuat dengan menggiling kristal yang kasar sehingga menjadi kristal halus dan dapat dibuat di luar pan masakan. Besar kristal dan kondisi masakan dapat diketahui


(41)

dengan sogokan yang terdapat ditangki masakan dengan cara meletakkan kristal gula pada kaca transparan dan diamati pada sinar lampu. Jika disekitar gula lebih mudah bergabung dengan kristal gula untuk memperoleh kristal gula yang dinginkan.

a. Memperbesar Kristal

Bila bibit yang dibuat cukup, maka diperbesar sampai ukuran yang diharapkan yaitu 0,8 – 0,9 mm, hal ini dapat dilakukan dengan pemberian bibit yang baik, maka diperoleh kondisi kristal gula yang baik.

b. Masakan Tua

Masakan tua adalah apabila telah tercapai ukuran kristal sesuai dengan ketentuan. Tujuan masakan tua adalah melanjutkan masakan dalam pan kristalisasi tanpa menambahkan larutan baru dengan kesepakatan setinggi-tingginya agar tidak terjadi kemungkinan yang tidak diinginkan pada kristal baru. Apabila ketentuan diatas telah terpenuhi, maka terjadilah kristal yang cukup rapat dan dengan pengkristalan yang telah sesuai.

c. Palung Pendingin

Masakan tua yang ukurannya 0,8 – 0,9 mm akan dikeluarkan dari tangki masakan dan dimasukan ke dalam palung pendingin yang terdapat dibawa tangki masakan. Penurunan masakan dimulai dengan penghilangan tekanan hampa. Penghilangan tekanan hampa dengan cara menutup hubungan dengan pas masakan dengan bejana penghubung, kemudian kran yang menghubungkan


(42)

masakan diturunkan, pan masakan dicuci dengan steam (uap) panas untuk membersihkan sisa-sisa kristal gula dan larutan-larutan yang tertinggal, agar pada masakan selanjutnya tidak mengganggu proses pengkristalan dan kualitas gula yang terbentuk. Larutan dari pan masakan dialirkan ke stasiun putaran.

d. Pemisahan masakan D

Hasil dari pemisahan masakan D dihasilkan gula D dan tetes serta putaran D adalah gula D1 yang akan diputar untuk kedua kalinya sehingga diperoleh klare D2 dan babonan (bibit) lalu dipompakan ke tangki bibitan yang merupakan bibit untuk masakan A dan B.

e. Pemisahan masakan A dan B

Hasil pemisahan masakan A akan dihasilkan gula A dan stroop A, dimana stroop A merupakan bahan dasar untuk masakan B. Hasil pemisahan masakan B akan dihasilkan gula B dan stroop B, dimana stroop B merupakan bahan dasar untuk masakan D. Gula A dan gula B diperoleh dari hasil pemisahan dikirim ke alat mixer A/B dan dicampur menjadi gula A/B. Kemudian gula A/B diputar kembali dengan menggunakan alat pemutar centrifugal sehingga diperoleh gula dengan kemurnian yang lebih tinggi sebagai gula produk.

6. Stasiun Pemutaran/Pemisahan

Hasil dari proses pengkristalan dalam pan masakan adalah campuran antara kristal gula, stroop dan tetes. fungsi dari stasiun pemutaran adalah untuk memisahkan kristal gula dari stroop dan tetes yang terdapat dalam masakan, alat


(43)

ini bekerja berdasarkan gaya centrifugal. Untuk mendapatkan kristal dalam bentuk murni, maka campuran ini harus dipisahkan, pemisahan dilakukan dengan penyaringan. Saringan yang digunakan untuk massa campuran ini dengan menggunakan kekuatan pusing (gaya centrifugal). Massa dimasukkan dalam alat centrifugal, maka massa akan terlempar menjauhi sumbuh poros. Karena ada saringan, kristal akan tertahan, sedangkan larutan akan menembus lubang-lubang saringan. Dengan demikian terpisahlah antara larutan dengan kristalnya. Sesudah pemutaran sebagian larutan akan terpisah tetapi masih ada larutan yang menempel pada kristal. Untuk menghilangkan larutan tersebut, maka dibantu siraman air sehingga larutan tersebut akan terlarut dalam air sehingga larutan tersebut akan terlarut dalam air sehingga putaran kedua akan diperoleh kristal gula produk.

7. Stasiun Penyelesaian

Kristal gula yang diturunkan pada putaran SHS langsung ke Grasshopper Conveyor untuk penampungan sekaligus mendinginkan kemudian disalurkan ke

Grasshopper Conveyor untuk memperbesar areal pendinginan dan sekaligus merata gula SHS terhadap sugar elevator. Dalam sugar elevator ini kondidi gula SHS masih dalam keadaan basah. Hal ini perlu dilakukan pengeringan pendinginan untuk mendapatkan gula SHS yang standard. Gula SHS tersebut dimasukan ke dalam sugar dryer dan cooler dimana sistem pemanasan dan pengeringan dilakukan dengan cara mekanis dan memberikan udara panas dan suhu kira-kira 80-90oC yang dilairkan melalui air dryer langsung ke dryer cooler. Kemudian gula tersebut dimasukan ke Bucket Elevator dan diteruskan ke


(44)

Vibrating Screen. Pada Vibrating Screen kristal gula SHS telah mencapai kekeringan dan pendinginan yang cukup.

Didalam sugar dryer dan cooler dilengkapi suatu alat pemompa yang berfungsi untuk menarik gula halus yang terkandung dalam proses pembuatan gula SHS. Gula halus ini dialirkan melalui pipa rangkap dan secara otomatis diinjeksikan dengan air imbibisi oleh pemisahan Nozle untuk menangkap parikel-partikel gula halus. Kemudian partikel-partikel gula tersebut dimasukan ke dalam bak penampungan dan dialirkan ke stasiun masakan untuk proses selanjutnya. Proses gumpalan-gumpalan gula dimasukan ke dalam tangki peleburan gula, selanjutnya dikirim ke stasiun masakan untuk proses selanjutnya. Gula standard dimasukan ke alat pembawa gula melalui penyadap logam yang mana penyadap logam ini berfungsi untuk menangkap partikel-partikel logam yang terbawa atau tercampur dengan gula produksi. Untuk mengoptimalkan gula SHS dari kadar logam tersebut diatas diperlukan pembersihan secara bertahap atau periodik dengan jangka waktu 3 kali dan 8 jam. Kemudian gula yang telah bersih dari penyadap logam diatas dibawa oleh alat pembawa gula menuju kepenampungan gula sebagai penimbunan untuk pengemasan.

8. Pengemasan dan Penggudangan Gula Produksi

Penampungan gula yang dilengkapi dengan dua alat pengisi gula secara otomatis, dimana setiap alat pengisi mempunyai timbangan yang telah ditentukan oleh badan metrologi dan bekerja sama dengan BULOG untuk menjamin keamanan dan keselamatan produksi gula SHS tersebut dengan


(45)

ketentuan 50 kg/karung. Untuk menjaga keselamatan produksi gula SHS ditetapkan oleh pihak direksi dengan standard.

Gula produksi SHS yang dikemas dikirim ke gudang untuk penyimpanan sementara dimana gula produksi ini disimpan dengan suhu gudang 30-35oC dengan kelembaban udara dalam ruang sekitar 73-82%. Kapasitas gudang 12.740 ton, namun kapasitas optimum yang dipakai adalah 10.056 ton untuk pendistribusian dan pemasaran gula produksi SHS ketentuannya diatur oleh pihak direksi melalui bagian pemasarannya.

2.7. Struktur Organisasi Perusahaan

Dalam suatu perusahaan, organisasi dan struktur organisasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan dan pencapaian tujuan perusahaan. Dengan adanya organisasi dapat dilihat sistem birokrasi yang menggambarkan bagaimana setiap pekerjaan dilaksanakan dengan teraturdan penuh tanggung jawab sehingga rencana-rencana kerja dapat dilaksanakan dengan baik serta pengawasan akan lebih mudah dilakukan.

Sturktur organisasi adalah kerangka antar hubungan satuan-satuan organisasi, dimana satuan-satuan tersebut mempunyai tanggung jawab, tugas dan wewenang tertentu dalam jalinan kesatuan yang lebih utuh.

Struktur organisasi digambarkan pada skema organisasi (Organization Chart). Skema organisasi ini memberikan gambaran mengenai seluruh kegiatan serta proses ynag terjadi pada suatu organisasi.

Terdapat empat komponen dasar yang merupakan kerangka dalam memberikan defenisi dari suatu struktur organisasi, yaitu:


(46)

1. Struktur organisasi memberikan gambaran mengenai pembagian tugas-tugas serta tanggung jawab kepada individu maupun bagian-bagian pada suatu organisasi.

2. Struktur organisasi memberikan gambaran mengenai hubungan laporan yang ditetapkan secara resmi dalam suatu organisasi. Tercakup dalam hubungan pelaporan yang resmi ini banyaknya tingkat hirarki serta besarnya rentang kendali dari semua pemimpin di seluruh tingkatan dalam organisasi.

3. Struktur organisasi juga menetapkan sistem hubungan dalam organisasi, yang memungkinkan tercapainya komunikasi, koordinasi dan pengintegrasian segenap kegiatan organisasi, baik ke arah vertikal maupun horizontal.

4. Struktur organisasi menetapkan pengelompokan individu menjadi bagian organisasi, dan pengelompokan bagian-bagian organisasi menjadi suatu organisasi yang utuh.

Dalam sistem pengorganisasian pada unit yang berbeda-beda, diperlukan struktur organisasi yang dapat memepersatukan seluruh sumber daya dengan cara yang teratur. Dengan struktur organisasi tersebut diharapkan setiap personil yang ada di dalam organisasi dapat diarahkan sehingga mendorong mereka melaksanakan aktivitas masing-masing dengan baik dalam mendukung sasaran perusahaan. Struktur organisasi yang baik adalah struktur organisasi yang fleksibel. Struktur organisasi ini dapat hidup, berkembang, bergerak sesuai dengan kondisi yang dialami perusahaan.

Dalam merancang bentuk organisasi, para penganut organisasi klasik pad umumnya menekankan bahwa pembagian tugas-tugas serta pengelompokannya


(47)

sebaiknya dilakukan menurut fungsi dari tugas-tugas tersebut. Sedangkan koordinasi dicapai melalui penggunaan peraturan, rencana, hirarki.

Pendekatan organisasi modern lebih menekankan pada pentingnya hubungan horizontal dalam organisasi sebagai alat koordinasi, selain alat hubungan vertikal dan juga mengajukan penggunaan unit-unit organisasi yang lengkap pada bagian-bagian organisasi, untuk mempermudah pengkoordinasian.

Struktur organisasi Pabrik Gula Kwala Madu adalah struktur organisasi garis. Adapun alasan digunakan struktur organisasi garis adalah:

1. Adanya kesatuan dalam pimpinan dan perintah 2. Pengambilan keputusan lebih cepat

3. Solidaritas karyawan tinggi 4. Biayanya rendah

Tabel 2.2. Susunan Tenaga Kerja PG. Kwala Madu

No Uraian Karyawan

Pimpinan Karyawan Tetap Karyawan Tidak Tetap Jumlah

1 Kantor Manager a. Manager

b.TUK Umum Gudang Material

c. Gudang Hasil Jumlah 1 - 1 2 - 44 12 56 - 8 41 49 1 52 54 107 2 Dinas Teknik


(48)

b.Boiler c. Mill

d.Power House Listrik e. Instrument

f. Work Shop g. Cane Yard h.Keamanan Jumlah 1 1 1 - 1 - - 5 57 53 58 17 48 40 28 310 6 6 8 - 8 - - 30 64 60 67 17 57 40 28 345 3 Dinas Pengolahan

a. Kantor Dinas b.Pengolahan c. Pemurnian d.Penguapan e. Masakan f. Putaran g. Pengepakan Jumlah 1 1 1 1 1 - 5 10 5 50 49 24 24 2 154 - 8 8 9 11 18 54 6 59 58 - 34 36 20 213 4 Laboratorium

a. Lab. Pabrik b.Water Treatment c. Instalasi Limbah

1 - - 25 3 3 15 3 3 41 6 6


(49)

d.Timbangan Jumlah

- 1

9 40

6 27

15 68

Total 13 560 160 733

Sumber : HUMAS PGKM

2.8. Jam Kerja

Supaya perusahaan berjalan lancar dalam melakukan tugas untuk mencapai tujuannya, maka jam kerja diatur (bagian operasional) menjadi tiga shift, yaitu:

1. Shift I : pukul 07.00 – 15.00 WIB 2. Shift II : pukul 15.00 – 23.00 WIB 3. Shift III : pukul 23.00 – 07.00 WIB

2.9. Sistem Pengupahan dan Fasilitas

Sistem pengupahan yang dilakukan di Pabrik Gula Kwala Madu adalah Peraturan Pemerintah melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) yang dikeluarekan oleh Departemen Tenaga Kerja dan Departemen Pertanian.

Sistem pengupahan dibedakan berdasarkan golongan pegawai. Pegawai staf terdiri dari golongan I, II, III, IV,V, VI-A, VI-B, dan VII. Untuk non pegawai staf terdiri dari pegawai bulanan yang terbagi atas golongan I, II, III, IV, V, VI, dan pegawai harian.

Masa giling Pabrik Gula Kwala Madu adalah sekitar 7 bulan yaitu mulai bulan Januari sampai bulai Juli dalam satu tahun, akan tetapi seluruh karyawan tetap dan pegawai staf tetap aktif bekerja walaupun kondisi pada saat itu diluar jam kerja yang telah ditentukan maka karyawan tersebut mendapat upah lembur sesuai dengan


(50)

Karyawan Harian = 3 x (Gaji/ hari + Catu/ hari) x 100% 20

Karyawan Bulanan = 3 x (Gaji/ hari + Catu/ hari) x 100% 173

Tingkat upah lembur diatur sebagai berikut: Hari Biasa : 150% (jam pertama )

: 200% (jam kedua dan seterusnya)

Hari Minggu dan Hari Besar : 300% (jam pertama – jam ketujuh) : 400% (jam kedelapan dan seterusnya)

Upah/ gaji dibayar oleh perusahaan setiap awal bulan sebesar upah standar, ditambah upah lembur bila ada, dan pada waktu-waktu tertentu karyawan akan menerima:

1. Upah perangsang berdasarkan motivasi.

2. Pembagian keuntungan, tunjangan hari raya, tahun baru, dan lain-lain. 3. Jaminan untuk hari tua/ pensiun.

Selain itu karyawan tetap juga akan mendapatkan jaminan kesehatan dan rumah dinas sebagai tempat tinggal selama masih bekerja di Pabrik Gula Kwala Madu.


(51)

BAB III

LANDASAN TEORI

3

3..11.. KKoonnsseeppSSiisstteemm 3.1.1. Definisi Sistem

Perkataan sistem berasal dari bahasa Yunani yaitu “system” yang berarti keseluruhan yang tersusun dari sekian banyak bagian. Salah satu pandangan umum menyatakan sistem sebagai perangkat dari bagian-bagian yang berhubungan itu secara aktif bekerja sama untuk mencapai tujuan secara keseluruhan.

Untuk lengkapnya Murdick dan Ross merumuskan sebagai berikut : “Sistem adalah seperangkat elemen yang membentuk kegiatan atau suatu prosedur pengolahan yang mencari suatu tujuan atau tujuan-tujuan dengan mengolah data dan atau barang dalam jangka waktu tertentu untuk menghasilkan informasi dan/atau barang”.

3.1.2. Jenis-jenis Sistem

Pada dasarnya hanya ada dua jenis sistem, yaitu :

1. Sistem alami seperti sinar matahari, sistem luar angkasa, sistem reproduksi dan sebagainya.

2. Sistem buatan manusia seperti sistem hukum, sistem perpustakaan, sistem transportasi dan sebagainya.

Sistem buatan manusia juga dapat dibagi atas sistem manual dan sistem terotomasi. Sistem manual adalah sistem yang interaksi antara komponennya berjalan secara manual, sedangkan sistem terotomasi berinteraksi atau dikontrol oleh satu atau lebih komputer sebagai bagian dari sistem.


(52)

Sistem terotomasi terbagi dalam beberapa kategori yaitu :

1. On-line systems, yaitu sistem yang menerima langsung input pada area dimana input tersebut direkam, dan menghasilkan output yang dapat berupa hasil komputasi pada area dimana mereka dibutuhkan. Area sendiri dapat dipisahkan dalam skala misalnya ratusan kilometer. Biasanya digunakan bagi reservasi angkutan udara, reservasi kereta api, perbankan dan lain-lain.

2. Real-time systems, adalah mekanisme pengontrolan, perekaman data, pemrosesan yang sangat cepat sehingga output yang dihasilkan dapat diterima dalam waktu yang relatif sama. Perbedaannya dengan sistem on-line adalah satuan waktu yang digunakan real-time biasanya seperseratus atau seperseribu detik sedangkan on-line masih dalam skala detik atau kadang-kadang menit. Digunakan untuk sistem airport traffic controller, peluru kendali dan lain-lain. Perbedaan lainnya, on-line biasanya hanya berinteraksi dengan pemakai, sedangkan real time berinteraksi langsung dengan lingkungan yang dipetakan. 3. Decision support systems + Strategic planning systems, yaitu sistem yang

memproses transaksi organisasi secara harian, dan membantu para manajer mengambil keputusan, mengevaluasi dan menganalisa tujuan organisasi. Digunakan untuk sistem penggajian, sistem pemesanan, sistem akuntansi dan sistem produksi. Biasanya berbentuk paket statistik, paket pemasaran dan lain-lain. Sistem ini tidak hanya merekam dan menampilkan data tetapi juga fungsi-fungsi matematik, data analisis statistik dan menampilkan informasi dalam bentuk grafik sebagaimana laporan konvensional.


(53)

Knowledge-based system, program komputer yang dibuat mendekati kemampuan dan pengetahuan seorang pakar. Umumnya menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak khusus seperti LISP dan PROLOG.

3.2. Sistem Informasi

Sistem Informasi dapat didefinisikan sebagai suatu sistem dalam suatu organisasi yang merupakan kombinasi dari orang-orang, fasilitas, teknologi, media, prosedur-prosedur dan pengendalian untuk mendapatkan jalur komunikasi penting, memproses tipe transaksi rutin tertentu, memberi sinyal kepada manajemen dan yang lainnya terhadap kejadian-kejadian internal dan eksternal yang penting dan menyediakan suatu dasar informasi untuk pengambilan keputusan.


(54)

Gambar 3.2. Sistem informasi manufaktur

Kualitas dari suatu informasi tergantung dari tiga hal, yaitu : 1. Informasi harus akurat

Informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bias atau menyesatkan.

2. Tepat pada waktunya

Informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat, sebab informasi yang sudah usang tidak berguna lagi.

3. Relevan

Informasi tersebut mempunyai manfaat untuk pemakainya, sebab informasi untuk tiap-tiap orang berbeda.

Ada tiga metode yang digunakan dalam merancang atau mengembangkan sistem informasi, yaitu :


(55)

1. Metode terstruktur (structured methods)

Metode terstruktur menggunakan model linier dalam proses pengembangan. Input dan output setiap tahap diidentifikasi dengan jelas. Pemodelan data dan proses dilakukan dengan kerangka kerja yang terstruktur. Structured Systems Analysis and Design Method (SSADM) adalah salah satu contoh metode ini. 2. Metode Rapid Application Development (RAD)

Metode RAD menggunakan model iterasi proses pengembangan dan secara umum menspesifikasikan tahap berdasar beberapa bentuk prototype. Metode RAD secara umum dapat disesuaikan dengan situasi yang ada karena tidak memberikan detil teknik yang digunakan. Dynamic Systems Development Method (DSDM) adalah contoh metode ini.

3. Metode berorientasi obyek (object-oriented methods)

Metode berorientasi-obyek merupakan metode yang relatif baru. Metode ini berfokus pada obyek yang konsisten mulai tahap analisis, perancangan, dan implementasi sistem informasi. Varian metode ini adalah Unified Modelling Language (UML).

3.2.1. Pengembangan Sistem Informasi

1. Metoda Pengembangan

Pengembangan suatu sistem informasi bertujuan untuk mendapatkan arus informasi yang cepat, akurat dan tepat waktu. Pengembangan sistem informasi akan menghasilkan sistem informasi yang lebih baik apabila dikembangkan dengan metoda yang tepat.


(56)

Dalam pengembangan sistem informasi ada terdapat tiga alternatif metoda pengembangan, yaitu :

1) Metoda Bottom Up (dari bawah ke atas)

Metoda ini mengembangkan sistem informasi dengan unsur dasar setiap sistem pengolahan adalah modul untuk pengolahan untuk transaksi dan peremajaan file. Metoda ini menyatakan bahwa cara pengembangan suatu rencana keseluruhan adalah dengan pengoperasian modul tersebut. Setelah itu ditambah dengan modul perencanaan, pengendalian keputusan dan lainnya sesuai dengan berkembangnya permintaan.

2) Metoda Top Down (dari atas ke bawah)

Metoda ini berusaha mengembangkan suatu arus informasi dan mendisain sistem informasi yang sesuai dengan kebutuhan arus informasi. Model atau sub sistem didefinisikan dengan memakai modul sistem informasi. Integrasi dari berbagai model diusahakan sebaik mungkin. Untuk mendefinisikan sistem secara menyeluruh, pendekatan ini mulai dengan menentukan tujuan organisasi jenis usahanya, dan kendala yang ada dalam pengoperasiannya.

3) Metoda Kombinasi

Metoda ini merupakan gabungan dari kedua metoda bottom up dan metoda top down. Metoda kombinasi ini biasanya digunakan dalam pengembangan sistem informasi yang besar dan kompleks. Dalam metoda ini bottom up dan top down digunakan bersama-sama, yang mana metoda bottom up digunakan dalam rangka memenuhi kebutuhan nyata para pengambil keputusan dan top down digunakan untuk dapat membentuk suatu sistem informasi yang menyeluruh dan terpadu.


(57)

2. Tahap-tahap Pengembangan

Menurut Burch et. al., Pengembangan sistem informasi terdiri dari lima tahap, antara lain :

1) Analisis Sistem (System Analysis)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah : a. Definisikan masalah/kebutuhan pemakai b. Ruang lingkup sistem

c. Kumpulkan fakta-fakta untuk studi sistem d. Analisa masing-masing fakta

2) Desain Umum Sistem (General System Design)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah : a. Buat desain sistem secara garis besar

b. Penentuan alternatif-alternatif sesuai dengan pertimbangan pemakai

3) Evaluasi dan Pertimbangan Sistem (System Evaluation Justification)

Kegiatan yang dilakukan adalah mempertimbangkan efek sistem terhadap karyawan

4) Desain sistem secara terperinci (Detail System Design)

Kegiatan yang dilakukan adalah menspesifikasian desain sistem secara terperinci dan batasan ruang lingkup system


(58)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah :

a. Pendidikan dan latihan bagi pemakai terhadap sistem b. Uji coba sistem

c. Konversi sistem d. Tindak lanjut sistem

Sedangkan menurut Gordon B. Davis, pengembangan sistem informasi terdiri dari tiga tahapan, yaitu :

1. Definisi sistem (Definition System)

2. Desain pengembangan (Development Stage)

3. Pelaksanaan dan Pengoperasian Sistem (Instalation and Operation)

3.3. Metode Berorientasi Objek

Metode berorientasi objek memiliki bahasa standar pemodelan yang disebut dengan unified modeling language (UML).

Dalam perancangan atau pengembangan sistem informasi UML mendefinisikan diagram-diagram sebagai berikut :

1. Use Case Diagram

Use case diagram menggambarkan fungsionalitas yang diharapkan dari sebuah sistem. Yang ditekankan adalah “apa” yang diperbuat sistem, dan bukan “bagaimana”. Sebuah use case merepresentasikan sebuah interaksi antara aktor dengan sistem. Use case merupakan sebuah pekerjaan tertentu, misalnya login ke sistem, meng-create


(59)

manusia atau mesin yang berinteraksi dengan sistem untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu.

Gambar 3.3. Use case diagram

2. Class Diagram

Class adalah sebuah spesifikasi yang menghasilkan sebuah objek dan merupakan inti dari pengembangan dan desain berorientasi objek. Class

menggambarkan keadaan (atribut/properti) suatu sistem, sekaligus menawarkan layanan untuk memanipulasi keadaan tersebut (metoda/fungsi).

Class memiliki tiga area pokok : 1) Nama (dan stereotype) 2) Atribut


(60)

Atribut dan metoda dapat memiliki salah satu sifat berikut :

1) Private, tidak dapat dipanggil dari luar class yang bersangkutan

2) Protected, hanya dapat dipanggil oleh class yang bersangkutan dan anak-anak ang mewarisinya

3) Public, dapat dipanggil oleh siapa saja

Hubungan Antar Class

1) Asosiasi, yaitu hubungan statis antar class. Menggambarkan class yang memiliki atribut berupa class lain, atau class yang harus mengetahui eksistensi class lain. Panah navigability menunjukkan arah query antar

class.

2) Agregasi, yaitu hubungan yang menyatakan bagian. 3) Pewarisan, yaitu hubungan hirarkis antar class.

4) Hubungan dinamis, yaitu rangkaian pesan (message) yang di-passing

dari satu class kepada class lain.

Account Item Notes: String

Order: OrderID OrderBalance:Currency Order Status: String

- GetItemBalance() : Currency - GetOrderID : OrderID

Class

Atribut Method / operasi


(61)

Gambar 3.5. Class diagram

3. Statechart Diagram

Statechart diagram menggambarkan transisi dan perubahan keadaan suatu objek pada sistem sebagai akibat dari stimuli yang diterima. Pada umumnya statechart diagram menggambarkan class tertentu (satu class dapat memiliki lebih dari satu

statechart diagram).

State digambarkan berbentuk segiempat dengan sudut membulat dan memiliki nama sesuai kondisinya saat itu. Transisi antar state umumnya memiliki kondisi yang merupakan syarat terjadinya transisi yang bersangkutan, dituliskan dalam kurung siku.


(62)

Gambar 3.6. Statechart diagram 4. Activity Diagram

Activity diagrams menggambarkan berbagai alir aktivitas dalam sistem yang sedang dirancang, bagaimana masing-masing alir berawal, decision yang mungkin terjadi, dan bagaimana mereka berakhir. Activity diagram juga dapat menggambarkan proses paralel yang mungkin terjadi pada beberapa eksekusi. Activity diagram

merupakan state diagram khusus, di mana sebagian besar state adalah action dan sebagian besar transisi di-trigger oleh selesainya state sebelumnya (internal processing).

Sebuah aktivitas dapat direalisasikan oleh satu use case atau lebih. Aktivitas menggambarkan proses yang berjalan, sementara use case menggambarkan bagaimana aktor menggunakan sistem untuk melakukan aktivitas.


(63)

Gambar 3.7. Activity diagram

5. Sequence Diagram

Sequence diagram menggambarkan interaksi antar objek di dalam dan di sekitar sistem (termasuk pengguna, display, dan sebagainya) berupa message yang digambarkan terhadap waktu. Sequence diagram terdiri atas dimensi vertikal (waktu) dan dimensi horizontal (objek-objek yang terkait). Sequence diagram biasa digunakan untuk menggambarkan skenario atau rangkaian langkah-langkah yang dilakukan sebagai respons dari sebuah event untuk menghasilkan output tertentu.


(64)

Gambar 3.8. Sequence Diagram

6. Deployment Diagram

Deployment/physical diagram menggambarkan detail bagaimana komponen

di-deploy dalam infrastruktur sistem, di mana komponen akan terletak (pada mesin, server atau piranti keras apa), bagaimana kemampuan jaringan pada lokasi tersebut, spesifikasi server, dan hal-hal lain yang bersifat fisikal.

3.4. Konsep Basis Data 3.4.1. Defenisi Basis Data

Basis data adalah komponen sistem informasi yang melakukan penyimpanan data dan informasi yang digunakan oleh lebih dari satu unit organisasi. Hal ini berarti


(65)

bahwa basis data berhubungan dengan kegiatan organisasi yang lebih luas, tidak terbatas pada kegiatan suatu fungsi organisasi saja.

3.4.2. Jenjang Basis Data

Basis data mempunyai jenjang mulai dari karakter-karakter (character), item data (field), record, file dan basis data.

1. Karakter

Karakter merupakan bagian data yang terkecil, dapat berupa numerik, huruf atau karakter-karakter khusus yang membentuk suatu item data.

2. Field

Suatu field menggambarkan suatu atribut dari record yang menunjukkan suatu item dari data seperti nama mahasiswa, alamat dan lain-lain. Ada 3 hal yang penting dalam suatu field, yaitu nama field yang membedakan field yang satu dengan field yang lain, representasi dari field (field representation) yang menunjukkan tipe field serta lebar field, dan nilai dari field yang menunjukkan isi dari field untuk masing-masing record.

3. Record

Kumpulan dari field membentuk suatu record yang menggambarkan suatu unit data individu yang tertentu.


(66)

File terdiri dari record-record yang menggambarkan satu kesatuan data yang sejenis.

5. Basis data

Kumpulan dari file membentuk suatu basis data.

3.4.3. Proses Database

Pemrosesan file meliputi pembaharuan dan penggunaan data-data tersendiri untuk menghasilkan info yang dibutuhkan untuk setiap aplikasi. Bagaimanapun proses database meliputi 2 aktifitas dasar :

1. Pembaharuan dan pembuatan database umum untuk membantu transaksi bisnis baru dan berbagai kejadian yang membutuhkan perubahan didalam data perusahaan.

2. Menyediakan info yang dibutuhkan bagi setiap pengguna aplikasi yang menggunakan program komputer yang berbagi data dalam database umum


(67)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian merupakan cara atau prosedur beserta tahapan-tahapan yang jelas dan sistematis untuk menyelesaikan suatu masalah yang sedang diteliti dengan landasan ilmiah. Jenis penelitian yang akan dilakukan ini tergolong pada penelitian rekayasa.

Penelitian dilakukan dengan langkah-langkah yang digambarkan pada gambar 4.1 berikut ini.


(68)

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat dilakukannya penelitian yaitu di Pabrik Gula Kwala Madu PT.Perkebunan Nusantara II dan waktu penelitian yakni kurang lebih 4 bulan yang

dimulai pada tanggal 16 April 2007 sampai dengan tanggal 12 Mei 2007.

4.2.Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian merupakan sumber tempat memperoleh data atau keterangan yang berhubungan dengan penelitian. Maka dalam hal ini yang menjadi subjek

penelitian yaitu bagian penerimaan bahan baku Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan Nusantara II. Sedangkan objek penelitian adalah hal-hal yang menjadi titik

perhatian dalam suatu penelitian. Dalam hal ini yang menjadi objek penelitian adalah rancangan sistem informasi penerimaan bahan baku dengan metodologi berorientasi

objek.

4.3. Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini bersifat kualitatif atau verbal yang berhubungan dengan sistem informasi penerimaan bahan baku saat ini dan keinginan manajemen serta karyawan terhadap sistem informasi yang akan dirancang.

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang dapat diperoleh secara tidak langsung. Data sekunder yang dibutuhkan adalah tugas elemen-elemen sistem penerimaan bahan baku yang terkait dengan sistem informasi penerimaan bahan baku.


(69)

4.4. Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan diolah agar dapat dianalisis untuk menghasilkan pemecahan yang dibutuhkan.

1. Mengidentifikasi sistem penerimaan bahan baku

Data yang diperoleh dari wawancara diidentifikasi untuk mengetahui fungsi-fungsi apa saja yang terlibat, aktivitas apa saja yang dilakukan, sumber daya apa saja yang dikonsumsi, bagaimana hubungan antara fungsi-fungsi dalam melakukan proses penerimaan bahan baku dan aliran sumber daya dan informasi apa saja yang ada dalam proses bisnis tersebut.

2. Mengidentifikasi data masukan (input) dan informasi yang dihasilkan (output)sistem informasi persediaan bahan baku.

4.5. Analisis Pemecahan Masalah

Pada tahap ini akan dianalisis hasil-hasil pengolahan data dan informasi yang diperoleh untuk merancang sistem informasi penerimaan bahan baku.

4.5.1. Analisis Sistem. 1. Analisis masukan

Berisi potret tentang masukan yang dibutuhkan oleh sistem yang dianalisis.

2. Analisis proses

Menunjukan penggunaan masukan dan keluaran yang dipakai pada sistem berjalan dengan menggunakan activity diagram


(70)

3. Analisis keluaran

Berisi potret tentang keluaran yang dihasilkan oleh sistem yang dianalisis 4. Identifikasi Kebutuhan

Rangkuman hasil analisis dalam bentuk uraian masalah yang ada dikaitkan dengan pengelolaan sumber daya, kebutuhan sistem untuk perbaikan yang diinginkan, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelayanan yang dapat diberikan sistem ke pengguna. Kebutuhan yang diuraikan adalah kebutuhan yang ingin dicapai.

4.5.2. Rancangan Sistem

1. Rancangan Basis Data

Memperlihatkan diagram hubungan entitas untuk pemasok dan kendaraan pengangkut bahan baku.

2. Rancangan Antar Muka 1) Rancangan Keluaran

Berisi potret tentang keluaran yang dihasilkan oleh sistem yang dirancang.

2) Rancangan Masukan

Berisi potret tentang masukan yang dibutuhkan oleh sistem yang dirancang 3) Rancangan Dialog Layar


(71)

Berisi rancangan tampilan yang dibutuhkan oleh sistem yang dirancang, terbagi menjadi struktur tampilan dan rancangan layer.

4.6. Kesimpulan dan Saran

Tahapan terakhir yang akan dilakukan adalah penarikan kesimpulan yang berisikan butir-butir penting dalam penelitian ini dan pemberian saran-saran kepada pihak perusahaan tentang hal-hal yang harus dipersiapkan untuk mengimplementasikan hasil penelitian ini.


(1)

show(); }

public void actionPerformed(ActionEvent ae) {

Object obj = ae.getSource(); if(obj == bMasuk)

{

String pwd = tPwd.getText(); if(pwd.trim().equals("1234")) {

setVisible(false);

UsulanProses up = new UsulanProses(); }

else {

lPwd.setText("Password Salah"); }

} else {

System.exit(0); }

}

public static void main(String [] args) {

PeriksaPassword pp = new PeriksaPassword(); }

}

import javax.swing.*; import java.awt.*; import java.awt.event.*;

public class StatusPenerimaan extends JFrame implements ActionListener {

JPanel panel;

JRadioButton rPemasok, rBahan; ButtonGroup bg;

JButton bMasuk, bKembali;

public StatusPenerimaan() {


(2)

panel = new JPanel();

rPemasok = new JRadioButton("Data Pemasok");

rPemasok.setFont(new Font("Times New Roman", Font.BOLD | Font.ITALIC,20)) ;

rBahan = new JRadioButton("Data Bahan Baku dan Biaya"); rBahan.setFont(new Font("Times New Roman", Font.BOLD | Font.ITALIC,20)) ;

bg = new ButtonGroup();

bMasuk = new JButton("Masuk");

bMasuk.setFont(new Font("Times New Roman", Font.BOLD | Font.ITALIC,20)) ;

bMasuk.addActionListener(this); bKembali = new JButton("Kembali");

bKembali.setFont(new Font("Times New Roman", Font.BOLD | Font.ITALIC,20)) ;

bKembali.addActionListener(this); bg.add(rPemasok);

bg.add(rBahan);

getContentPane().add(panel); panel.add(rPemasok);

panel.add(rBahan); panel.add(bMasuk); panel.add(bKembali); panel.setLayout(null);

rPemasok.setBounds(180,25,200,25); rBahan.setBounds(180,80,280,25); bMasuk.setBounds(80,170,120,25); bKembali.setBounds(280,170,120,25); setSize(450,300);

setLocation(150,150); show();

}

public void actionPerformed(ActionEvent ae) {

Object obj = ae.getSource(); if(obj == bMasuk)

{

setVisible(false);

if(rPemasok.isSelected()) {


(3)

DataPemasok dp = new DataPemasok(); }

else {

DataBahanBaku dbb = new DataBahanBaku(); }

} else {

setVisible(false);

UsulanProses up = new UsulanProses(); }

}

public static void main(String [] args) {

StatusPenerimaan sp = new StatusPenerimaan(); }

}

import javax.swing.*; import java.awt.*;

public class Table extends JFrame {

JTable table; JPanel panel;

JScrollPane scrollArea; public Table()

{

table = new JTable(101,3); scrollArea = new JScrollPane(); scrollArea.getViewport().add(table);

scrollArea.setPreferredSize(new Dimension(300,300)); panel = new JPanel();

getContentPane().add(panel); panel.add(scrollArea);

setSize(200,200); show();

}

public static void main(String [] args) {


(4)

} }

/*

create table employee (

EmpCode int IDENTITY(100,1), EmpName char(25) not null, DeptName char(25) not null )

*/

import javax.swing.*; import java.awt.*; import java.awt.event.*; import java.sql.*; import java.util.*;

class TerimaBahanBaku extends JFrame implements ActionListener {

JPanel panel; JLabel lId; JTextField tId;

JButton bOk, bReset, bKembali; String id_kendaraan;

public TerimaBahanBaku() {

super("Terima Bahan Baku"); lId = new JLabel("ID : ");

lId.setFont(new Font("Times New Roman", Font.BOLD | Font.ITALIC,20)) ;

tId = new JTextField(20);

//tId.setFont(new Font("Times New Roman", Font.BOLD | Font.ITALIC,20)) ;

bOk = new JButton("OK");

bOk.setFont(new Font("Times New Roman", Font.BOLD | Font.ITALIC,20)) ;

bReset = new JButton("Reset");

bReset.setFont(new Font("Times New Roman", Font.BOLD | Font.ITALIC,20)) ;


(5)

bKembali = new JButton("Kembali");

bKembali.setFont(new Font("Times New Roman", Font.BOLD | Font.ITALIC,20)) ;

bOk.addActionListener(this); bReset.addActionListener(this); bKembali.addActionListener(this); panel = new JPanel();

getContentPane().add(panel); panel.add(lId);

panel.add(tId); panel.add(bOk); panel.add(bReset); panel.add(bKembali); panel.setLayout(null); lId.setBounds(50,30,50,25); tId.setBounds(95,30,100,25); bReset.setBounds(30,150,120,25); bOk.setBounds(170,150,120,25); bKembali.setBounds(310,150,120,25); setSize(450,300);

setLocation(150,150); show();

}

public void actionPerformed(ActionEvent ae) {

Object obj = ae.getSource(); if(obj == bOk)

{

id_kendaraan = tId.getText(); check_id(id_kendaraan); }

else if(obj == bReset) {

tId.setText(""); }

else {

setVisible(false);

UsulanProses up = new UsulanProses(); }


(6)

{

try {

Class.forName("sun.jdbc.odbc.JdbcOdbcDriver"); Connection con =

DriverManager.getConnection("jdbc:odbc:MyDataSource", "sa", "1234"); Statement stat = con.createStatement();

ResultSet res = stat.executeQuery("select * from Registrasi_Kendaraan where ID_Kendaraan = '" + id.trim() + "'");

if(res.next()) {

setVisible(false);

BeratKendaraanPengangkut bkp = new BeratKendaraanPengangkut();

bkp.kirim_id(id_kendaraan); }

else {

tId.setText("");

lId.setText("ID Kendaraan Salah"); }

}

catch(Exception e) {System.out.println(e);} }

public static void main(String [] args) {

TerimaBahanBaku tbb = new TerimaBahanBaku(); }